Showing posts with label cinta. Show all posts
Showing posts with label cinta. Show all posts

Thursday, September 03, 2015

Mengapa Rumah Tangga Kristen Menghasilkan Pemberontak Rock and Roll?

Saya tumbuh besar di sebuah rumah tangga Kristen, tetapi menghabiskan banyak tahun hidup saya sebagai seorang “pemberontak rock and roll” sebelum Tuhan dengan penuh rahmat menyelamatkan saya (Kis. 11:18) pada tahun 1973, pada usia 23 tahun. Ketika kita memandang ke gereja-gereja sekeliling kita hari ini, bahkan gereja-gereja yang percaya Alkitab, kita melihat pola ini terulang banyak kali. Apa penyebabnya?

Tanggung Jawab Tiga Lapis
Alkitab mengajarkan bahwa ada tanggung jawab tiga lapis dalam membesarkan anak-anak Kristen.
Pertama, anak itu sendiri bertanggung jawab di hadapan Allah. “Anak-anakpun sudah dapat dikenal dari pada perbuatannya, apakah bersih dan jujur kelakuannya” (Amsal 20:11).

Walaupun orang tua dan gereja memiliki pengaruh yang dramatis dan besar terhadap orang-orang muda, tidak ada seorang pun yang akan dapat berdiri di hadapan Tuhan dan mengklaim bahwa dia tidak mengetahui kebenaran atau dapat menyalahkan orang lain untuk pemberontakannya. Yesus Kristus memberikan terang kepada setiap manusia (Yohanes 1:9). Kitab Roma menggambarkan tiga jenis terang: terang dari alam ciptaan (Roma 1:20), terang hati nurani (Roma 2:11-16), dan terang Kitab Suci (Roma 3:1-2). Ketika seseorang meresponi terang yang ia miliki, Allah memberikannya lebih banyak terang. Allah sendirilah yang menerangi manusia dan membimbing mereka kepada kebenaran, tetapi mereka harus merespon. Kitab Amsal menggambarkan hal ini:

Sunday, December 29, 2013

10 Langkah Komitmen Berumah Tangga

Membuat komitmen, termasuk komitmen merajut kasih dengan pasangan hidup bukan hal yang sulit. Yang susah adalah menjaga komitmen tersebut agar tetap berada pada jalurnya. Komitmen yang diingkari, membuat hubungan retak dan bahkan berujung pada perceraian. Karena itu, menjaga komitmen sangat diperlukan. Berikut ini beberapa tips yang bisa dilakukan untuk menjaganya :

1. Jujur Pada Pasangan

Kejujuran merupakan langkah awal dalam menjalin hubungan dan menjaga komitmen. Dengan kejujuran, Anda memiliki tanggung jawab moral untuk selalu menjaga komitmen yang sudah dibuat. Kebohongan hanya akan mencederai komitmen. Menutup-nutupi dan melebih-lebihkan suatu kebenaran juga akan mengganggu komitmen. Langkah idealnya dalam hal ini adalah bersikap jujur dan apa adanya terhadap pasangan. Sikap ini akan membawa Anda berdua ke hubungan yang harmonis dan suasana penuh kebahagiaan sehingga hubungan Anda berdua tetap utuh.

Friday, February 10, 2012

Kisah Tentang Pohon Apel

Mungkin sebagian dari kita sudah sering membaca atau mendengar kisah pohon apel ini. Makna kisah yang menceritakan hubungan antara sebuah pohon apel dan seorang bocah yang kemudian beranjak dewasa ini begitu mendalam. Diibaratkan pohon apel itu adalah orangtua kita dan bocah itu adalah diri kita sendiri. Karena begitu mendalam maknanya, tim kreatif AndrieWongso.com berusaha mengilustrasikan kembali cerita sangat menarik dan mengharukan ini dalam bentuk video. 

Dengan menonton video ilustrasi yang dinarasikan oleh Andrie Wongso ini, mari kita semua merenungkan kembali betapa besarnya kasih orangtua kepada kita. Mereka telah begitu tulus dan sayang dalam membesarkan dan mendidik kita, anak-anaknya, hingga akhirnya menjadi seperti sekarang ini. Mereka telah begitu peduli terhadap kondisi kita sehingga kebutuhan kita sekecil apa pun tak pernah luput dari perhatian orangtua kita. Namun tak jarang kita menganggap bahwa cinta kasih orangtua kita tersebut adalah hal wajar, bukan sesuatu yang istimewa. Akibatnya setelah kita menjadi dewasa dan telah menerima semua itu, kita jadi melupakan dan mengabaikan orangtua. Bahkan, ada beberapa yang lalu menganggap orangtua sebagai "beban". 

 Mari kita ajukan pertanyaan-pertanyaan berikut ini pada diri sendiri: Di kala orangtua kita kesepian dan merindukan kehadiran anak-anaknya, adakah kita menyadari kebutuhan mereka itu? Seberapa banyak waktu yang kita luangkan untuk menemani atau mengunjungi orangtua kita yang sudah menua? Ingatlah bahwa suatu hari nanti kita semua juga akan menjadi orangtua. Semoga kita bisa menjadi orangtua yang berbahagia dengan cara terlebih dulu mengasihi orangtua kita dengan kasih yang tulus.

Selamat menikmati video ilustrasi berikut ini!

Tuesday, July 12, 2011

Meruntuhkan Jembatan Dosa: PORNOGRAFI

Tetapi Aku berkata kepadamu bahwa siapa saja yang memandang seorang perempuan dan bernafsu kepadanya, sudahlah berzinah dengan dia di dalam hatinya. (Matius 5:28 KJI=King James Indonesia, Diglot Wasiat Baru KJV-KJI)

Sekarang perbuatan-perbuatan daging telah nyata, yaitu: perzinaan, percabulan, kecemaran, hawa nafsu (Galatia 5:19, KJI)

I. DEFINISI.

Definisi yang umum, hampir semua orang sudah tahu. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), Pornografi ialah 1. penggambaran tingkah laku secara erotis dengan lukisan atau tulisan untuk membangkitkan nafsu berahi; 2. bahan bacaan yang dengan sengaja dan semata-mata dirancang untuk membangkitkan nafsu berahi dalam seks.

Kita perlu definisi dari segi rohani, sebab definisi untuk pengadilan manusia berbeda disetiap daerah dan negara. Pornografi adalah semua yang berhubungan dengan ketelanjangan. Tuhan tidak menghendaki ketelanjangan (kecuali diantara suami isteri sendiri). Barang pertama yang diberikan Tuhan untuk manusia adalah baju (dari binatang korban) supaya tidak telan-jang.Kej 3:21. Manusia harus pakai baju tetapi jangan memakai mode perempuan sundal yang merangsang nafsu perzinaan. 

Sunday, November 28, 2010

Berpacaran dan Berkencan

Apakah perbedaan antara berpacaran dan berkencan, dan apakah yang satu lebih alkitabiah daripada yang lain? Kita sedang hidup di dunia yang telah mengalami degradasi moral yang parah dimana banyak sekali istilah dan kata telah kehilangan makna dan arti yang sebenarnya. Sebelum kita mengambil kesimpulan, alangkah baiknya kita terlebih dulu mencari definisi yang tepat mengenai berpacaran dan berkencan. Definisi keduanya akan menjawab pertanyaan ini.

Definisi Berpacaran & Berkencan

Berpacaran dimulai ketika seorang pria lajang mendekati seorang wanita lajang dengan meminta izin dari ayah wanita tersebut, dan kemudian menjalin hubungan dengan wanita itu di bawah otoritas sang ayah, keluarganya, atau gerejanya, atau yang mana pun yang paling sesuai.


Saturday, October 16, 2010

SEKSUALITAS DALAM ALKITAB

Pendahuluan

Kata seks dewasa ini menunjukkan bahwa istilah tersebut hampir selalu dipakai di dalam konteks imoralitas seksual (Yun: porneia - yang darinya kita memperoleh istilah “pornografi”). Ada yang berpikir bahwa Alkitab tidak banyak mengajar kita tentang seks, dan bahwa ketika Alkitab membicarakan tentang seksualitas, itu dilakukan hanya dalam bentuk yang negatif, bersifat melarang, dan terlalu sopan.

Tetapi ini merupakan kesimpulan yang agak dangkal. Alkitab berbicara banyak tentang seks, sebab Alkitab berbicara banyak tentang segala sesuatu. Maka, daripada hanya mencari istilah seks di dalam Alkitab, strategi yang lebih produktif adalah mencari di dalam Alkitab frasa segala sesuatu, sebab seks jelas merupakan salah satu bagian dari segala sesuatu. Berikut ini adalah contoh dari pencarian seperti ini, yang tersingkap dalam firman Allah yang berkuasa.

Friday, August 06, 2010

10 Prinsip Salah Hubungan Suami Istri

Kuat tidaknya sebuah pernikahan sangat bergantung dengan prinsip-prinsip yang dipegang oleh suami maupun istri. Prinsip yang salah akan membuat bumerang bagi bahtera rumah tangga di kemudian hari, sedangkan prinsip yang benar akan menjadikan pernikahan tetap abadi walaupun berbagai badai menyerang rumah tangga mereka.

Banyak pasangan suami istri Kristiani yang tidak sadar sebenarnya telah mendasarkan pernikahan mereka dengan prinsip-prinsip yang salah. Parahnya, hal ini mereka ketahui setelah pernikahan sudah berjalan 5 tahun atau 10 tahun. Ketika terjadi percekcokkan, bercerai enggan dilakukan karena hal itu tidaklah diperbolehkan, tetapi bila tetap dengan suami atau istri saat ini maka yang terjadi adalah pertengkaran demi pertengkaran.

Oleh karenanya, untuk mengatasi hal ini maka Anda dan pasangan harus mengetahui dan mengecek prinsip-prinsip salah apa yang masih dipegang dan perlu diubah. Lakukan dengan segera dan berjalanlah dalam kebenaran.

Thursday, June 24, 2010

"YA, SAYA BERSEDIA CERAI"

TOKYO, KOMPAS.com - Mengucapkan kalimat "Ya, saya bersedia" tidak lagi mendominasi upacara pernikahan sebagai tanda kesediaan seseorang memasuki babak baru dalam hidupnya. Kalimat tersebut juga semakin sering dipakai pada upacara perceraian di Tokyo, Jepang.

Upacara perceraian mulai marak sejak tahun lalu, dipelopori oleh seorang mantan penjual, Hiroki Terai. Terai membuat sebuah tempat upacara perceraian. Pasangan yang hendak melaksanakan upacara tersebut harus membayar sekitar 55.000 yen atau sekitar Rp 5,5 juta.

Upacara itu dilaksanakan di hadapan para sahabat dan kerabat pasangan yang hendak bercerai. Dengan upacara tersebut, mereka memublikasikan perceraian sebelum memasukkan dokumen perceraian ke badan yang berwenang. Terai mengatakan, sejauh ini dia sudah menerima permintaan upacara perceraian dari 900 pasangan.

Sunday, May 30, 2010

WHAT DO I DO WITH A CHILD OUTSIDE MY HOME?

April 1, 2010 (David Cloud, Fundamental Baptist Information Service, P.O. Box 610368, Port Huron, MI 48061, 866-295-4143, fbns@wayoflife.org)

The following message is by Pastor Terry Coomer, For The Love Of The Family Ministries (Ministry of Hope Baptist Church, P.O. Box 94985, 6929 John F Kennedy Blvd., North Little Rock, AR 72190, 501-515-3296, TLCOOMER@juno.com, www.fortheloveofthefamily.com, www.hopebaptistlittlerock.com)

These messages may be copied in their entirety to help Christians in the rearing of their children for God, strengthening their family, and their marriage. They are not to be changed in any manner or to be sold. This header must be on any copy. If you have any questions, please feel free to contact the author.

I have given this article quite a bit of consideration and prayer, and it is my prayer that it will be a help to many. My wife, Kim and I have had the opportunity to have For The Love Of The Family meetings in many different churches. Some churches are smaller churches and some are larger churches. However, one theme that comes up in every meeting is, “Pastor, I do not understand why my child who grew up in this church, went to this Christian school, or was home schooled etc. does not want to live for God?” They are living a horrible sinful and in many cases a wicked life. They are doing damage to themselves and others. The parent is distraught and many times is weeping as to what went wrong. Then other people will come up and say, “I now understand what happened, why did I not hear this before now?”

Thursday, April 29, 2010

Tadinya Aku Mengira CINTA adalah...

Tadinya aku mengira...

Cinta adalah saat aku menangis dan seseorang memelukku dan menghapus air mataku.

Cinta adalah saat aku berbuat salah dan seseorang memberitahuku apa yang benar.

Cinta adalah saat aku jatuh dan seseorang membantuku berdiri serta mengeringkan lukaku.

Cinta adalah saat aku minta maaf dan seseorang memaafkan dengan tulus tanpa sindiran.

Namun ternyata cinta tidak demikian...

Friday, April 09, 2010

22 Pemikiran yang Berguna dalam Membesarkan Anak-anak bagi Allah

Penulis: Dr. Terry L. Coomer, Gembala Sidang Ministry Hope Baptist Church

P.O. Box 94895, 6929 John F. Kennedy Blvd., North Little Rock, AR 72190 (501-51503296)

tlcoomer@juno.com; www.fortheloveofthefamily.com; www.hopebaptistlittlerock.com

For the Love of the Family Ministries

Pesan ini boleh disalin secara keseluruhan untuk membantu orang-orang Kristen membesarkan anak-anak mereka bagi Allah, memperkuat keluarga dan pernikahan mereka. Pesan ini tidak boleh diubah dalam bentuk apapun atau dijual. Bagian pendahuluan ini harus ada dalam salinan. Jika ada pertanyaan silakan hubungi penulis.

Diterjemahkan oleh: Dr. Steven E. Liauw

Graphe International Theological Seminary

Tujuan dari setiap orang tua Kristen seharusnya bukanlah untuk membesarkan "anak yang baik" atau menghasilkan pelajar yang hebat secara akademis, atau atlit yang hebat, atau lainnya. Tujuan utama adalah untuk memperlengkapi anak-anak kita, orang-orang kudus yang kecil ini "bagi pekerjaan pelayanan" (Ef. 4:12, Mar. 10:45). Tujuan kita sebagai orang tua Kristen adalah untuk mendidik mereka agar tetap berada dalam jalur yang benar agar dapat dipakai oleh Allah. Jika, pada akhirnya, mereka tidak dapat dipakai oleh Kristus, mereka tidak mengatasi hidup ini secara rohani dan dengan hikmat, maka kita telah gagal.

30 Rahasia Wanita

1. Bila seorang wanita mengatakan dia sedang bersedih, tetapi dia tidak meneteskan airmata, itu berarti dia sedang menangis di dalam hatinya.

2. Bila dia tidak menghiraukan kamu setelah kamu menyakiti hatinya,lebih baik kamu beri dia waktu untuk menenangkan hatinya sebelum kamu menegur dengan ucapan maaf.

3. Wanita sulit untuk mencari sesuatu yang dia benci tentang orang yang paling dia sayang (karena itu banyak wanita yang patah hati bila hubungannya putus di tengah jalan).

4. Jika sorang wanita jatuh cinta dengan seorang lelaki, lelaki itu akan sentiasa ada di pikirannya walaupun ketika dia sedang dengan lelaki lain.

Monday, December 08, 2008

KEBAIKAN MENIKAH MENURUT PANDANGAN AGUSTINUS

Ev. Hali Daniel Lie, M.Ag, M.Th.
(Dosen STT Bandung dan BLBS, saat ini studi mandarin ke China, Januari 2009 come back to Indonesia again, S.Th di STT Bandung, M.Th di SAAT Malang)

Status hidup menikah ditanggapi secara berbeda-beda oleh agama-agama. Sebagian besar umat manusia memandang pernikahan sebagai sesuatu yang wajar, alamiah dan sudah sepatutnya demikian. Ini merupakan pandangan yang umum. Akan tetapi, tidak sedikit kalangan tertentu yang memandang rendah pernikahan. Mereka melihat pernikahan sebagai sesuatu yang kotor, rendah dan jauh dari hidup kudus. Biasanya, yang disoroti adalah seks. Sikap negatif ini biasanya langsung ditindaklanjuti dengan menganjurkan kehidupan selibat atau membujang. Pandangan-pandangan yang serupa muncul pula di antara orang-orang Kristen tertentu.
Melalui tulisan ini kita hendak menggali konsep pernikahan melalui sudut pandang seorang bapa gereja besar bernama Agustinus. Pandangan Agustinus fair dan objektif adanya. Hal ini terbukti melalui tulisan-tulisannya seperti: Holy Virginity (Sancta Virginitate) , On the Good of Widowhood (De Bono Viduitatis) dan On the Good of Marriage (De Bono Conjungali). 1
Melalui tema-tema yang dia tulis ini kita bisa mengetahui bahwa Agustinus menghargai baik mereka yang membujang, menjanda & tentunya juga yang menduda, maupun mereka yang menikah. Dia peduli baik kepada mereka yang menikah maupun yang tidak menikah. Bukunya On the Good of Marriage secara khusus membahas tentang topik nikah an sich. Salah satu tujuan penulisan buku ini ialah dalam rangka menjawab orang-orang yang terlalu mengagung-agungkan kesucian hidup berselibat sampai-sampai mendevalusi nilai-nilai pernikahan.2
Melalui On the Good of Marriage Agustinus hendak mengangkat dan menempatkan kembali status menikah dalam terang kebenaran Firman Tuhan, tanpa dilebih-lebihkan dan tidak pula dikurang-kurangi.
Di dalam buku itu Agustinus menguraikan tiga kebaikan dari status hidup menikah. Tiga kebaikan menikah itu berturut-turut terdiri dari beranak cucu (pleros), kesetiaan (fidei) dan sakramen (sacramentum) . 3
Selanjutnya marilah kita mengikuti penguraian Agustinus atas tiga kebaikan pernikahan ini satu demi satu.
BERANAK CUCU (PLEROS)
Agustinus mengawali risalahnya ini dengan mengingatkan pembacanya bahwa manusia itu adalah makhluk sosial adanya. Beginilah beliau memulai bukunya dengan mengatakan:
Forasmuch as each man is a part of the human race, and human nature is something social, and hath for a great and natural good, the power also of friendship; on this account God willed to create all men out of one, in order that they might be held in their society not only by likeness of kind, but also by bond of kindred. Therefore the first natural bond of human society is man and wife.4
Natur manusia sebagai makhluk sosial ini mendorong individu-individu untuk membentuk masyarakat. Kesatuan masyarakat yang paling asli, alamiah dan sederhana dimulai melalui pembentukan keluarga atau rumah tangga.
Secara formal sebuah rumah tangga baru terbentuk pada saat dilangsungkannya pernikahan. Dengan disaksikan oleh keluarga dan sanak famili kedua belah pihak, sepasang pria-wanita itu berikrar membentuk sebuah keluarga. Status kedua orang itu yang sebelumnya adalah buyung & upik dalam bahasa Minangkabau, atau ucok & butet dalam bahasa Batak, sejak pernikahan telah berubah status menjadi sepasang suami dan istri.
Tuhan sendirilah yang menggariskan pernikahan dengan menciptakan laki-laki dan perempuan. Di dalam penciptaan Tuhan sekaligus memberikan perintah kepada dua manusia mula-mula: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi..." Perintah untuk beranak cucu berulang-ulang dikutip dan ditegaskan oleh Agustinus melalui berbagai ayat yang berbeda. 5
Mulai dari pasal yang paling awal dari Alkitab, Kejadian 1, konsep pernikahan dan beranak cucu sudah ditegaskan. Bahkan, konsep itu sudah ada sebelum manusia jatuh ke dalam dosa di mana kejatuhan manusia baru terjadi di dalam Kejadian 3. Jadi, beranak cucu bukanlah konsekuensi dari kejatuhan manusia ke dalam dosa. Setelah melahirkan anak, status pasangan suami-istri itu bertambah satu lagi, yakni menjadi ayah dan ibu. 6
Status ini masih dapat diperpanjang terus. Setelah anak-anak besar lalu menikah sampai melahirkan anak pula, maka ayah dan ibu itu mendapatkan satu status baru lagi, yakni kakek dan nenek. Setiap status ini tidak dapat tidak selalu melibatkan pernikahan dan beranak cucu. Pernikahan merupakan amanat Ilahi yang universal dan terawal. Jadi, lembaga pernikahan itu sendiri baik adanya. Demikian pula dengan beranak cucu yang tercakup di dalam pernikahan. Bagi Agustinus, perlu dicatat di sini, bahwa walaupun sebuah pernikahan tidak disertai dengan melahirkan anak, hal itu sedikit pun tidak mengurangi kebaikan dari pernikahan. Pernikahan telah diinstitusikan oleh Allah sendiri pada masa yang paling awal, yakni dalam catatan penciptaan.

KESETIAAN (FIDEI)
Tatkala melangsungkan upacara pernikahan, kedua belah pihak, sang pria dan si wanita, saling mengucapkan janji. Mereka bersumpah setia satu terhadap yang lainnya, baik sehat maupun sakit, baik suka maupun duka, baik kaya maupun miskin. Sumpah setia itu diikrarkan di hadapan Tuhan dan sesama manusia.
Seksualitas merupakan salah satu aspek yang tak terpisahkan di dalam pernikahan. Di sini, seorang suami dan seorang istri saling melayani satu sama lain. Dengan demikian mereka memenuhi tanggung jawabnya masing-masing. Dalam penjelasan yang panjang lebar tentang perkawinan, Rasul Paulus menegaskan: "Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya" (1 Kor. 7:3). Bagi Agustinus saling memenuhi kewajiban merupakan "a mutual service"7 yang memang sudah sepantasnya demikian. Kesetiaan pun dituntut di dalam hubungan seksualitas. Bukan tidak mungkin di dalam sebuah pernikahan terjadi percabulan dan perzinahan. Agustinus tidak menutup-nutupi kenyataan ini. Akan tetapi, seandainya pun terjadi percabulan dan perzinahan di dalam suatu pernikahan, itu bukanlah berarti pernikahan menjadi tidak baik atau kekurangan nilai kebaikannya. Menurut Agustinus, yang benar adalah, percabulan dan perzinahan merupakan dosa dari orang-orang yang melakukan perbuatan tersebut.8
Kedua dosa ini sering disinggung oleh Agustinus di dalam buku de Bono Conjungali.
Membahas kebaikan menikah, Agustinus banyak mengutip tulisan rasul Paulus di dalam perikop 1 Korintus 7. Dia menyinggung hampir setiap ayat di dalam perikop ini. Dalam seluruh kitab PL & PB, perikop yang panjang lebar dan terlengkap mengupas perkawinan adalah tulisan Paulus tersebut. Bersamaan dengan berjalannya waktu, pasangan yang menikah tersebut saling melatih dan memupuk kesetiaan. Pernikahan menuntut sekaligus melatih pria dan wanita untuk saling berlaku setia satu sama lainnya. Mencermati zaman kita sekarang, adanya Pria Idaman Lain, Wanita Idaman Lain, perselingkuhan merupakan bukti konkret telah hilangnya apa yang Agustinus sebut sebagai kesetiaan. Kesetiaan patut dipertahankan dan dijaga oleh kedua belah pihak.

SAKRAMEN (SACRAMENTUM)
Sakramen yang dimaksudkan di sini jangan diasosiasikan dengan upacara sakramen yang diselenggarakan di dalam gereja-gereja Katolik dan Protestan. Adapun istilah sakramen yang dipakai oleh Agustinus di sini mengandung pengertian pertalian atau ikatan pernikahan. Sebagaimana yang sudah digariskan dalam Alkitab, seumur hidup mereka suami dan istri terikat menjadi satu, hanya maut yang akan memisahkan mereka berdua.
Sewaktu menguraikan bagian ini Agustinus tidak melewatkan untuk menyinggung tentang perceraian. Baginya, Alkitab tidak pernah mengajarkan perceraian. Agustinus tidak lupa membahas pemberian surat cerai pada zaman Musa melalui perspektif yang Yesus sendiri ajarkan di dalam Matius.9
Dia menegaskan kembali jawaban Yesus di dalam Mat.19:8. Beginilah Agustinus menjelaskannya:
And something like this custom, on account of hardness of the Israelites, Moses seems to have allowed, concerning a bill of divorcement. In which matter there appears rather a rebuke, than an approval of divorce.10
Musa mengizinkan perceraian di kalangan orang Israel dengan memberikan surat cerai. Hal ini sama sekali tidak boleh diartikan bahwa Musa setuju dengan konsep perceraian. Kenyataannya, Musa terpaksa berhubung dengan kekerasan hati atau ketegaran hati orang-orang Israel. Perlu kita ingat bahwa Agustinus menguasai bahasa latin dengan baik sekali. Besar kemungkinan sakramen yang dia maksudkan tidak lain dari apa yang dikatakan oleh Paulus di dalam Efesus 5:32, "Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat."
Dalam Alkitab berbahasa Latin "rahasia ini besar" diterjemahkan dengan memakai istilah magnum sacramentum. 11
Di dalam perikop ini rasul Paulus sedang menguraikan hubungan antara suami dan istri di dalam ikatan atau pertalian pernikahan. Uraian Paulus mengenai hubungan antara suami dengan istri kemudian beralih kepada hubungan antara Yesus Kristus dengan jemaat-Nya. Oleh karena itu, menurut Agustinus pernikahan mengajarkan kepada kita semua satu hal yang melampaui pernikahan itu sendiri, yakni relasi antara orang-orang percaya dengan Yesus Kristus.12

Orang-orang percaya merupakan mempelai wanita sementara Yesus Kristus adalah Sang mempelai pria. Pernikahan menjadi tanda atau simbol yang hidup yang bisa menolong kita untuk memahami hubungan antara Kristus dengan jemaat.
------------ --------- --------- --------- --------- --------- -
1 Lihat di dalam daftar lengkap karya Agustinus, Mary Inez Bogan, penerj., The Fathers of the Church 60: Saint Augustine The Retractations (Washington: Catholic University of America, 1968) 166; "Augustine's Works" Augustine through the Ages: An Encyclopedia (Grand Rapids: Eerdmans, 1999) xxxv - il.
2 John Gibb & James Innes, penerj., Nicene and Post-Nicene Father of Christian Church, Vol. VII; by Augustine, Philip Schaff, ed. (Grand Rapids: Eerdmans, 1888) 398; The Retractations, 166..
3 On the Good of Marriage 32, 412; David G. Hunter, "Marriage" Augustine through the Ages: An Encyclopedia (Grand Rapids: Eerdmans, 1999) 535-536; David G. Hunter, "De Bono Conjungali" Augustine through the Ages: An Encyclopedia (Grand Rapids: Eerdmans, 1999), hl. 110.
4 Augustine, "On the Good of Marriage" Nicene and Post-Nicene Father of Christian Church, trans by C. L. Cornish, VII: 399.
5 On the Good of Marriage 1-3, hl. 400.
6 Ibid., 3: 400.
7 Ibid., 3: 401.
8 Ibid., 5: 401.
9 Ibid., 7, hl. 402.
10 Ibid.
11 Hunter, "Marriage" Augustine through the Age, 536.
12 On the Good of Marriage 21, 408 & 32, 412

Tuesday, November 11, 2008

Norma-Norma Moralitas Seksual

"Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah." (Ibrani 13:4)

Yang terutama orang percaya harus murni secara moral dan seksual (2 Kor 11:2; Tit 2:5; 1 Pet 3:2). Kata "murni" (Yunaninya hagnos_ atau _amiantos) berarti bebas dari semua noda hal-hal yang cabul. Kata ini menekankan agar menahan diri dari segala tindakan dan pikiran yang merangsang keinginan yang tidak selaras dengan keperawanan atau janji-janji nikah seseorang. Kata ini juga menekankan agar mengendalikan diri dan menjauhi semua tindakan dan rangsangan seksual yang dapat menajiskan kemurnian seseorang di hadapan Allah. Hal itu termasuk menguasai tubuh kita sendiri dan "hidup dalam pengudusan dan penghormatan" (1 Tes 4:4), dan bukan "di dalam keinginan hawa nafsu" (1 Tes 4:5). Petunjuk alkitabiah ini berlaku baik bagi mereka yang hidup lajang maupun bagi mereka yang sudah menikah. Mengenai ajaran Alkitab soal moralitas seksual, perhatikan hal-hal berikut:

1) Hubungan sanggama hanya diizinkan bagi mereka yang sudah menikah dan disetujui serta diberkati Allah dalam keadaan itu saja ( Kej 2:24; Kid 2:7; 4:12]

Melalui pernikahan suami dan istri menjadi satu daging menurut kehendak Allah. Kesenangan jasmaniah dan emosional yang dihasilkan dalam hubungan pernikahan yang setia telah ditetapkan oleh Allah dan dihormati oleh-Nya.

2) Perzinahan, tindakan seksual yang tak bermoral, homoseksualitas, sensualitas, ketidaksucian, dan nafsu-nafsu yang hina dipandang sebagai dosa (Kel 20:14] yang hebat di hadapan Allah karena merupakan pelanggaran terhadap hukum kasih dan pencemaran hubungan pernikahan. Dosa-dosa semacam itu dikutuk dalam Alkitab (Ams 5:3) dan menempatkan seseorang di luar kerajaan Allah (Rom 1:24-32; .1Kor 6:9-10; Gal 5:19-21).

3) Tindakan seksual yang tak bermoral dan ketidaksucian bukan saja berupa perbuatan sanggama dan persetubuhan yang terlarang, tetapi juga meliputi setiap perbuatan pemuasan seksual dengan orang lain yang bukan pasangan nikahnya, yang dilaksanakan dengan menyingkapkan ketelanjangan orang tersebut. Ajaran kontemporer yang mengatakan bahwa hubungan seksual di antara kaum muda dan orang dewasa yang belum nikah tetapi sudah bertunangan dapat diterima sejauh tidak terjadi hubungan sanggama, merupakan ajaran yang bertentangan dengan kekudusan Allah dan norma kesucian Alkitab. Allah secara tegas melarang setiap bentuk "hubungan seksual dengan" (secara harfiah artinya "menyingkapkan ketelanjangan") siapa saja yang bukan suami atau istri yang sah (.m 18:6-30; .Im 20:11,17,19-21; Im 18:6]

4) Orang percaya harus menjalankan penguasaan diri dalam kaitan dengan semua hal seksual sebelum pernikahan. Membenarkan keintiman seksual pranikah dalam nama Kristus hanya berlandaskan suatu komitmen yang sungguh-sungguh atau yang hanya dirasakan kepada pasangannya secara terang-terangan mencemarkan norma-norma kudus dari Allah dengan cara-cara duniawi sehingga sesungguhnya membenarkan kedursilaan. Setelah menikah, keintiman seksual harus terbatas pada pasangan nikahnya saja. Alkitab menyebutkan penguasaan diri sebagai salah satu aspek buah Roh, kelakuan yang positif dan murni yang bertentangan dengan permainan seksual, pemuasan seksual, perzinaan dan ketidakmurnian. Komitmen iman seseorang terhadap kehendak Allah dalam hal kemurnian akan membuka jalan untuk menerima karunia penguasaan diri oleh Roh Kudus ini (Gal 5:22-24).

5) Istilah-istilah Alkitab yang digunakan untuk tindakan seksual yang dursila, yang menggambarkan luas kejahatan itu, adalah sebagai berikut:

(a) Kedursilaan seksual (Yun. _porneia_) menggambarkan aneka ragam perbuatan seksual sebelum atau di luar pernikahan; istilah ini tidak terbatas pada perbuatan sanggama. Setiap kegiatan atau permainan seksual yang intim di luar hubungan pernikahan, termasuk menyentuh bagian-bagian kelamin atau menyingkapkan ketelanjangan seseorang, terangkum dalam istilah ini dan jelas merupakan pelanggaran terhadap norma-norma moral Allah bagi umat-Nya (lih. .Im 18:6-30; .Im 20:11-12,17,19-21; 1Kor 6:18; 1Tes 4:3).

(b) Sensualitas (Yun. _aselgeia_) menunjuk kepada ketiadaan prinsip moral, khususnya mengabaikan penguasaan diri dalam hal seksual yang menjaga kemurnian perilaku (1 Tim 2:9]

mengenai perilaku yang senonoh). Termasuk di dalamnya kecenderungan untuk menurutkan atau merangsang nafsu berahi sehingga dengan demikian mengambil bagian dalam tindakan yang tidak dibenarkan Alkitab (Gal 5:19; Ef 4:19; 1 Pet 4:3; 2 Pet 2:2,18).

(c) Mengambil keuntungan dari orang (Yun. _pleonekteo_) berarti merampas kemurnian moral yang diinginkan Allah bagi orang itu dengan tujuan memuaskan nafsunya sendiri. Membangkitkan nafsu seksual di dalam diri orang lain yang tidak boleh dipuaskan secara benar berarti mengeksploitasi atau menarik keuntungan dari orang tersebut (1 Tes 4:6; bd. Ef 4:19).

(d) Nafsu (Yun. _epithumia_) adalah memiliki keinginan dursila yang akan dipenuhi jika kesempatan tersedia (Ef 4:19,22; 1 Pet 4:3; 2 Pet 2:18; Mat 5:28]

Monday, September 08, 2008

Pasangan yang Mesti Dihindari

oleh Pdt. Dr. Paul Gunadi (dari milist)

Tuhan meminta kita untuk menikah dengan yang seiman. Namun untuk mendapatkan pasangan hidup yang sepadan diperlukan hikmat untuk menimbang dan memutuskan dengan tepat.

Emosi cinta adalah emosi yang kuat dan kerap mewarnai proses pertimbangan. Itu sebabnya ada pepatah yang berkata bahwa cinta itu buta, dalam pengertian oleh karena cinta akhirnya kita membutakan mata terhadap hal-hal yang buruk yang seharusnya diperhitungkan.

Berikut akan dipaparkan beberapa tipe pasangan yang mesti dihindari sampai mereka mengalami pemulihan.

I) Pasangan yang Suka Berbohong
Jika pada masa sebelum menikah ia telah kerap berbohong, besar kemungkinan ia akan melanjutkan kebiasaannya sampai pernikahan.

Ada orang yang berbohong karena takut; ada pula yang berbohong karena ingin memberi kesan yang lain tentang dirinya; namun ada pula yang berbohong karena ingin menutupi perbuatannya.

Apa pun alasannya kita mesti berhati-hati dengan orang yang dengan mudah berbohong. Setidaknya ada empat alasan mengapa kita mesti berhati-hati agar jangan sampai berpasangan dengan tipe pembohong.

1. Orang yang mudah berbohong cenderung mengambil jalan pintas yang mudah sebab kebohongan merupakan caranya untuk menghindar dari kesulitan.

2. Orang yang berbohong acap tidak mau mempertanggungjawabkan perbuatannya; itu sebabnya berpasangan dengan tipe ini akan menyulitkan kita. Hidup menuntut tanggung jawab dan orang yang mengelak tanggung jawab adalah orang yang tidak dewasa. Besar kemungkinan ia menyalahkan orang lain agar dapat membebaskan dirinya dari tanggung jawab.

3. Orang yang berbohong pada akhirnya kehilangan hati nurani dan sekali nurani hilang, apa pun akan dihalalkannya. Banyak orang yang berbohong melakukannya karena ingin berbuat dosa. Dengan berbohong, ia akan dapat menutupi dosa sehingga bisa terus melakukannya tanpa terhalangi.

4. Orang yang berbohong tidak dapat dipercaya lagi dan tanpa kepercayaan, pernikahan ambruk. Kita akan selalu bertanya-tanya akan apa yang sebenarnya ia lakukan atau tidak lakukan; apa pun yang dikatakan atau dilakukannya membuat kita meragukan ketulusannya.

Firman Tuhan :
"Mulut orang benar mengeluarkan hikmat tetapi lidah bercabang akan dikerat. Bibir orang benar tahu akan hal yang menyenangkan, tetapi mulut orang fasik hanya tahu tipu muslihat." (Amsal 10:31-32)

II) Pasangan yang Pemarah dan Suka Memukul

Kebanyakan kasus pemukulan pasangan sesungguhnya berawal pada masa berpacaran namun kebanyakan kita mendiamkannya.

Sayangnya sekali terjadi pemukulan, maka lebih besar kemungkinan terjadinya pengulangan. Ada beberapa alasan yang umum dikemukakan yang membuat perilaku ini terus berlanjut.

1. Biasanya kita berdalih bahwa semua orang berdosa dan tidak ada yang sempurna, jadi, tidak beralasan bagi kita untuk memutuskan hubungan dengan orang tipe pemarah dan pemukul.

2. Kebanyakan pemukul menyesali perbuatannya dan meminta maaf.
Melihat ketulusannya menyesali tindak kasarnya, hati kita pun luluh dan menerimanya kembali. Kita berkata, bukankah Tuhan pun meminta kita untuk memaafkan orang yang telah bersalah kepada kita.

3. Pada umumnya kita berharap dan terus berharap bahwa dengan berjalannya waktu maka ia akan sadar dan tidak melakukannya lagi. Sayangnya harapan ini tidak terbukti; lebih banyak pemukul yang melanjutkan kebiasaan buruknya sampai setelah menikah. Sekali pola pemukulan terpancang, sukar sekali baginya untuk mencabutnya, apalagi mengingat bahwa kebanyakan pemukul mempunyai daya tampung stres yang tipis.

4. Pada akhirnya pemukulan menjadi alat untuk menguasai kita, dan bukan saja untuk membungkamkan kita. Hidup dengan pemukul begitu mencekam dan membuat kita ketakutan terus menerus. Anak-anak pun harus hidup dalam ketegangan akibat kekerasan yang dilihat dan dialaminya di rumah.

Firman Tuhan
"Orang bijak berhati-hati dan menjauhi kejahatan tetapi orang bebal melampiaskan nafsunya dan merasa aman. Siapa lekas naik darah, berlaku bodoh, tetapi orang yang bijaksana, bersabar." (Amsal 14:16-17)

Kesimpulan :
Pernikahan dengan seorang pembohong dan pemukul adalah pernikahan yang berisiko tinggi dan berdaya merusak. Hindarilah, doronglah dia untuk menerima pertolongan dan pantaulah pemulihannya lewat rentang waktu yang panjang. Jangan cepat jatuh kasihan sebab pernikahan
bukanlah sebuah rumah sakit untuk merawat orang yang bermasalah. Sudah semestinyalah kita membereskan masalah sebelum menikah agar tidak menimpakannya pada pasangan.

III) Pasangan yang Beremosi Labil

Beremosi labil lebih dari sekadar ciri kepribadian sanguin dan melankolik; sesungguhnya kebanyakan kasus emosi labil merupakan buah dari akar kepahitan dan penderitaan di masa lalu.

Sesungguhnya kita semua lahir membawa sebuah tabung emosi yang kosong; di dalam keluarga yang sehat tabung ini akan terisi kasih sayang dan pengarahan dari orangtua.

Sekali tabung ini terisi penuh, maka pengalaman seburuk apa pun tidak akan dapat dengan mudah memecahkan isi yang padat dan penuh itu.

Jika kita tidak menerima isian yang positif melainkan negatif, tidak bisa tidak, tabung emosi kita akan terisi kepahitan dan derita. Sekali tabung terisi padat dengan kepahitan dan derita, akan sukar sekali bagi pengalaman positif untuk datang masuk dan menggantikan kepahitan.

Itu sebabnya pada akhirnya orang ini akan terus bereaksi dengan pahit dan negatif. Semua ditafsir dari kacamata buruk dan sebagai akibatnya, emosinya menjadi labil dan negatif.

Menikah dengan orang tipe ini sudah tentu akan sukar dan berikut akan dipaparkan kesukarannya.

1. Emosinya mudah terpancing: kadang naik dalam kemarahan, kadang anjlok dalam kesedihan. Pada akhirnya kita menjadi frustrasi karena tidak tahu apa lagi yang harus dilakukan. Kita diam salah, bersuara pun salah.

2. Kita menjauh sedikit disangka ingin meninggalkannya dan sebagai akibatnya, ia akan makin mencengkeram dan membatasi ruang gerak kita.

3. Kita mengembangkan hobi atau pergaulan dituduh tidak lagi memberinya perhatian atau tidak lagi mencintainya.

4. Sudah tentu semua ini akan berdampak pada anak sehingga anak pun tertekan. Belum lagi bila terjadi pertengkaran di antara kita sebab kita tidak selalu kuat menahan diri. Akhirnya rumah sarat ketegangan dan ketidakpastian-sesuatu yang buruk bagi pertumbuhan anak.

Firman Tuhan
"Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya melebihi orang yang merebut kota . Lebih baik sekerat roti yang kering disertai ketenteraman daripada makanan daging serumah disertai dengan perbantahan." (Amsal 16:32; 17:1).

Orang yang beremosi labil adalah orang yang tidak dapat menguasai dirinya; hidup dengannya tidak pernah sepi perbantahan. Pada akhirnya relasi nikah retak sebab kita tidak nyaman berdekatan dengannya.

IV) Pasangan yang Hanya Mementingkan Diri Sendiri.

Pernikahan adalah tempat di mana diri harus ditanggalkan. Orang yang mementingkan dirinya adalah orang yang tidak memahami kasih dan tidak dapat mengasihi.

Berapa besarnya kasih ditentukan oleh berapa besarnya kepedulian kita pada perasaan orang yang dikasihi dan berapa relanya kita menyesuaikan diri dengannnya.

Jadi, orang yang hanya mementingkan dirinya sesungguhnya belumlah mengenal kasih dan belum dapat mengasihi dengan benar. Berikut akan dipaparkan masalah yang rawan timbul.

1. Orang yang mementingkan dirinya hanya dapat melihat segalanya dari sudut pandangnya. Ia kaku dalam bersikap dan menuntut kita untuk memahami dan melaksanakan kehendaknya.

2. Orang yang mementingkan dirinya sukar menjalin keintiman sebab keintiman dibangun di atas penyerahan dan pengorbanan diri: ia tidak berserah dan ia tidak berkorban. Pada akhirnya kitalah yang dituntut untuk terus berserah dan berkorban baginya.

3. Orang yang mementingkan dirinya biasanya membawa segudang masalah lainnya sebab sifat ini merupakan masalah yang berasal dari keluarga asalnya.

Misalnya bila ia adalah anak favorit sehingga selalu didahulukan, itu sebabnya ia menuntut kita untuk juga mendahulukan keinginannya. Ini berarti tingkat kedewasaannya rendah dan sudah tentu ini berdampak besar dalam membina rumah tangga.

Atau ia tidak dihargai sehingga bertumbuh besar dengan keinginan untuk dihargai. Itu sebabnya ia berlomba mendapatkan keberhasilan dan hal ini membuatnya berbangga hati. Alhasil dalam kebanggaan yang keluar dari kehausan ini terbentuk keegoisan yang tidak pernah dapat terpuaskan.

4. Pada akhirnya hidup dengan tipe ini sama dengan menghamba. Kita tidak dapat menjadi diri sendiri dan tidak dapat melakukan apa yang ingin kita lakukan. Hidup berputar di sekelilingnya saja dan kita harus mengikutinya. Singkat kata, keberadaan kita hanyalah untuk mendukung dan menolongnya mengembangkan dirinya belaka.

Firman Tuhan :
"Kecongkakan mendahului kehancuran dan tinggi hati mendahului kejatuhan." (Amsal 16:18)

Orang yang mementingkan dirinya sesungguhnya adalah orang yang congkak; ia menganggap diri dan kepentingannya berada di atas orang lain.

Tuesday, April 08, 2008

UNIKNYA PERNIKAHAN

Calon pasangan suami istri yg sedang bermesraan inilah kisahnya.
Sebelum kawin:

He = Si cowo
She= Si cewe

He : Akhirnya! aku sudah menunggu saat ini tiba sejak lama
She : Apaakah kau rela jika aku pergi ...?
He : Tentu tidak ! Jangan kau berpikiran seperti itu
She : Apakah kau mencintaiku ...?
He : Tentu! selamanya tetap begitu
She : Apakah kau pernah selingkuh...??
He : Tdk! Aku tidak pernah melakukan hal seburuk itu
She : Maukah kau menciumku....?
He : Ya.
She : Sayangku.........?





Mau tau kisah selanjutnya sesudah 5thn merek kawin.......?





th 1 ...............................







th 2 ...............................................................









th 3
........................................................................................











th 4
...............................................................................................................





th 5
.....................................................................................................................................




Inilah kisah pasangan suami istri setelah lima tahun
menikah..............................
baca lagi kisah diatas ..... tapi bacanya dari bawah keatas !.

from: email milist GETT yg dikirim oleh Soni Santana.

Wednesday, March 12, 2008

BEDA antara SUKA SAYANG dan CINTA

Saat kau MENYUKAI seseorang, kau ingin memilikinya untuk keogoisanmu sendiri
Saat kau MENYAYANGI seseorang, kau ingin sekali membuatnya bahagia dan bukan untuk dirimu sendiri
Saat kau MENCINTAI seseorang, kau akan melakukan apapun untuk kebahagiannya walaupun kau harus mengorbankan jiwamu।

Saat kau MENYUKAI seseorang dan berada disisinya maka kau akan bertanya "bolehkah aku menciummu?"
Saat kau MENYAYANGI seseorang dan berada disisinya maka kau akan bertanya "bolehkah aku memelukmu?"
Saat kau MENCINTAI seseorang dan berada disisinya maka kau akan menggenggam erat tangganya।

SUKA adalah saat ia menangis, kau akan berkata "sudahlah, jangan menangis"
SAYANG adalah saat ia menangis dan kau akan menangis bersamanya.
CINTA adalah saat ia menangis dan kau akan membiarkannya mengangis di pundakmu sambil berkata "Mari kita selesaikan masalah ini bersama-sama।

SUKA adalah saat kau melihatnya maka kau akan berkata "ia sangat cantik dan menawan
SAYANG adalah saat kau melihatnya kau akan melihat dari hatimu dan bukan matamu
CINTA adalah saat kau melihatnya kau akan berkata "Buatku dia adalah anugrah terindah yang pernah Tuhan berikan kepadaku"

Pada saat orang yang kau SUKA menyakitimu, maka kau akan marah dan tak mau bicara lagi padanya
Pada saat orang yang kau SAYANG manyakitimu, engkau akan menangis untuknya
Pada saat orang yang kau CINTAI menyakitimu, kau akan berkata "Tak apa dia hanya tak tahu apa yang dia lakukan।

Pada saat kau SUKA padanya, kau akan MEMAKSANYA untuk menyukaimu
Pada saat kau SAYANG padanya, kau akan MEMBIARKANNYA MEMILIH
Pada saat kau CINTA padanya, kau akan selalu MENANTINYA dengan setia dan tulus।

SUKA adalah kau akan menemaninya bila itu menguntungkan
SAYANG adalah kau akan menenmaninya disaat dia membutuhkan
CINTA adalah kau akan menemaninya disaat bagaimanapun juga

SUKA adalah hal yang menuntut
SAYANG adalah hal yang memberi dan menerima
CINTA adalah hal yang memberi dengan rela.