Wednesday, June 18, 2008

KWIK KIAN GIE FOR PRESIDENT

Siapa yang tidak kenal sosok beliau? Tokoh yang sangat Nasionalis ini layak untuk diperhitungkan menjadi kandidat Calon Presiden Indonesia 2009, Wacana ini telah lama berkembang bahkan ketika Pemilu 2004 lalu, waktu itu ada kelompok-kelompok masyarakat yang ingin mencalonkan Kwik Kian Gie sebagai Calon Presiden Independen. namun UU belum memperbolehkan hal ini.

Kwik lahir di Juwana, Jawa Tengah, 11 Januari 1935. Sebentar di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, kemudian putra seorang pengusaha hasil bumi bernama The Kwie Kie ini, berangkat kuliah ke Nederlandsche Economische Hogeschool, Rotterdam, Belanda. Di sana pula ia bertemu dengan Dirkje Johanna de Widt, gadis Rotterdam yang kemudian menjadi isterinya. Dua dari tiga anaknya juga lahir di kota itu.

Lulus dari Nederlandsche Economische Hogeschool pada 1963, ia tidak langsung pulang ke Indonesia, tetapi bekerja dulu sebagai asisten atase kebudayaan dan penerangan pada Kedutaan Besar RI di Den Haag. Namun pekerjaan itu hanya dilakoninya setahun. Selanjutnya, ia menjadi direktur NV Handelsonderneming IPILO, Amsterdam. Tahun 1970 ia kembali ke tanah air, dan sempat menganggur pula selama setahun sebelum akhirnya terjun ke dunia bisnis dan mendirikan PT Indonesian Financing & Investment Company. Ia sempat pula menjadi pimpinan beberapa perusahaan lainnya.

Dunia bisnis kemudian ditinggalkan pada 1987, meskipun sampai tahun 1990 namanya masih tercatat sebagai direktur utama PT Altron Niagatama Nusa. "Saya sudah punya cukup uang untuk membiayai semua yang saya inginkan," katanya. Ia pun terjun total ke dunia politik dan pendidikan. Untuk dunia pendidikan, bersama dua kawannya, Kaharudin Ongko dan Djoenaedi Joesoef, ia mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Institut Bisnis Indonesia (STIE IBII). Di lembaga itu ia duduk dalam jajaran dewan direktur.

Untuk politik, ia bergabung dengan PDI pro Megawati. Di sana ia duduk di Badan Penelitian dan Pengambangan (Balitbang), sekaligus menjadi salah satu Ketua DPP. Meskipun kemudian Mega disingkirkan oleh pemerintah dari PDI, ia tetap konsisten membela dan mendukung Mega. Menurut Kwik, kemanusiaan Mega sangat tinggi. "Kemanusiaannya besar sekali, sehingga Mega tidak bisa melihat darah mengalir, kerusuhan atau kematian. Dia terus menerus berpesan agar anggota PDI menjaga diri dan menghindari kerusuhan," katanya suatu kali.

Ia menambahkan, bahwa Mega itu manusia yang mirip Bung Karno, "dan logisnya luar biasa". Ia hidup untuk melayani orang lain. Itu tak lain karena Mega dilahirkan dalam keadaan untuk melayani orang lain. "Jadi kalau dia peduli terhadap kehidupan bangsa ini, itu bukan dibuat-buat, bukan agar dia menjadi orang berpangkat atau orang penting," tambah Kwik kepada majalah di atas.

Keadaan memang berubah, reformasi datang, dan PDI Megawati -- kemudian bernama PDI Perjuangan -- diperbolehkan menjadi salah satu partai politik. Selanjutnya, penulis masalah-masalah ekonomi yang sangat produktif ini pun naik ke Senayan sebagai anggota DPR. Di sana, ia pun dipercaya menjadi Wakil Ketua MPR, sebelum kemudian diangkat Gus Dur sebagai Menko Ekuin.

Sebagian masyarakat Indonesia yang tahu betul sepak terjang Kwik Kian Gie sejak zaman Presiden Soeharto, pasti tahu apa saja yang sudah dilakukan Kwik Kian Gie yang selalu getol bersuara meski harus berhadapan dengan kondisi Pemerintahan saat itu yang penuh dengan budaya KKN. Pengalamannya dibidang Ekonomi yang Pro Rakyat dan bidang Politik tidak perlu diragukan lagi. Kecintaan dan Nasionalisme-nya siapa yang bisa meragukannya.

Diantara para nasionalis seperti Amien Rais, Megawati, Akbar Tandjung, dll, nama Kwik Kian Gie termasuk harum dan disegani baik oleh teman-teman Politik antar partai maupun oleh musuh-musuh politik PDI Perjuangan dimana Kwik duduk sebagai Balibtbang PDIP. Tampaknya sosok Beliau yang berdarah Tionghoa-Indonesia yang mengecap Pendidikan di Belanda ini memang layak disandingkan dan disamakan dengan tokoh-tokoh nasional seperti Akbar Tandjung, Amien Rais, SBY, Megawati, Jusuf Kalla, dll.

Dalam beberapa buku yang ditulis dari kalangan Muslim, memunculkan wacana mengenai Presiden Indonesia yang bukan dari Islam. Tampak wacana ini diusung untuk memberi kesempatan yang sama bagi semua orang Indonesia tidak memusingkan Suku Bangsa (Jawa-Non Jawa), Agama (Islam-Kristen-Budha, dan lain-lain). Menurut hemat penulis, memang sudah seharusnya kita sebagai Warga Negara Indonesia melihat sosok seseorang bukan dari latar belakang yang bersifat SARA namun lebih pada melihat tokoh atau sosok itu dari Track Record dan Kapabilitas Beliau sebagai seorang Pemimpin dan Negarawan Sejati. Sosok Nasionalis selalu lebih disukai daripada yang bersifat Agamis dalam negara yang Ber-bhinneka Tunggal Ika ini dalam wadah NKRI yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.

Bahkan Kwik ketika harus berhadapan dengan para "konglomerat hitam" yang beberapa diantaranya adalah keturunan Tionghoa, Beliau tetap lebih mementingkan kepentingan Rakyat Indonesia dan bahkan cenderung membenci semua konglomerat hitam yang jelas tidak perlu dikasihani oleh negara.

Tampaknya sosok Beliau yang berani mati demi sebuah ideologi dan misi membela kepentingan Rakyat Indonesia, patutlah mendapat acungan jempol dan penghargaan.
Menjelang PEMILU 2004, nama Beliau sempat diusung menjadi calon Presiden, dan bahkan beberapa Capres saat itu memperhitungkan beliau untuk disandingkan menjadi Calon Wakil Presiden.

Pengalaman Beliau ddalam berorganisasi tidak perlu diragukan lagi, sejak bergabung di PDI Perjuangan dalam masa-masa yang berat saat Orde Baru, Beliau siap mati demi membela kepentingan Nasional dan PDI Perjuangan dibawah kepemimpinan Ibu Megawati Soekarnoputri. Tampaknya kesetiaan beliau kepada Ibu Megawati dan PDI Perjuangan juga tidak lepas dari kekaguman Beliau akan sosok Ir. Soekarno, sang Penyambung Lidah Rakyat.

Masih ingat dengan Kaukus November yang beliau Prakarsai sejak 1998? Beliau bukan hanya berhasil mengggagas namun juga mewujudkan dan mengajak para nasionalis yang cinta bangsa dan negara untuk perhatian kepada masalah-masalah utama bangsa ini.
Kwik, Tokoh Tionghoa yang "paling nasionalis" ini juga aktif dalam membela BUMN-BUMN dari kekuasaan Pihak Asing yang ingin menggerogoti Kekayaan Negara Indonesia yang tiada tara sebagai Berkat Yang Maha Kuasa.

Apalagi yang mau penulis katakan tentang Beliau? Salah satu tokoh nasionalis yang mempengaruhi hidup saya adalah Kwik Kian Gie, selain tentunya Soekarno, dll. Tentunya Track Record beliau di PDIP dan Pemerintahan semasa menjabat Menteri patut mendapat perhitungan dan penilaian yang serius dari masyarakat Indonesia.

Bagi penulis, sosok Kwik Kian Gie bagaikan sosok yang memberi warna berbeda dan menyegarkan ditengah situasi bangsa dan negara yang sering disebut Carut-Marut. Dan tampaknya, Beliau Layak diperbincangkan dan terus diwacanakan sebagai salah satu calon Presiden Independen selain tokoh-tokoh seperti Akbar Tandjung, SBY, Jusuf Kalla, Megawati, Amien Rais, Bang Yos, Prabowo Subianto, Wiranto, dll.

Jadi, pantaskah Kwik Kian Gie menjadi Calon Presiden 2009 atau 2014? Mari wujudkan Calon Independen, mari wujudkan Mimpi jadi Kenyataan.

No comments: