Sebuah survei di Inggris menemukan bahwa lebih dari 80% remaja berumur 14 hingga 16 tahun “secara rutin mengakses fotografi dan video pornografi keras” di komputer rumah mereka atau di telepon genggam mereka (“Third of Children,” Daily Mail, 7 Juni 2010). Lebih lanjut lagi, sepertiga anak-anak mengakses pornografi online sejak umur 10 tahun. Laporan itu mengatakan bahwa orang tua sepertinya tidak sadar akan bahaya terhadap anak-anak mereka dan dalam banyak kasus tidak mampu untuk mengimbangi anak-anak mereka yang jago komputer. Sebenarnya, para orang tua hari ini seringklai sendirinya kecanduan pornografi dan menjadi begitu bebal terhadap dosa sehingga mereka tidak peduli apa yang terjadi kepada anak-anak mereka. (Film-film hari ini yang memiliki rating-R akan dianggap pornografi beberapa puluh tahun yang lalu). Kita bertanya-tanya apakah hasilnya jika survei yang sama dilakukan di gereja-gereja yang mengaku menjunjung Alkitab.
Saya tidak ragu bahwa angkanya pasti jauh lebih rendah, tetapi pornografi tetap adalah isu moral yang besar yang telah meresap ke dalam setiap lingkup kehidupan karena teknologi modern, dan jika orang tua tidak sangat berhati-hati mengenai apa yang mereka izinkan untuk masuk ke rumah mereka, dan jika mereka tidak sangat berjaga-jaga akan anak-anak mereka, mereka dapat dengan mudah masuk jebakan Iblis. Semua telepon genggam dan komputer yang dipakai oleh anak-anak dan orang-orang muda haruslah di bawah kendali ketat orang tua. Komputer-komputer seharusnya hanya dipakai dalam situasi keluarga yang publik, sehingga orang tua dapat melihat apa yang sedang diakses. Filter dan metode kontrol lainnya harus dipasang. Saya telah menemukan bahwa software Covenant Eyes sangat membantu. Para suami harus bertanggung jawab kepada istri-istri mereka, dan para istri kepada suami-suami mereka, sebagai pengaman di zaman yang hina ini. Saya sudah banyak mendengar para lelaki yang jatuh ke dalam dosa pornografi dan banyak wanita yang meninggalkan keluarga mereka setelah bertemu dengan lelaki di internet. Jangan biarkan ini terjadi dalam keluargamu. “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya” (1 Pet. 5:8).
STEPHEN HAWKING MENGATAKAN BAHWA ILMU PENGETAHUAN AKAN MENANG MELAWAN AGAMA
Stephen Hawking, profesor matematika di Cambridge dan penulis buku-buku bestseller, mengatakan bahwa ilmu pengetahuan akan menang melawan agama. Dalam sebuah wawancara dengan Diane Sawyer dari ABC Wolrd News, Hawking ditanya mengenai apakah ada cara untuk memperdamaikan ilmu pengetahuan dengan agama. Ia menjawab, “Ada perbedaan yang mendasar antara agama, yang berlandaskan otoritas, [dengan] ilmu pengetahuan, yang berlandaskan pengamatan dan akal budi. Ilmu pengetahuan akan menang karena ia bekerja [dalam dunia nyata]” (“Stephen Hawking on Religion: Science Will Win,” ABC World News, 7 Juni 2010). Pada kenyataannya, ilmu pengetahuan sama sekali tidak bekerja ketika harus menjawab pertanyaan-pertanya an besar tentang kehidupan. Dalam wawancara yang sama, Hawking, yang seharusnya “tahu lebih banyak tentang alam semesta dari hampir semua orang lain di bumi ini,” mengatakan “Saya ingin tahu mengapa alam semesta eksis.” Ilmu pengetahuan tidak akan pernah bisa menjawab pertanyaan itu atau seribu pertanyaan lainnya. Apakah ada Allah, dan jika ya, siapakah Dia, seperti apakah Dia, dan bagaimanakah saya dapat mengenalNya secara pribadi? Mengapakah alam semesta mengikui hukum-hukum yang tepat yang dapat ditemukan oleh manusia melalui ilmu pengetahuan? Apakah manusia? Mengapakah ia begitu berbeda dari binatang, padahal katanya ia berevolusi dari binatang? Apakah jiwa manusia itu? Dari manakah asalnya dan apakah yang terjadi padanya setelah kematian? Hingga masa pensiunnya yang baru-baru ini, Hawking menjabat posisi di Cambridge yang dulu pernah dijabat oleh Sir Isaac Newton, tetapi Newton jauh lebih maju daripada Hawking dalam hal ia tidak tertipu sehingga mengira bahwa ilmu pengetahuan dapat tahu segala-galanya. Newton, yang menemukan hukum gravitasi, mengatakan, “Gravitasi menjelaskan pergerakan planet-planet, tetapi tidak dapat menjelaskan siapa yang menggerakkan planet-planet tersebut.” Ini menggarisbawahi perbedaan antara Newton dan Hawking. Dari wawancara Sawyer, sepertinya Hawking tidak mengerti keterbatasan ilmu pengetahuan. Newton percaya ada Allah Pencipta, dan ia menyebut atheisme “tidak berakal dan busuk.” Ia percaya bahwa Alkitab adalah wahyu Allah tentang diriNya kepada manusia, dan Newton menghabiskan lebih banyak waktu mempelajari Alkitab daripada ilmu pengetahuan. Ia mengatakan, “Sistem matahari, planet-planet, dan komet yang teramat indah ini, hanya mungkin berasal dari pikiran dan kuasa Pribadi yang intelijen… .Allah yang Supreme adalah Pribadi yang kekal, tidak terbatas, dan sempurna absolut.” Allah inilah yang telah ditolak oleh ilmu pengetahuan modern, tetapi penolakan itu bukanlah didasarkan pada fakta-fakta ilmiah, melainkan atas kebencian yang disengaja dan adalah salah satu bukti bahwa Alkitab adalah sebagaimana klaimnya, Firman Allah yang tidak dapat gagal (2 Petrus 3:3-5).
Stephen Hawking, profesor matematika di Cambridge dan penulis buku-buku bestseller, mengatakan bahwa ilmu pengetahuan akan menang melawan agama. Dalam sebuah wawancara dengan Diane Sawyer dari ABC Wolrd News, Hawking ditanya mengenai apakah ada cara untuk memperdamaikan ilmu pengetahuan dengan agama. Ia menjawab, “Ada perbedaan yang mendasar antara agama, yang berlandaskan otoritas, [dengan] ilmu pengetahuan, yang berlandaskan pengamatan dan akal budi. Ilmu pengetahuan akan menang karena ia bekerja [dalam dunia nyata]” (“Stephen Hawking on Religion: Science Will Win,” ABC World News, 7 Juni 2010). Pada kenyataannya, ilmu pengetahuan sama sekali tidak bekerja ketika harus menjawab pertanyaan-pertanya an besar tentang kehidupan. Dalam wawancara yang sama, Hawking, yang seharusnya “tahu lebih banyak tentang alam semesta dari hampir semua orang lain di bumi ini,” mengatakan “Saya ingin tahu mengapa alam semesta eksis.” Ilmu pengetahuan tidak akan pernah bisa menjawab pertanyaan itu atau seribu pertanyaan lainnya. Apakah ada Allah, dan jika ya, siapakah Dia, seperti apakah Dia, dan bagaimanakah saya dapat mengenalNya secara pribadi? Mengapakah alam semesta mengikui hukum-hukum yang tepat yang dapat ditemukan oleh manusia melalui ilmu pengetahuan? Apakah manusia? Mengapakah ia begitu berbeda dari binatang, padahal katanya ia berevolusi dari binatang? Apakah jiwa manusia itu? Dari manakah asalnya dan apakah yang terjadi padanya setelah kematian? Hingga masa pensiunnya yang baru-baru ini, Hawking menjabat posisi di Cambridge yang dulu pernah dijabat oleh Sir Isaac Newton, tetapi Newton jauh lebih maju daripada Hawking dalam hal ia tidak tertipu sehingga mengira bahwa ilmu pengetahuan dapat tahu segala-galanya. Newton, yang menemukan hukum gravitasi, mengatakan, “Gravitasi menjelaskan pergerakan planet-planet, tetapi tidak dapat menjelaskan siapa yang menggerakkan planet-planet tersebut.” Ini menggarisbawahi perbedaan antara Newton dan Hawking. Dari wawancara Sawyer, sepertinya Hawking tidak mengerti keterbatasan ilmu pengetahuan. Newton percaya ada Allah Pencipta, dan ia menyebut atheisme “tidak berakal dan busuk.” Ia percaya bahwa Alkitab adalah wahyu Allah tentang diriNya kepada manusia, dan Newton menghabiskan lebih banyak waktu mempelajari Alkitab daripada ilmu pengetahuan. Ia mengatakan, “Sistem matahari, planet-planet, dan komet yang teramat indah ini, hanya mungkin berasal dari pikiran dan kuasa Pribadi yang intelijen… .Allah yang Supreme adalah Pribadi yang kekal, tidak terbatas, dan sempurna absolut.” Allah inilah yang telah ditolak oleh ilmu pengetahuan modern, tetapi penolakan itu bukanlah didasarkan pada fakta-fakta ilmiah, melainkan atas kebencian yang disengaja dan adalah salah satu bukti bahwa Alkitab adalah sebagaimana klaimnya, Firman Allah yang tidak dapat gagal (2 Petrus 3:3-5).
PERCERAIAN ITU MENULAR
Berikut ini disadur dari “Could You Be ‘Infected’ by Friend’s Divorce?” CNN, 20 Juni 2010: “Perceraian adalah sesuatu yang menular dalam jaringan sosial, demikian kata sebuah penelitian baru. Ide ini didasarkan pada teori penularan sosial, atau penyebaran kelakuan atau emosi melalui kelompok. Dalam kasus ini, perasaan yang tindakan-tindakan yang emosional dari perceraian seseorang dapat ditransfer seperti virus, menyebabkan orang lain juga bercerai, menurut penelitan itu. Bukan saja resiko perceraian dapat menular dari satu pasangan kepada teman-teman atau keluarga mereka, perceraian itu bahkan bisa juga mempengaruhi hubungan-hubungan lain yang terpisah dua langkah dari pasangan yang pertama bercerai, kata James H. Fowler, seorang profesor ilmu politik di Universitas California, San Diego. Keputusanmu untuk berpisah dengan pasanganmu dapat mempengaruhi apakah teman-temanmu juga bercerai. Keputusan itu juga bisa mempengaruhi teman dari temanmu, menurut penemuan awal oleh Fowler dan teman-teman peneliti dari Universitas Harvard dan Brown. Penemuan baru ini bisa saja mencekam bagi anggota keluarga Gore, yang telah mengumumkan dua perceraian dalam bulan ini. Mantan wakil presiden Amerika, Al Gore, dan istrinya, Tipper, membuat Amerika terkejut satu minggu yang lalu dengan pengumuman bahwa mereka akan berpisah setelah pernikahan 40 tahun. Kemudian, putri sulung pasangan tersebut, Karenna Gore Schiff, mengumumkan hari Rabu bahwa ia akan berpisah dari suaminya setelah 13 tahun menikah. Gore Schiff, 36 tahun, seorang lulusan Universitas Harvard dan Sekolah Hukum Columbia, menikah dengan Dr. Andrew Schiff pada tahun 1997 dan mempunya tiga orang anak….Penelitian Fowler tentang penularan perceraian tidak memperhatikan apakah keputusan orang tua untuk berpisah mempengaruhi hubungan anak-anak mereka. Tetapi penelitiannya ada menganalisis efek perceraian terhadap saudara kandung. Orang-orang yang memiliki saudara kandung yang bercerai, 22% lebih mungkin bercerai dibandingkan dengan orang-orang yang tidak memiliki saudara kandung yang bercerai. Gore Schiff bukanlah anak Gore pertama yang menghadap perceraian. Saudarinya yang lebih muda, Kristin Gore, seorang penulis, mengajukan gugatan cerai dari Paul Cusack setahun yang lalu. Putri Gore yang termuda menikah dengan pebisnis Bill Lee tahun 2007. Keluarga Gore juga memiliki seorang putra, Albert Gore III.”
Berikut ini disadur dari “Could You Be ‘Infected’ by Friend’s Divorce?” CNN, 20 Juni 2010: “Perceraian adalah sesuatu yang menular dalam jaringan sosial, demikian kata sebuah penelitian baru. Ide ini didasarkan pada teori penularan sosial, atau penyebaran kelakuan atau emosi melalui kelompok. Dalam kasus ini, perasaan yang tindakan-tindakan yang emosional dari perceraian seseorang dapat ditransfer seperti virus, menyebabkan orang lain juga bercerai, menurut penelitan itu. Bukan saja resiko perceraian dapat menular dari satu pasangan kepada teman-teman atau keluarga mereka, perceraian itu bahkan bisa juga mempengaruhi hubungan-hubungan lain yang terpisah dua langkah dari pasangan yang pertama bercerai, kata James H. Fowler, seorang profesor ilmu politik di Universitas California, San Diego. Keputusanmu untuk berpisah dengan pasanganmu dapat mempengaruhi apakah teman-temanmu juga bercerai. Keputusan itu juga bisa mempengaruhi teman dari temanmu, menurut penemuan awal oleh Fowler dan teman-teman peneliti dari Universitas Harvard dan Brown. Penemuan baru ini bisa saja mencekam bagi anggota keluarga Gore, yang telah mengumumkan dua perceraian dalam bulan ini. Mantan wakil presiden Amerika, Al Gore, dan istrinya, Tipper, membuat Amerika terkejut satu minggu yang lalu dengan pengumuman bahwa mereka akan berpisah setelah pernikahan 40 tahun. Kemudian, putri sulung pasangan tersebut, Karenna Gore Schiff, mengumumkan hari Rabu bahwa ia akan berpisah dari suaminya setelah 13 tahun menikah. Gore Schiff, 36 tahun, seorang lulusan Universitas Harvard dan Sekolah Hukum Columbia, menikah dengan Dr. Andrew Schiff pada tahun 1997 dan mempunya tiga orang anak….Penelitian Fowler tentang penularan perceraian tidak memperhatikan apakah keputusan orang tua untuk berpisah mempengaruhi hubungan anak-anak mereka. Tetapi penelitiannya ada menganalisis efek perceraian terhadap saudara kandung. Orang-orang yang memiliki saudara kandung yang bercerai, 22% lebih mungkin bercerai dibandingkan dengan orang-orang yang tidak memiliki saudara kandung yang bercerai. Gore Schiff bukanlah anak Gore pertama yang menghadap perceraian. Saudarinya yang lebih muda, Kristin Gore, seorang penulis, mengajukan gugatan cerai dari Paul Cusack setahun yang lalu. Putri Gore yang termuda menikah dengan pebisnis Bill Lee tahun 2007. Keluarga Gore juga memiliki seorang putra, Albert Gore III.”
35.000 DIPAKSA UNTUK ABORSI SETIAP HARI DI CINA
Berikut ini disadur dari “Women Forced to Abort,” Washington Times, 2 Juni 2010: “Setiap 2,4 detik, seorang wanita di Cina menjalani aborsi yang dipaksakan karena kebijaksanaan satu-anak di negeri komunis tersebut, dengan total 35.000 aborsi setiap harinya, demikian kata sebuah panel beranggotakan empat orang ahli pada hari Selasa. ‘Lebih dari 400 juta anak-anak tidak hidup di Cina karena kebijaksanaan satu0anak,’ kata Reggie Littlejohn, presiden dari Women’s Rights Without Borders. ‘Itu lebih dari jumlah populasi Amerika Serikat.’ …. ‘Banyak orang tidak tahu bahwa kebijaksanaan satu-anak menghasilkan pengguguran- pengguguran paksaan,’ kata Ms. Littlejohn, menggambarkan bagaimana wanita-wanita di Cina diseret ke rumah sakit dan diikat ke tempat tidur untuk digugurkan. Para panelis mengatakan bahwa mereka masing-masing pernah kontak pribadi dengan korban-korban pemaksaan aborsi di Cina. Ms. Littlejohn dulunya adalah seorang pengacara hukum bagi pengungsi-pengungsi Cina yang mencari pertolongan di Amerika Serikat, dan banyak di antara mereka yang berbagi cerita mengenai pemaksaan aborsi…..negara- negara lain yang memiliki masalah populasi sedang mempertimbangkan menyalin model Cina karena pertolongan dan kredibilitas yang diperoleh model ini dari Population Fund PBB, kata Mr. Christopher Smith, New Jersey.”
Berikut ini disadur dari “Women Forced to Abort,” Washington Times, 2 Juni 2010: “Setiap 2,4 detik, seorang wanita di Cina menjalani aborsi yang dipaksakan karena kebijaksanaan satu-anak di negeri komunis tersebut, dengan total 35.000 aborsi setiap harinya, demikian kata sebuah panel beranggotakan empat orang ahli pada hari Selasa. ‘Lebih dari 400 juta anak-anak tidak hidup di Cina karena kebijaksanaan satu0anak,’ kata Reggie Littlejohn, presiden dari Women’s Rights Without Borders. ‘Itu lebih dari jumlah populasi Amerika Serikat.’ …. ‘Banyak orang tidak tahu bahwa kebijaksanaan satu-anak menghasilkan pengguguran- pengguguran paksaan,’ kata Ms. Littlejohn, menggambarkan bagaimana wanita-wanita di Cina diseret ke rumah sakit dan diikat ke tempat tidur untuk digugurkan. Para panelis mengatakan bahwa mereka masing-masing pernah kontak pribadi dengan korban-korban pemaksaan aborsi di Cina. Ms. Littlejohn dulunya adalah seorang pengacara hukum bagi pengungsi-pengungsi Cina yang mencari pertolongan di Amerika Serikat, dan banyak di antara mereka yang berbagi cerita mengenai pemaksaan aborsi…..negara- negara lain yang memiliki masalah populasi sedang mempertimbangkan menyalin model Cina karena pertolongan dan kredibilitas yang diperoleh model ini dari Population Fund PBB, kata Mr. Christopher Smith, New Jersey.”
BERPUSAT PADA KEBENARAN BUKAN PADA ISU-ISU SAAT INI
Berikut ini disadur dari khotbah “Real Answers for Fundamentalists” oleh Jim Van Gelderen, Maret 2005: “[Fundamentalis muda mengatakan bahwa mereka akan berpusat pada kebenaran tetapi tidak pada isu-isu saat ini.] Nah, bagaimanakah hal itu mungkin? [Katanya] mereka telah berjanji untuk tidak mengurangi dari Firman tetapi juga tidak menambahinya. Ini terdengar sangat agung, tetapi saya katakan, ini sangat berbahaya. Dengan mengatakan bahwa mereka tidak mau menambahinya, sebenarnya mereka mengatakan bahwa mereka tidak mau bersikap dalam hal isu-isu yang tidak secara spesifik disebut oleh Alkitab, seperti pergi ke bioskop, berenang campur lelaki dengan perempuan, merokok, [musik] dan minum-minum ringan. Itulah maksud mereka. Dengan kata lain, ‘Hei, saya setia kepada Firman; Allah tidak mengatakan bahwa ada yang salah dengan minum-minum sedikit.’ Yang sama sekali diabaikan oleh mereka adalah bahwa Firman Allah memberikan prinsip-prinsip yang kekal, dan Roh Allah membantu kita menerapkan prinsip-prinsip itu. Saya akan memberikan sebuah ilustrasi. Seorang penginjil menceritakan kepada saya kisah berikut. Ia sedang khotbah di sebuah sekolah tinggi Kristen, dan ia sekedar menyinggung secara negatif mengenai tato dan laki-laki yang memakai kalung. Itu bukanlah inti khotbahnya; hanyalah ilustrasi yang ia pakai, tetapi pernyataan itu benar-benar menimbulkan kehebohan. Dua orang pengawas asrama datang kepada dia dengan marah. Mereka sangat tidak senang bahwa ia bisa-bisanya berpikir bahwa lelaki yang memakai kalung atau orang Kristen yang bertato itu salah. Nah, itlah arahnya [para fundamentalis muda]. Saya rasa saya dapat menunjukkan dari Alkitab bahwa tato itu identik dengan dunia. Saya yakin anda dapat mencari perikop dan berkhotbah tentang tidak menjadi serupa dengan dunia ini dan membuat penerapannya terhadap tato, dan ini sama sekali benar. Saya pikir anda dapat berkhotbah dari Ulangan 22:5 dan menyinggung masalah lelaki yang memakai kalung. Dalam melakukan semua itu, anda menerapkan prinsip Alkitab secara benar. Saya tahu ada isu-isu yang kontroversial, tetapi pin saya adalah bahwa ketika dua orang pengawas asrama Sekolah Tinggi Theologi itu datang kepada penginjil tadi, mereka bukan marah karena sikap pemberontak para mahasiswa; mereka marah terhadap pengkhotbahnya. Lihat, di sinilah kita. Dan saya ingin tunjukkan bahwa orang-orang itu akan sangat suka dengan pernyataan, “Kami telah berjanji untuk tidak mengurangi dari Firman tetapi juga tidak menambahinya. ” Terdengar agung, tetapi sebenarnya hanyalah samaran untuk keengganan menghadapi isu-isu masa kini di bawah terang prinsip-prinsip Alkitab.”
Berikut ini disadur dari khotbah “Real Answers for Fundamentalists” oleh Jim Van Gelderen, Maret 2005: “[Fundamentalis muda mengatakan bahwa mereka akan berpusat pada kebenaran tetapi tidak pada isu-isu saat ini.] Nah, bagaimanakah hal itu mungkin? [Katanya] mereka telah berjanji untuk tidak mengurangi dari Firman tetapi juga tidak menambahinya. Ini terdengar sangat agung, tetapi saya katakan, ini sangat berbahaya. Dengan mengatakan bahwa mereka tidak mau menambahinya, sebenarnya mereka mengatakan bahwa mereka tidak mau bersikap dalam hal isu-isu yang tidak secara spesifik disebut oleh Alkitab, seperti pergi ke bioskop, berenang campur lelaki dengan perempuan, merokok, [musik] dan minum-minum ringan. Itulah maksud mereka. Dengan kata lain, ‘Hei, saya setia kepada Firman; Allah tidak mengatakan bahwa ada yang salah dengan minum-minum sedikit.’ Yang sama sekali diabaikan oleh mereka adalah bahwa Firman Allah memberikan prinsip-prinsip yang kekal, dan Roh Allah membantu kita menerapkan prinsip-prinsip itu. Saya akan memberikan sebuah ilustrasi. Seorang penginjil menceritakan kepada saya kisah berikut. Ia sedang khotbah di sebuah sekolah tinggi Kristen, dan ia sekedar menyinggung secara negatif mengenai tato dan laki-laki yang memakai kalung. Itu bukanlah inti khotbahnya; hanyalah ilustrasi yang ia pakai, tetapi pernyataan itu benar-benar menimbulkan kehebohan. Dua orang pengawas asrama datang kepada dia dengan marah. Mereka sangat tidak senang bahwa ia bisa-bisanya berpikir bahwa lelaki yang memakai kalung atau orang Kristen yang bertato itu salah. Nah, itlah arahnya [para fundamentalis muda]. Saya rasa saya dapat menunjukkan dari Alkitab bahwa tato itu identik dengan dunia. Saya yakin anda dapat mencari perikop dan berkhotbah tentang tidak menjadi serupa dengan dunia ini dan membuat penerapannya terhadap tato, dan ini sama sekali benar. Saya pikir anda dapat berkhotbah dari Ulangan 22:5 dan menyinggung masalah lelaki yang memakai kalung. Dalam melakukan semua itu, anda menerapkan prinsip Alkitab secara benar. Saya tahu ada isu-isu yang kontroversial, tetapi pin saya adalah bahwa ketika dua orang pengawas asrama Sekolah Tinggi Theologi itu datang kepada penginjil tadi, mereka bukan marah karena sikap pemberontak para mahasiswa; mereka marah terhadap pengkhotbahnya. Lihat, di sinilah kita. Dan saya ingin tunjukkan bahwa orang-orang itu akan sangat suka dengan pernyataan, “Kami telah berjanji untuk tidak mengurangi dari Firman tetapi juga tidak menambahinya. ” Terdengar agung, tetapi sebenarnya hanyalah samaran untuk keengganan menghadapi isu-isu masa kini di bawah terang prinsip-prinsip Alkitab.”
Sumber: Way of Life Ministry, Friday Church News Notes
Penerjemah: Dr. Steven E. Liauw
Graphe International Theological Seminary (www.graphe-ministry.org)
Untuk berlangganan, pilih opsi “Join Group” di: http://groups.yahoo.com/group/gits_buletin/
Penerjemah: Dr. Steven E. Liauw
Graphe International Theological Seminary (www.graphe-ministry.org)
Untuk berlangganan, pilih opsi “Join Group” di: http://groups.yahoo.com/group/gits_buletin/
No comments:
Post a Comment