Isu yang hangat dan banyak dicopy-paste di jaringan medsos belakangan ini ialah berpindahnya sejumlah pendeta menjadi mualaf. Bahkan di antara nama-nama yang di-paste terdapat nama orang-orang yang pernah menduduki posisi penting. Hal ini menimbulkan pertanyaan terutama di kalangan jemaat biasa. Jika para pengkhotbah saja menjadi mualaf, apalagi orang Kristen biasa.
Dasar Yang Rapuh
Jenis mualaf pertama ialah mereka yang memang tidak mengerti tentang inti pengajaran kekristenan. Ada banyak orang Kristen yang bukan hasil pertobatan melainkan hasil dilahirkan secara jasmani. Mereka dari bayi sudah dibawa ke gereja bahkan sudah dibaptis menjadi orang Kristen. Jika saat dewasa mereka tidak pernah mendengarkan Injil yang benar serta bertobat dengan benar dan percaya pada pengajaran yang benar, mereka akan menjadi orang Kristen yang belum dilahirkan kembali, dan belum mengerti tentang iman kekristenan.
Di gereja yang anggotanya Kristen sejak lahir, dan tidak pernah dilahirkan kembali, tentu bisa jadi pemimpin mereka pun belum dilahirkan kembali. Agama bagi mereka tidak lebih dari sebuah tradisi. Ketika ada tradisi yang lebih bagus, atau ketika tradisinya menghadapi tantangan yang sangat keras, pasti mereka bisa berubah haluan. Bisa jadi ada sejumlah kecil mereka yang tadinya dibaptis saat bayi, kemudian setelah menjadi dewasa mereka mendengar Injil yang benar dan diselamatkan. Tetapi jika jumlah mereka yang lahir baru terlalu sedikit dibandingkan dengan anggota lain yang tidak lahir baru, tentu tidak membawa pengaruh besar bagi gereja.