NEWSWEEK MENGATAKAN “KINI KITA SEMUA HINDU”
Dalam edisi 31 Agustusnya, majalah Newsweek mengatakan, “Kini Kita Semua Hindu.” Artikel tersebut melaporkan, “Data jajak perndapat yang baru-baru ini menunjukkan bahwa minimal secara konseptual, kita perlahan-lahan menjadi lebih serupa dengan orang-orang Hindu dan lebih tidak serupa dengan orang-orang Kristen tradisional dalam hal cara kita berpikir tentang Allah, diri kita sendiri, satu sama lain, dan kekekalan. …..Rig Veda, kitab suci Hindu yang paling tua, mengatakan hal ini: ‘Kebenaran adalah Satu, tetapi para orang bijak menyebutnya dengan banyak nama.’ Seorang Hindu percaya bahwa ada banyak jalan menuju Allah. ….Orang-orang Amerika tidak lagi menerima doktrin [bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan]. Menurut sebuah survey oleh Pew Forum tahun 2008, 65% orang Amerika percaya bahwa ‘banyak agama dapat menuntun kepada hidu pyang kekal’ — termasuk 37% orang-orang Injili kulit putih…..Stephen Prothero, guru besar agama di Universitas Boston, telah sejak lama menggambarkan kecenderungan orang Amerika terhadap agama yang ‘silakan pilih sendiri mau yang mana’ sebagai ‘sangat berjiwa Hinduisme…..Intinya adalah yang penting bisa hasilnya baik. Jika Yoga bekerja untuk anda, bagus – dan jika pergi ke misa Katolik bekerja bagi anda, bagus. Dan jika pergi ke misa Katolik plus yoga plus retret-retret Budha bekerja bagi anda, itu juga bagus.’” CATATAN DARI SDR. CLOUD: Dalam perkiraan kami, ini adalah pengamatan yang benar. Kekristenan di Amerika ibarat selebar satu mil tetapi hanya sedalam satu sentimeter. Sama sekali tidak ada isi Alkitab di dalamnya. Pada inti semua ini adalah filosofi jangan menghakimi dan rock & roll yang menyerukan ‘hiduplah dan biarkan yang lain hidup,’ tetapi hal ini ditutupi oleh sehelai tipis topen kekristenan dan “kerohanian” yang tidak jelas. Kekristenan Amerika rata-rata akan menolak otoritas absolut Alkitab dan juga pengajaran eksklusif-nya. Semua ini lebih mirip New Age daripada Alkitab, dan faktanya, filosofi New Age pada intinya adalah Hinduisme.
KUBURKAN SAYA BERSAMA HANDPHONE SAYA
Ada kebiasaan yang sedang marak yaitu orang-orang dikuburkan bersama handphone mereka. Noelle Potvin, seorang penasihat bagi sebuah rumah duka di Hollywood, California, mengatakan, “Sepertinya semua orang di bawah umur 40 tahun yang meninggal membawa serta handphone mereka” (“Bury Me with My Cell Phone,” MSNBC.com, 16 Des. 2008). Praktek ini telah juga teramati di negara-negara lain. Menurut Frank Perman, pemilik sebuah rumah duka di Pittsburg, kebiasaan ini telah meningkat dalam lima tahun terakhir dan diperkirakan akan meningkat tajam. Ada yang menganggapnya suatu cara untuk tetap berhubungan. Pam Vetter, seorang pengelola penguburan di Los Angeles, mengatakan, “Saya pernah bertemu orang-orang yang meninggalkan handphone mereka yang mereka beritahu saya bahwa mereka akan menelpon orang-orang yang mereka kasihi belakangan.” Istri dari seorang bernama John Jacobs terus membayar tagihan bulanan handphone-nya yang ditinggalkan dalam peti matinya sejak tahun 2005. Dia juga memesan agar nomor handphone suaminya itu diterakan di batu nisannya. Keinginan untuk menjangkau kepada mereka yang sudah mati ada dalam diri setiap manusia, dan ketika mereka tidak percaya Alkitab, maka mereka mencoba kemungkinan-kemungkinan dan teknik-teknik lain. Ketika pesulap terkenal Harry Houdini meninggal pada tahun 1926, ia berjanji kepada istrinya, Bess, bahwa ia akan mencoba menghubunginya dari alam maut. Setiap tahun istrinya itu melakukan nujum setiap malam Halloween, yaitu malam kematiannya, mencoba untuk menghubungi suaminya yang telah mati. Pada tahun 1936, Bess yang kecewa itu melakukan nujumnya yang terakhir. Puji Tuhan bahwa hidup yang kekal itu memang ada, tetapi bukanlah melalui teknologi atau okultisme, atau iman yang buta. Hidup kekal adalah realita bagi mereka yang menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. “Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal” (1 Yoh 5:13).
PERCIVAL LOWELL, ORANG YANG MELIHAT KANAL DI MARS
Salah satu contoh yang paling menarik bahwa seseorang dapat melihat apa saja yang ingin dia lihat, bahwa kehendak seseorang mempengaruhi pikiran dan penglihatannya, adalah kasus Percial Lowell, yang mati tahun 1916. Ia dilahirkan ke dalam sebuah keluarga yang kaya dan berkelas tinggi di Boston, tamat dari Harvard, seorang matematikus yang brilian dan pebisnis yang sukses, telah berperjalanan di negara-negara Timur jauh, mempelajari beberapa bahasa, dan berteman dengan banyak orang-orang kaya dan berpengaruh. Buku Charles Darwin, “On the Origin of Species” diterbitkan ketika Lowell masih seorang anak, dan dia menerima teori evolusi dengan sepenuh hati. Imajinasinya terbangkitkan oleh buku, “Life on Mars,” tahun 1893 oleh Giovanni Schiaparelli, seorang astronomer Italia, dan juga laporan tentang adanya “kanal-kanal” [di Mars]. Karena melihat hal ini sebagai bukti bahwa kehidupan ada di planet-planet lain dan bahwa Alkitab salah, Lowell bertujuan untuk mengungkapkan “bukti” ini sepenuhnya bagi khalayak evolusi. Ia menggunakan kekayaannya untuk mendirikan sebuah gedun pengamatan astronomi dengan teleskop 24-inci yang terletak di barat Amerika, dekat Grand Canyon. Observatorium itu selesai tahun 1894, dan sejak saat itu hingga kematiannya 22 tahun kemudian, dia menyelidiki Mars dan menerbitkan laporan-laporan dan buku-bukunya. Sampai kesudahannya, ia “melihat” dan memberi nama kepada 700 kanal di planet merah tesebut dan menjadi percaya bahwa makhluk-makhluk Mars sedang membangun kanal dalam usaha untuk menyelamatkan planet mereka. Ia menyimpulkan banyak detil-detil yang menarik mengenai kehidupan alien-alien Mars tersebut. Dikuburkan dekat teleskopnya, Lowell meninggalkan kekayaannya untuk “pembelajaran tata surya kita dan evolusinya.” Satu masalah kecil dengan semua ini adalah bahwa tidak ada kanal di Mars dan tidak ada makhluk-makhluk Mars. Pada tahun 1970, pesawat luar angkasa NASA, Viking, mengorbit Mars dan bahkan mendarat dan berkelana di atas planet tersebut, mencari kehidupan, dan menemukan tidak adanya bukti jelas adanya kehidupan, apalagi kanal. Bagaimana mungkin seseorang yang intelijien, terdidik dengan baik, dapat melihat 700 kanal padahal sama sekali tidak ada? Ia ingin melihat mereka. Ini adalah fenomena yang sama yang membuat seorang atheis evolusionis dapat melihat bukti bagi evolusi Darwin padahal tidak ada sama sekali. Alkitab menjelaskannya sebagai tipu daya hati manusia yang sudah jatuh dalam dosa, dan kebutaan rohani. Sangatlah mungkin untuk mempercayai suatu kebohongan dan mempercayainya dengan segenap hati. Saya sangat mengucap syukur kepada Tuhan karena telah membuka mata saya yang buta 36 tahun lalu dan menunjukkan kepada saya kebenaran dalam Yesus Kristus. “Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?” (Yer. 17:9). “Yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah” (2 Kor. 4:4).
IMAM-IMAN PALESTINA MENYANGKAL KEBERADAAN BAIT ISRAEL
Sheik Taysir Tamimi, salah satu pemimpin Muslim yang paling berpengaruh di Israel, menyangkal bahwa sebuah bait Yahudi pernah eksis di Yerusalem, dan mengklaim bahwa Yerusalem sejak dulu adalah sebuah kota Muslim (“Chief Palestinian Justice Says Temples Never Existed,” WorldNetDaily, 27 Agus. 2009). Doktrin “Temple Denial” (Penyangkalan Bait) diciptakan sekitar satu dekade yang lalu oleh musuh-musuh Israel di Palestina dan telah menyebar ke sebagian besar dunia Muslim, tetapi sebenarnya itu nonsense. Doktirn ini berlawanan langsung dengan Alkitab, dan penyelidikan arkeologis telah menyediakan bukti-bukti bait yang pertama dan yang kedua. Lebih jauh lagi, palang tertua di Roma, Arch of Titus, yang didedikasikan pada tahun 85 M, memuat gambaran-gambaran tentang barang-barang yang diambil oleh tentara Roma dari Bait tersebut pada tahun 70 M. Tempat kandil dan sangkakala-sangkakala perak masih dapat terlihat jelas hingga hari ini. Tamimi mengklaim bahwa gambaran-gambaran tentang bait Yahudi di berbagai tulisan Romawi telah dipalsukan, tetapi Arch of Titus jelas tidak dipalsukan. Sejarahnya diketahui luas.
Sumber: Way of Life Ministry, Friday Church News Notes
Graphe International Theological Seminary
Untuk berlangganan, kirim email ke: gits_buletin-subscribe@yahoogroups.com
No comments:
Post a Comment