Keputusan Lucifer untuk memasukkan kesesatannya melalui Hawa tidak pernah dia sesali. Kepintaran Lucifer tentu di atas kita semua. Lucifer tahu persis komposisi Hawa yang dibuat dengan lebih banyak unsur perasaan daripada logika. Lucifer melihat peluang untuk menyesatkan manusia lebih besar pada Hawa daripada Adam yang tercipta dengan unsur logikanya lebih dari perasaan.
Wanita Makhluk Hebat
Hawa adalah ibu dari semua manusia yang lahir kemudian. Ia dan semua wanita diciptakan untuk melahirkan anak dan membesarkan anak untuk memenuhi bumi. Ini adalah tugas yang sangat besar dan sangat agung. Keadaan manusia berikut akan sangat tergantung pada para wanita. Karena semua manusia akan dilahirkan oleh wanita dan dibesarkan oleh wanita. Wanitalah yang menentukan kondisi dunia dengan anak-anak yang mereka lahirkan dan besarkan. Untuk mengandung, melahirkan dan membesarkan anak, diperlukan pribadi yang sangat istimewa. Pribadi tersebut harus dirancang sedemikian rupa karena tugasnya yang sangat penting. Diperlukan pribadi yang sempurna dan sangat cocok untuk tugas yang sangat besar itu. Ketika mengandung bayi, sang ibu harus memiliki kondisi tubuh yang sangat menunjang. Dan setelah melahirkan, ia harus memiliki kondisi tubuh serta emosi yang cocok untuk pengasuhan anak.
Bayi yang masih kecil mungil sangat membutuhkan ibu yang penuh perasaan, bukan yang cuma memberi air susu. Air susu bisa digantikan dengan susu formula atau susu binatang, tetapi emosi seorang ibu tidak bisa digantikan dengan apapun. Tuhan menciptakan binatang dengan bayi yang dalam beberapa menit bisa berjalan bahkan bisa menghindari musuh pemangsa mereka. Tetapi bayi manusia memerlukan waktu pengasuhan yang sangat panjang.
Pada saat bayi hadir ke dunia yang serba asing baginya, ia hanya mengandalkan ibunya yang telah dikenalnya sejak dari kandungan. Oleh sebab itu bayi hingga sekitar satu setengah tahun sangat melekat kepada ibunya, dan akan menangis ketika digendong oleh orang yang tidak dikenalnya. Pernah terjadi di suatu waktu ketika seorang bayi dari alumni dibawa ke Graphe dan digendong bergilir oleh mahasiswa dan mahasiswi. Bayi itu kebingungan dan segera menangis. Ketika bayi tersebut menangis, mereka segera menyerahkannya kembali kepada ibunya. Tetapi karena digendong menghadap orang lain, bayi tersebut tetap menangis. Kebetulan saya ada di tempat, maka saya menyuruh ibunya membalik bayinya agar menghadapnya supaya sang bayi tahu bahwa sekarang ia sudah kembali kepada ibunya. Ketika itu dilakukan, sang bayi langsung berhenti menangis.
Wanita Makhluk Hebat
Hawa adalah ibu dari semua manusia yang lahir kemudian. Ia dan semua wanita diciptakan untuk melahirkan anak dan membesarkan anak untuk memenuhi bumi. Ini adalah tugas yang sangat besar dan sangat agung. Keadaan manusia berikut akan sangat tergantung pada para wanita. Karena semua manusia akan dilahirkan oleh wanita dan dibesarkan oleh wanita. Wanitalah yang menentukan kondisi dunia dengan anak-anak yang mereka lahirkan dan besarkan. Untuk mengandung, melahirkan dan membesarkan anak, diperlukan pribadi yang sangat istimewa. Pribadi tersebut harus dirancang sedemikian rupa karena tugasnya yang sangat penting. Diperlukan pribadi yang sempurna dan sangat cocok untuk tugas yang sangat besar itu. Ketika mengandung bayi, sang ibu harus memiliki kondisi tubuh yang sangat menunjang. Dan setelah melahirkan, ia harus memiliki kondisi tubuh serta emosi yang cocok untuk pengasuhan anak.
Bayi yang masih kecil mungil sangat membutuhkan ibu yang penuh perasaan, bukan yang cuma memberi air susu. Air susu bisa digantikan dengan susu formula atau susu binatang, tetapi emosi seorang ibu tidak bisa digantikan dengan apapun. Tuhan menciptakan binatang dengan bayi yang dalam beberapa menit bisa berjalan bahkan bisa menghindari musuh pemangsa mereka. Tetapi bayi manusia memerlukan waktu pengasuhan yang sangat panjang.
Pada saat bayi hadir ke dunia yang serba asing baginya, ia hanya mengandalkan ibunya yang telah dikenalnya sejak dari kandungan. Oleh sebab itu bayi hingga sekitar satu setengah tahun sangat melekat kepada ibunya, dan akan menangis ketika digendong oleh orang yang tidak dikenalnya. Pernah terjadi di suatu waktu ketika seorang bayi dari alumni dibawa ke Graphe dan digendong bergilir oleh mahasiswa dan mahasiswi. Bayi itu kebingungan dan segera menangis. Ketika bayi tersebut menangis, mereka segera menyerahkannya kembali kepada ibunya. Tetapi karena digendong menghadap orang lain, bayi tersebut tetap menangis. Kebetulan saya ada di tempat, maka saya menyuruh ibunya membalik bayinya agar menghadapnya supaya sang bayi tahu bahwa sekarang ia sudah kembali kepada ibunya. Ketika itu dilakukan, sang bayi langsung berhenti menangis.
Allah telah melengkapi wanita dengan segala sesuatu yang dibutuhkan seorang ibu. Ibu tidak dirancang untuk menebang pohon, juga tidak dirancang untuk membangun bahtera atau membangun gedung. Allah tidak merancang wanita untuk mengangkat batu, atau menjadi supir bus yang siap mengganti bannya yang kempis. Memang semua tugas tersebut bisa juga dilakukan oleh wanita. Tetapi dari tujuan penciptaannya, Allah telah menyatakan bahwa tugasnya ialah menolong Adam. Berarti bisa saja ia menolong Adam membangun rumah dan lain sebagainya. Namun Allah tidak pernah merancang wanita untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang bersifat menarik otot atau yang menyerempet bahaya. Tentu wanita boleh membantu pria melakukan pekerjaan-pekerjaan pria namun wanita harus selalu ingat tugas utamanya. Manusia itu memberi nama Hawa kepada isterinya, sebab dialah yang menjadi ibu semua yang hidup (Kej. 3:20).
Melahirkan, Membesarkan dan Mendidik
Anak-anak dikandung dan dilahirkan oleh seorang ibu. Kemudian sang ibu membesarkannya dengan air susu dan segala masakannya. Dan yang tidak kalah penting ialah sang ibu perlu mendidik anak-anaknya. Sekalipun mengandung dan melahirkan anak itu sulit, namun waktunya lebih singkat jika dibandingkan dengan membesarkan dan mendidiknya. Kesehatan jasmani sang ibu akan mempengaruhi kesehatan jasmani sang anak, demikian juga kepintaran sang ibu juga akan mempengaruhi kepintaran anaknya. Sang Pencipta sengaja menaruh emosi untuk kasih sayang lebih besar pada wanita karena untuk membesarkan anak sangat diperlukan kasih sayang. Kasih sayang seorang ibu kepada anak-anaknya selain instinktif juga adalah buah dari emosinya. Satu-satunya kasih yang lebih besar dari kasih ibu kepada anak hanyalah kasih Allah Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau (Yes. 49:15).
Karena tingkat emosi dan perasaan yang tinggi maka secara positif itu akan menghasilkan sikap proteksi tinggi kepada bayi atau anaknya. Kelebihan ini juga akan memungkinkan seorang wanita sanggup mengerti perasaan anak bahkan bayi yang belum bisa berbicara. Sesungguhnya ada banyak hal dalam diri seorang anak yang tak terungkapkan melalui kata-kata, melainkan terekspresikan melalui tingkah laku mereka. Seorang pria yang lebih terarah pada logika daripada perasaan akan sulit menangkap gejolak dalam diri anak yang tak terucapkan. Semua ini menjadikan seorang wanita lebih tepat dalam mendidik anak daripada seorang pria, karena seorang wanita jauh lebih dapat memahami gejolak jiwa anak-anak. Laki-laki lebih cenderung memberikan solusi nalar dan pengajaran-pengajaran yang bersifat logika dan ilmu pengetahuan. Seorang ibu sangat tepat sebagai peletak dasar emosi anak-anaknya. Ibulah yang menjadi pengarah pertama dalam hidup seorang anak untuk sesuatu yang menjadi pilihan hidupnya ketika ia dewasa kelak. Seorang ibu adalah pemula dalam membuka cakrawala pandangan anak terhadap dunia sekelilingnya. Satu-persatu model kehidupan diperkenalkan seorang ibu kepada anak-anaknya. Ketika seorang ibu memberi nilai kepada tiap-tiap kehidupan yang pertama diperkenalkan kepada anaknya, saat itulah benih model kehidupan yang akan dilakoninya di masa yang akan datang bisa ditanamkan.
Konkritnya, seorang anak akan bertumbuh sambil mengenal dokter, perawat, pengacara, hakim, polisi, tentara, guru, pedagang, penginjil, gembala, pegawai, supir, pilot dan lain sebagainya. Tentu seorang anak yang masih kecil tidak tahu apa yang akan menjadi pilihannya di kemudian hari. Semua opsi terpaparkan ke hadapannya, dan ia tidak bisa mundur untuk tidak menjadi siapa-siapa, ia harus memilih salah satunya. Ibu adalah orang pertama yang meletakkan nilai tentang seorang pebisnis atau seorang pengkhotbah.
Mempersiapkan Anak-anak Melayani Tuhan
Sudah sangat banyak cerita klasik ibu-ibu yang berhasil mempersiapkan anak-anak mereka untuk melayani Tuhan. Semua itu diawali dengan pandangan (visi) yang jelas tentang pelayanan dan beban pelayanan itu sendiri. Hanya ibu yang mengasihi Tuhan dan yang sangat rindu melayani Tuhan yang dapat mengarahkan anak-anaknya untuk melayani Tuhan. Ketika zaman semakin berubah oleh film dan televisi, hal yang paling menyedihkan ialah perubahan drastis para wanita. Karena sifat wanita yang lebih berat ke aspek emosi, efek sampingnya ialah gam-pang jatuh ketika perasaan mereka dikobarkan. Asal ada pihak yang berani memuji seorang wanita dengan gombal dan tidak putus asa, maka wanita itu akan jatuh ke tangannya. Ketika seorang wanita dipuji, gejolak perasaan di dalam dirinya bergelora dan itu bisa mematikan seluruh akal sehatnya. Seturut dengan perubahan gaya hidup wanita-wanita dunia, wanita Kristen ternyata tidak kebal. Makin hari semakin banyak wanita yang mengejar karier di berbagai bidang pekerjaan, otomatis waktu dan perhatian untuk mengasuh anak semakin berkurang. Hal demikian merembes ke gereja juga, sehingga gairah para wanita untuk melayani sekolah minggu anak-anak semakin berkurang. Mereka semakin tidak menjiwai peran sebagai ibu dan pendidik awal anak-anak. Banyak wanita lebih mengejar menjadi pemimpin pujian bahkan berkhotbah daripada mengajar anak-anak.
Iblis berhasil menghasut wanita meninggalkan kodrat dan pelayanan utamanya untuk mengejar pelayanan yang tidak diijinkan Allah. Seharusnyalah perempuan berdiam diri dan menerima ajaran dengan patuh. Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-laki; hendaklah ia berdiam diri. (I Tim. 2:11-12). Iblis menyusupkan agennya untuk menjadi pemimpin gereja dan menafsirkan ayat di atas bahwa ayat tersebut adalah karena wanita saat itu belum berpendidikan. Kini setelah wanita berpendidikan maka ayat tersebut tidak berlaku lagi. Padahal, selagi istri harus tunduk kepada suami dan suami mengasihi istri sesuai Efesus 5:22-25, maka di gereja seharusnya tidak boleh terjadi kebalikannya yaitu istri mengkhotbahi suaminya dan suami orang lain. Karena semakin tidak ada ibu yang mengasihi Tuhan serta yang terbeban pada pelayanan, efeknya adalah semakin berkurangnya orang yang mempersembahkan dirinya untuk menjadi pelayan Tuhan. Karena jika ibu-ibu tidak mengharapkan apalagi mendorong anak-anak mereka untuk mempersembahkan diri mereka, sebaliknya mereka mengharapkan anak-anak mereka mengejar profesi lain, maka gereja pasti akan makin kekurangan pelayan Tuhan. Jangankan bertambah jumlah gereja, bahkan gereja yang sudah ada kini banyak yang kesulitan mendapatkan pelayan Tuhan. Gejala ini paling menyolok di kalangan gereja-gereja Tionghoa. Terutama di Kalimantan Barat, sejak euforia reformasi di mana Vihara dan Klenteng di mana-mana di pugar, di perindah dan ditambah, orang-orang Tionghoa Kristen justru kehilangan semangat untuk Tuhan.
Jika pembaca menelusuri sepanjang jalan dari Pontianak hingga Sambas, pasti dapat menyaksikan Vihara dan Klenteng yang merah megah, sementara itu gereja dalam kondisi “pingsan lemas”. Jika tidak ada rasa miris dan sedih di hati Anda ketika menyaksikan pemandangan demikian, saya dapat pastikan bahwa Anda bukan orang yang mengasihi Tuhan, bahkan sangat mungkin belum lahir baru. Dimanakah ibu-ibu yang seperti ibunya C.H. Spurgeon? Dimanakah ibu-ibu yang seperti ibunya Felix Mann, yang meneguhkan hati putranya ketika musuh kebenaran membawanya untuk ditenggelamkan di sungai Limnat? Ibu-ibu abad 21 sudah terlalu canggih, dan terlalu sibuk dengan jadwal belanja di mall, jadwal untuk pedicure dan pengecatan rambut di salon.
Melahirkan, Membesarkan dan Mendidik
Anak-anak dikandung dan dilahirkan oleh seorang ibu. Kemudian sang ibu membesarkannya dengan air susu dan segala masakannya. Dan yang tidak kalah penting ialah sang ibu perlu mendidik anak-anaknya. Sekalipun mengandung dan melahirkan anak itu sulit, namun waktunya lebih singkat jika dibandingkan dengan membesarkan dan mendidiknya. Kesehatan jasmani sang ibu akan mempengaruhi kesehatan jasmani sang anak, demikian juga kepintaran sang ibu juga akan mempengaruhi kepintaran anaknya. Sang Pencipta sengaja menaruh emosi untuk kasih sayang lebih besar pada wanita karena untuk membesarkan anak sangat diperlukan kasih sayang. Kasih sayang seorang ibu kepada anak-anaknya selain instinktif juga adalah buah dari emosinya. Satu-satunya kasih yang lebih besar dari kasih ibu kepada anak hanyalah kasih Allah Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau (Yes. 49:15).
Karena tingkat emosi dan perasaan yang tinggi maka secara positif itu akan menghasilkan sikap proteksi tinggi kepada bayi atau anaknya. Kelebihan ini juga akan memungkinkan seorang wanita sanggup mengerti perasaan anak bahkan bayi yang belum bisa berbicara. Sesungguhnya ada banyak hal dalam diri seorang anak yang tak terungkapkan melalui kata-kata, melainkan terekspresikan melalui tingkah laku mereka. Seorang pria yang lebih terarah pada logika daripada perasaan akan sulit menangkap gejolak dalam diri anak yang tak terucapkan. Semua ini menjadikan seorang wanita lebih tepat dalam mendidik anak daripada seorang pria, karena seorang wanita jauh lebih dapat memahami gejolak jiwa anak-anak. Laki-laki lebih cenderung memberikan solusi nalar dan pengajaran-pengajaran yang bersifat logika dan ilmu pengetahuan. Seorang ibu sangat tepat sebagai peletak dasar emosi anak-anaknya. Ibulah yang menjadi pengarah pertama dalam hidup seorang anak untuk sesuatu yang menjadi pilihan hidupnya ketika ia dewasa kelak. Seorang ibu adalah pemula dalam membuka cakrawala pandangan anak terhadap dunia sekelilingnya. Satu-persatu model kehidupan diperkenalkan seorang ibu kepada anak-anaknya. Ketika seorang ibu memberi nilai kepada tiap-tiap kehidupan yang pertama diperkenalkan kepada anaknya, saat itulah benih model kehidupan yang akan dilakoninya di masa yang akan datang bisa ditanamkan.
Konkritnya, seorang anak akan bertumbuh sambil mengenal dokter, perawat, pengacara, hakim, polisi, tentara, guru, pedagang, penginjil, gembala, pegawai, supir, pilot dan lain sebagainya. Tentu seorang anak yang masih kecil tidak tahu apa yang akan menjadi pilihannya di kemudian hari. Semua opsi terpaparkan ke hadapannya, dan ia tidak bisa mundur untuk tidak menjadi siapa-siapa, ia harus memilih salah satunya. Ibu adalah orang pertama yang meletakkan nilai tentang seorang pebisnis atau seorang pengkhotbah.
Mempersiapkan Anak-anak Melayani Tuhan
Sudah sangat banyak cerita klasik ibu-ibu yang berhasil mempersiapkan anak-anak mereka untuk melayani Tuhan. Semua itu diawali dengan pandangan (visi) yang jelas tentang pelayanan dan beban pelayanan itu sendiri. Hanya ibu yang mengasihi Tuhan dan yang sangat rindu melayani Tuhan yang dapat mengarahkan anak-anaknya untuk melayani Tuhan. Ketika zaman semakin berubah oleh film dan televisi, hal yang paling menyedihkan ialah perubahan drastis para wanita. Karena sifat wanita yang lebih berat ke aspek emosi, efek sampingnya ialah gam-pang jatuh ketika perasaan mereka dikobarkan. Asal ada pihak yang berani memuji seorang wanita dengan gombal dan tidak putus asa, maka wanita itu akan jatuh ke tangannya. Ketika seorang wanita dipuji, gejolak perasaan di dalam dirinya bergelora dan itu bisa mematikan seluruh akal sehatnya. Seturut dengan perubahan gaya hidup wanita-wanita dunia, wanita Kristen ternyata tidak kebal. Makin hari semakin banyak wanita yang mengejar karier di berbagai bidang pekerjaan, otomatis waktu dan perhatian untuk mengasuh anak semakin berkurang. Hal demikian merembes ke gereja juga, sehingga gairah para wanita untuk melayani sekolah minggu anak-anak semakin berkurang. Mereka semakin tidak menjiwai peran sebagai ibu dan pendidik awal anak-anak. Banyak wanita lebih mengejar menjadi pemimpin pujian bahkan berkhotbah daripada mengajar anak-anak.
Iblis berhasil menghasut wanita meninggalkan kodrat dan pelayanan utamanya untuk mengejar pelayanan yang tidak diijinkan Allah. Seharusnyalah perempuan berdiam diri dan menerima ajaran dengan patuh. Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-laki; hendaklah ia berdiam diri. (I Tim. 2:11-12). Iblis menyusupkan agennya untuk menjadi pemimpin gereja dan menafsirkan ayat di atas bahwa ayat tersebut adalah karena wanita saat itu belum berpendidikan. Kini setelah wanita berpendidikan maka ayat tersebut tidak berlaku lagi. Padahal, selagi istri harus tunduk kepada suami dan suami mengasihi istri sesuai Efesus 5:22-25, maka di gereja seharusnya tidak boleh terjadi kebalikannya yaitu istri mengkhotbahi suaminya dan suami orang lain. Karena semakin tidak ada ibu yang mengasihi Tuhan serta yang terbeban pada pelayanan, efeknya adalah semakin berkurangnya orang yang mempersembahkan dirinya untuk menjadi pelayan Tuhan. Karena jika ibu-ibu tidak mengharapkan apalagi mendorong anak-anak mereka untuk mempersembahkan diri mereka, sebaliknya mereka mengharapkan anak-anak mereka mengejar profesi lain, maka gereja pasti akan makin kekurangan pelayan Tuhan. Jangankan bertambah jumlah gereja, bahkan gereja yang sudah ada kini banyak yang kesulitan mendapatkan pelayan Tuhan. Gejala ini paling menyolok di kalangan gereja-gereja Tionghoa. Terutama di Kalimantan Barat, sejak euforia reformasi di mana Vihara dan Klenteng di mana-mana di pugar, di perindah dan ditambah, orang-orang Tionghoa Kristen justru kehilangan semangat untuk Tuhan.
Jika pembaca menelusuri sepanjang jalan dari Pontianak hingga Sambas, pasti dapat menyaksikan Vihara dan Klenteng yang merah megah, sementara itu gereja dalam kondisi “pingsan lemas”. Jika tidak ada rasa miris dan sedih di hati Anda ketika menyaksikan pemandangan demikian, saya dapat pastikan bahwa Anda bukan orang yang mengasihi Tuhan, bahkan sangat mungkin belum lahir baru. Dimanakah ibu-ibu yang seperti ibunya C.H. Spurgeon? Dimanakah ibu-ibu yang seperti ibunya Felix Mann, yang meneguhkan hati putranya ketika musuh kebenaran membawanya untuk ditenggelamkan di sungai Limnat? Ibu-ibu abad 21 sudah terlalu canggih, dan terlalu sibuk dengan jadwal belanja di mall, jadwal untuk pedicure dan pengecatan rambut di salon.
Pada abad ke-18 terdapat banyak ibu yang menghasilkan misionari-misionari, dan pengkhotbah-pengkhotbah hebat. Bahkan banyak di antara mereka yang telah janda, sambil memandang kepada Allah, mereka membesarkan anak-anak mereka dengan susah payah. Keinginan mereka terhadap anak-anak mereka bukan agar mereka besar menjadi konglomerat melainkan menjadi pelayan Tuhan yang setia. Para ibu yang menghasilkan misionari dan pengkhotbah hebat adalah ibu-ibu yang mengasihi Tuhan dan yang giat melayani Tuhan. Mereka tahu bahwa pekerjaan pelayanan yang terhebat ialah melahirkan anak, membesarkan mereka, serta mendidik mereka menjadi pahlawan kebenaran. Mereka tahu persis posisi mereka di dalam jemaat, bahkan di dalam program Tuhan, yaitu sebagai peletak dasar kasih dan keinginan awal untuk melayani Tuhan pada anak-anak mereka. Mereka sungguh-sungguh agung.***
Sumber: Jurnal Teologi PEDANG ROH Edisi 77, Okt-Des 2013, Editor Suhento Liauw, Th.D
No comments:
Post a Comment