Pages

Saturday, October 12, 2013

PELAYANAN WANITA YANG MENYENANGKAN ALLAH

Keputusan  Lucifer untuk memasukkan  kesesatannya  melalui  Hawa tidak pernah dia sesali.  Kepintaran Lucifer tentu di atas kita semua. Lucifer  tahu persis komposisi Hawa yang dibuat dengan lebih  banyak unsur perasaan daripada logika.  Lucifer  melihat  peluang  untuk  menyesatkan  manusia  lebih  besar  pada  Hawa daripada Adam  yang  tercipta  dengan  unsur logikanya  lebih  dari  perasaan.

Wanita  Makhluk  Hebat
Hawa  adalah  ibu  dari  semua  manusia yang  lahir  kemudian.  Ia  dan  semua  wanita diciptakan  untuk  melahirkan anak  dan  membesarkan  anak  untuk  memenuhi  bumi.  Ini adalah  tugas  yang  sangat  besar  dan  sangat agung.  Keadaan  manusia  berikut  akan sangat tergantung pada para wanita. Karena semua manusia akan dilahirkan oleh wanita dan dibesarkan oleh wanita. Wanitalah yang menentukan  kondisi  dunia  dengan anak-anak yang mereka lahirkan dan besarkan. Untuk mengandung, melahirkan dan membesarkan anak, diperlukan  pribadi  yang sangat  istimewa. Pribadi tersebut  harus dirancang sedemikian  rupa  karena  tugasnya yang sangat penting. Diperlukan  pribadi yang sempurna  dan sangat cocok  untuk tugas yang  sangat besar itu. Ketika  mengandung bayi, sang ibu harus memiliki kondisi tubuh  yang sangat  menunjang. Dan setelah melahirkan, ia  harus memiliki kondisi  tubuh serta  emosi  yang  cocok  untuk  pengasuhan anak.

Bayi  yang  masih kecil mungil sangat membutuhkan ibu yang  penuh  perasaan, bukan yang cuma memberi air  susu.  Air  susu bisa  digantikan dengan susu formula atau susu  binatang, tetapi emosi  seorang  ibu  tidak bisa  digantikan  dengan  apapun. Tuhan menciptakan binatang  dengan bayi yang dalam beberapa menit bisa berjalan bahkan bisa menghindari musuh pemangsa mereka. Tetapi  bayi  manusia  memerlukan  waktu pengasuhan  yang  sangat  panjang.

Pada  saat  bayi  hadir  ke  dunia  yang  serba asing  baginya,  ia  hanya  mengandalkan ibunya  yang  telah  dikenalnya  sejak  dari kandungan.  Oleh  sebab  itu  bayi  hingga sekitar  satu  setengah  tahun  sangat  melekat kepada  ibunya,  dan  akan  menangis  ketika digendong  oleh  orang  yang  tidak  dikenalnya.  Pernah  terjadi  di  suatu  waktu  ketika seorang bayi dari alumni dibawa ke Graphe dan digendong bergilir oleh mahasiswa dan mahasiswi. Bayi  itu  kebingungan  dan  segera menangis.  Ketika  bayi  tersebut  menangis, mereka  segera  menyerahkannya  kembali kepada  ibunya. Tetapi  karena  digendong menghadap orang  lain,  bayi  tersebut  tetap menangis.  Kebetulan  saya  ada  di  tempat, maka  saya  menyuruh  ibunya  membalik bayinya  agar  menghadapnya  supaya  sang bayi tahu bahwa sekarang ia sudah kembali kepada  ibunya. Ketika  itu  dilakukan, sang bayi  langsung  berhenti  menangis. 

Allah  telah  melengkapi  wanita  dengan segala  sesuatu yang  dibutuhkan  seorang ibu. Ibu  tidak  dirancang untuk menebang pohon, juga  tidak  dirancang  untuk  membangun bahtera  atau  membangun  gedung. Allah tidak  merancang wanita untuk mengangkat batu,  atau  menjadi  supir  bus  yang  siap  mengganti bannya yang kempis. Memang semua tugas  tersebut  bisa  juga  dilakukan  oleh wanita. Tetapi  dari  tujuan  penciptaannya, Allah  telah  menyatakan  bahwa  tugasnya ialah  menolong Adam.  Berarti  bisa saja ia menolong  Adam  membangun  rumah  dan lain  sebagainya. Namun Allah tidak  pernah merancang wanita untuk  melakukan pekerjaan-pekerjaan  yang bersifat menarik otot atau  yang menyerempet bahaya. Tentu wanita  boleh  membantu  pria  melakukan pekerjaan-pekerjaan  pria  namun  wanita harus  selalu  ingat  tugas  utamanya. Manusia  itu  memberi  nama  Hawa  kepada isterinya, sebab dialah yang menjadi  ibu  semua  yang  hidup  (Kej.  3:20).

Melahirkan,  Membesarkan dan  Mendidik
Anak-anak  dikandung  dan  dilahirkan oleh  seorang  ibu.  Kemudian sang  ibu  membesarkannya  dengan  air susu dan segala masakannya. Dan yang tidak  kalah penting ialah sang ibu perlu mendidik anak-anaknya.  Sekalipun  mengandung dan  melahirkan  anak  itu  sulit, namun waktunya  lebih singkat jika dibandingkan dengan membesarkan  dan  mendidiknya.  Kesehatan  jasmani  sang ibu  akan  mempengaruhi kesehatan  jasmani  sang  anak,  demikian juga  kepintaran  sang  ibu  juga  akan mempengaruhi  kepintaran  anaknya. Sang Pencipta sengaja menaruh emosi untuk kasih sayang  lebih  besar pada wanita karena  untuk  membesarkan  anak  sangat diperlukan  kasih  sayang. Kasih  sayang seorang  ibu  kepada  anak-anaknya  selain instinktif  juga  adalah buah dari emosinya. Satu-satunya  kasih  yang  lebih  besar  dari kasih  ibu  kepada  anak  hanyalah  kasih  Allah Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi   anak  dari   kandungannya? Sekalipun  dia  melupakannya,  Aku tidak  akan  melupakan  engkau  (Yes. 49:15).

Karena  tingkat  emosi  dan  perasaan yang  tinggi  maka  secara  positif  itu  akan menghasilkan sikap proteksi tinggi kepada bayi atau anaknya. Kelebihan ini  juga akan memungkinkan  seorang  wanita  sanggup mengerti perasaan anak  bahkan bayi yang belum  bisa  berbicara.  Sesungguhnya  ada banyak  hal  dalam  diri  seorang  anak  yang tak  terungkapkan  melalui kata-kata, melainkan terekspresikan  melalui tingkah  laku mereka.  Seorang  pria  yang  lebih  terarah pada  logika  daripada  perasaan  akan  sulit menangkap  gejolak  dalam  diri  anak  yang tak  terucapkan.  Semua  ini  menjadikan seorang wanita lebih  tepat  dalam mendidik anak  daripada seorang  pria, karena seorang wanita jauh  lebih  dapat memahami gejolak jiwa anak-anak. Laki-laki lebih cenderung memberikan  solusi  nalar  dan  pengajaran-pengajaran  yang  bersifat  logika  dan  ilmu pengetahuan. Seorang ibu sangat tepat sebagai peletak  dasar emosi  anak-anaknya.  Ibulah  yang menjadi  pengarah  pertama  dalam  hidup seorang  anak  untuk  sesuatu  yang  menjadi pilihan  hidupnya  ketika  ia  dewasa  kelak. Seorang ibu adalah pemula dalam membuka  cakrawala  pandangan  anak  terhadap dunia  sekelilingnya.  Satu-persatu  model kehidupan  diperkenalkan  seorang  ibu kepada  anak-anaknya.  Ketika seorang  ibu memberi nilai  kepada  tiap-tiap  kehidupan yang pertama diperkenalkan kepada anaknya,  saat  itulah  benih  model  kehidupan yang akan dilakoninya di masa yang akan datang  bisa  ditanamkan.

Konkritnya, seorang  anak  akan  bertumbuh  sambil  mengenal dokter,  perawat, pengacara,  hakim,  polisi,  tentara,  guru, pedagang,  penginjil,  gembala,  pegawai, supir,  pilot  dan  lain  sebagainya.  Tentu seorang  anak  yang  masih kecil  tidak  tahu apa  yang  akan  menjadi  pilihannya  di kemudian hari. Semua opsi terpaparkan ke hadapannya,  dan  ia  tidak  bisa  mundur untuk  tidak  menjadi  siapa-siapa,  ia  harus memilih  salah  satunya.  Ibu  adalah  orang pertama  yang  meletakkan nilai  tentang  seorang  pebisnis  atau seorang  pengkhotbah.

Mempersiapkan  Anak-anak Melayani  Tuhan
Sudah sangat banyak cerita klasik ibu-ibu  yang  berhasil  mempersiapkan  anak-anak  mereka  untuk  melayani  Tuhan.  Semua itu  diawali  dengan  pandangan  (visi)  yang jelas  tentang  pelayanan  dan  beban  pelayanan  itu  sendiri.  Hanya  ibu  yang  mengasihi Tuhan dan yang sangat rindu melayani Tuhan  yang  dapat  mengarahkan  anak-anaknya  untuk  melayani  Tuhan. Ketika  zaman  semakin  berubah  oleh film  dan  televisi,  hal  yang  paling  menyedihkan  ialah  perubahan  drastis  para  wanita. Karena sifat wanita yang lebih berat ke aspek  emosi,  efek  sampingnya  ialah  gam-pang  jatuh  ketika  perasaan  mereka  dikobarkan.  Asal ada  pihak  yang  berani  memuji seorang  wanita  dengan  gombal  dan  tidak putus  asa,  maka  wanita  itu  akan  jatuh  ke tangannya.  Ketika  seorang wanita  dipuji, gejolak  perasaan  di  dalam  dirinya  bergelora  dan  itu  bisa  mematikan  seluruh  akal sehatnya. Seturut dengan perubahan gaya hidup wanita-wanita  dunia,  wanita  Kristen  ternyata tidak kebal. Makin hari semakin banyak  wanita yang  mengejar karier  di  berbagai  bidang pekerjaan, otomatis  waktu dan perhatian  untuk  mengasuh  anak  semakin berkurang. Hal  demikian  merembes ke gereja juga, sehingga gairah para wanita untuk melayani sekolah minggu anak-anak semakin berkurang. Mereka semakin tidak menjiwai  peran  sebagai  ibu  dan  pendidik awal anak-anak. Banyak wanita lebih  mengejar  menjadi  pemimpin  pujian  bahkan berkhotbah  daripada  mengajar  anak-anak.

Iblis  berhasil  menghasut  wanita  meninggalkan  kodrat  dan  pelayanan  utamanya untuk  mengejar  pelayanan  yang  tidak  diijinkan  Allah. Seharusnyalah  perempuan  berdiam diri  dan  menerima  ajaran  dengan  patuh.  Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-laki; hendaklah  ia  berdiam  diri. (I Tim.  2:11-12). Iblis menyusupkan agennya untuk menjadi pemimpin gereja dan menafsirkan ayat  di  atas  bahwa  ayat  tersebut  adalah karena  wanita saat  itu  belum  berpendidikan. Kini  setelah wanita berpendidikan maka ayat tersebut  tidak  berlaku  lagi. Padahal,  selagi  istri  harus  tunduk  kepada suami  dan suami  mengasihi  istri sesuai Efesus 5:22-25, maka di gereja seharusnya tidak boleh terjadi kebalikannya yaitu istri mengkhotbahi suaminya dan suami  orang lain. Karena  semakin  tidak  ada  ibu  yang mengasihi Tuhan serta yang terbeban pada pelayanan, efeknya  adalah  semakin berkurangnya orang yang mempersembahkan dirinya untuk menjadi pelayan Tuhan. Karena  jika  ibu-ibu  tidak  mengharapkan apalagi  mendorong  anak-anak  mereka untuk mempersembahkan  diri  mereka, sebaliknya  mereka  mengharapkan  anak-anak  mereka  mengejar profesi  lain,  maka gereja  pasti  akan  makin  kekurangan pelayan  Tuhan. Jangankan  bertambah jumlah  gereja, bahkan  gereja  yang  sudah  ada kini  banyak  yang  kesulitan mendapatkan pelayan Tuhan. Gejala ini  paling  menyolok di  kalangan  gereja-gereja Tionghoa. Terutama di  Kalimantan  Barat, sejak euforia reformasi di mana Vihara  dan Klenteng di mana-mana  di pugar, di perindah dan ditambah, orang-orang  Tionghoa  Kristen justru  kehilangan  semangat  untuk  Tuhan.

Jika  pembaca  menelusuri  sepanjang  jalan dari Pontianak hingga Sambas, pasti dapat menyaksikan  Vihara  dan  Klenteng  yang merah megah, sementara  itu  gereja  dalam kondisi  “pingsan  lemas”. Jika  tidak  ada rasa  miris  dan  sedih  di  hati  Anda  ketika menyaksikan  pemandangan  demikian, saya  dapat  pastikan  bahwa  Anda  bukan orang  yang  mengasihi  Tuhan,  bahkan sangat  mungkin  belum  lahir  baru. Dimanakah  ibu-ibu  yang  seperti  ibunya  C.H.  Spurgeon? Dimanakah  ibu-ibu yang  seperti  ibunya  Felix  Mann,  yang meneguhkan  hati  putranya  ketika  musuh kebenaran  membawanya  untuk  ditenggelamkan  di sungai Limnat? Ibu-ibu  abad 21 sudah terlalu  canggih, dan terlalu  sibuk dengan jadwal  belanja di mall, jadwal  untuk pedicure  dan  pengecatan  rambut  di  salon.
Pada  abad  ke-18 terdapat  banyak  ibu yang  menghasilkan  misionari-misionari, dan  pengkhotbah-pengkhotbah  hebat. Bahkan  banyak  di  antara  mereka yang  telah janda,  sambil  memandang  kepada  Allah, mereka  membesarkan  anak-anak  mereka dengan  susah  payah.  Keinginan  mereka terhadap  anak-anak  mereka  bukan  agar mereka  besar  menjadi  konglomerat  melainkan  menjadi  pelayan  Tuhan  yang  setia. Para ibu yang menghasilkan misionari dan  pengkhotbah  hebat  adalah  ibu-ibu  yang mengasihi  Tuhan  dan  yang  giat  melayani Tuhan.  Mereka  tahu  bahwa  pekerjaan pelayanan  yang  terhebat  ialah  melahirkan anak,  membesarkan  mereka,  serta  mendidik  mereka  menjadi  pahlawan  kebenaran. Mereka tahu persis posisi mereka di dalam jemaat,  bahkan  di  dalam  program  Tuhan, yaitu  sebagai  peletak  dasar  kasih  dan keinginan  awal  untuk  melayani  Tuhan  pada anak-anak  mereka.  Mereka  sungguh-sungguh  agung.***

Sumber: Jurnal Teologi PEDANG ROH  Edisi 77, Okt-Des 2013, Editor Suhento Liauw, Th.D

No comments:

Post a Comment