Diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh Dr. Steven Liauw dalam Kongres Kristen Fundamentalis ke-8, Jakarta - Indonesia
Standing Strong Challenging the Storm
Pembacaan Alkitab: Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu. Ef 6:13
Dr. Strouse telah menyampaikan bahwa orang Kristen Fundamentalis harus memahami dirinya sendiri, pengajaran, dan juga tingkah lakunya, dengan baik. Dr. Steven juga telah menyampaikan bahwa orang Kristen harus mengenal jenis-jenis badai yang datang ke dalam hidupnya. Apakah itu angin sepoi-sepoi atau tsunami? Kalau anda salah bertindak, akan dinilai sangat bodoh. Ternyata hanya angin sepoi-sepoi, tetapi anda sudah lari ke atas gunung. Kemudian datang tsunami, anda malah ke pantai untuk menangkap ikan. Oleh sebab itu anda harus mengenal badai dengan baik.
Kadang kita berpikir bahwa terorislah orang yang paling berbahaya bagi kita, padahal belum tentu. Orang yang merusak dari dalam, itu jauh lebih bahaya.
Anda ingat cerita Bileam dalam Bil. 22-25. Ketika Balak menggaji Bileam untuk mengutuki bangsa Israel, Bileam saat itu berbuat seolah-olah dia setia sekali kepada Tuhan. Dia berkata kepada Balak bahwa apa yang Tuhan suruh dia katakan, maka itulah yang dia akan katakan. Apakah betul demikian? Awalnya memang begitu. Disuruh mengutuki Israel, Bileam malah memberkati Israel. Namun kemudian Bileam menasehati Balak dengan nasehat yang dapat sangat menjatuhkan bangsa Israel, yaitu dengan menghancurkan mereka dari dalam, melalui perempuan-perempuan dari bangsa Moab yang mengajak laki-laki bangsa Israel menikah dengan mereka. Dan benar, hasilnya adalah Tuhan marah dan membunuh 24.000 orang pada saat itu juga. Ada macam-macam badai yang bisa kita hadapi, tetapi yang paling bahaya adalah yang dari dalam diri kita, yaitu diri kita yang mulai tertarik pada hal-hal dunia ini.
Bagaimanakah kita bisa mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri? Untuk itu, kita perlu melihat contoh yang ada di dalam Alkitab. Pertama, kita harus membangun suatu keluarga yang baik yang Fundamentalis dan berusaha agar semua anggota keluarga kita bisa diselamatkan. Contohnya terdapat di dalam Yosua 24:14-15. Bagi yang belum berkeluarga anda harus pilih; cari calon sehati-hati mungkin karena iblis bisa masuk melalui hal yang satu ini. Dan bagi yang sudah berkeluarga, puji syukur kalau semua keluargamu sudah diselamatkan! Tetapi kalau belum, berdoalah siang dan malam! Oleh sebab itu, anda harus berjuang agar seluruh anggota keluargamu diselamatkan.
Yosua adalah contoh yang sangat baik. Pada hari tuanya, dia kumpulkan orang Israel yang sangat banyak dan dia berkata kepada mereka bahwa mereka harus memutuskan untuk beribadah kepada siapa, Allah Yehova atau allah orang Amori atau allah yang lain. Iman yang benar tidak pernah dipaksakan, makanan yang enak tidak boleh dipaksakan, kalau dipaksakan sangat mungkin itu racun.
Kedua, menahan penderitaan yang kita alami sekarang. Dalam hal ini kita dapat mengambil teladan Ayub. Ayub adalah orang benar pada zamannya dan Tuhan sangat bangga akan Ayub. Tuhan pasti sangat sayang kepada Ayub dan Ayub telah bertindak sebagaimana Tuhan inginkan, bahkan dia peduli pada anak-anaknya. Ayub saking dibanggakan oleh Tuhan, hingga membanggakannya di depan iblis. Apakah anda mau menjadi orang yang dibanggakan Tuhan? Tetapi ketahuilah, orang yang semakin dibanggakan Tuhan akan semakin dibenci iblis. Oleh sebab itu, kita perlu melihat situasi dan keadaan kita dan apakah posisi kita di hadapan Allah dan dunia? Namun setelah kita dipuji Allah, kita harus berdiri lebih teguh. Setelah Ayub dipuji Tuhan, iblis langsung berargumentasi dengan Tuhan bahwa Ayub dapat seperti sekarang ini karena Tuhan yang melindunginya, dan kalau Ayub tidak dilindungi, pasti dia akan langsung berbalik menentang Tuhan. Tuhan pun mengizinkan iblis mencobai Ayub.
Akhirnya beruntun semua orang datang kepada Ayub dan memberitakan berita dukacita. Singkat kata, Ayub dari konglomerat tiba-tiba menjadi engkong yang melarat. Saat itu Ayub sungguh-sungguh menghadapi tantangan. Tantangan pertama yang dihadapi Ayub adalah tantangan imannya. Tantangan iman Ayub bukan datang dari sembarang orang, melainkan istrinya sendiri. Untung Ayub saat itu masih sadar dan dia menjawab ‘kamu berbicara seperti perempuan gila, saya datang dengan telanjang saya akan pulang dengan telanjang pula.’ Sebelum kita menghadapinya, kita harus mempersiapkan iman kita sekuat mungkin. Tantangan yang kedua adalah tantangan yang bersifat doktrinal. Tiga teman Ayub datang, Bildad, Elifas dan Zofar, dan mulai adu argumentasi dengannya. Teman-temannya menganut doktrin ‘kalau kondisi kamu begini pasti ada yang salah denganmu’. Walaupun demikian, Ayub tetap bersikeras bahwa dia tidak bersalah dan tetap pada jalan yang benar. Sebagai bukti bahwa kita benar, kita tidak pernah sungkan dan ragu untuk mengadu argumentasi dengan pihak manapun juga. Kita punya keyakinan bahwa kebenaran pasti menang. Setiap orang Kristen harus sangat kuat dalam hal doktrinal karena hari-hari semakin jahat dan orang-orang dunia juga semakin pintar. Dan jikalau kita tidak berjuang untuk menjadi seorang yang sanggup memberikan penjelasan, maka kita akan ketinggalan.
Tantangan yang ketiga adalah penderitaan jasmani. Penderitaan yang dialami oleh Ayub mungkin belum pernah kita alami 1%-nya. Seluruh badan hancur, sampai tidak bisa pakai baju lagi. Jika kita menderita seperti Ayub, apakah iman kita masih tetap teguh? Anda tahu, kapan saatnya kita menghadapi godaan paling
besar untuk menyimpang dari kebenaran? Itu adalah waktu kita terbaring sakit di rumah atau di rumah sakit. Orang-orang dari segala macam iman datang dan mena sehati kamu. Ada yang bawa pastor, bawa orang pintar dan lain-lain. Saat anda terbaring itu, godaan sedemikian hebat, masih bisakah anda pada saat itu untuk berprinsip bahwa anda tidak akan terpengaruh oleh semua itu, dan memilih mati daripada menyakiti hati Tuhan? Toh kalau anda mati, anda pergi kepada Tuhan. Bisakah anda bersikap demikian di saat anda terbaring?
Ketiga, kita harus memandang ke atas sampai pada akhir hidup kita. Seorang Fundamentalis Kristen akan menjadi pahlawan yang pulang dalam keadaan tetap berdiri, jikalau pandangannya selalu menengadah ke atas. Jikalau dia memandang ke bawah terus, selalu melihat kesulitan dunia dan melihat secara jangka yang sangat pendek, maka dia akan selalu kecewa kepada Tuhan. Dalam hal ini kita bisa mengambil teladan Paulus (II Tim 4:6-8). Yang diajarkan oleh rasul Paulus adalah selalu memandang kepada Yesus, dan dia selalu memandang Yesus terutama di saat dimana dia dapat bersama dengan Tuhan. Dia berkata bahwa dia telah mengakhiri pertandingan yang baik. Apakah anda sudah mengakhiri pertandingan dengan baik? Apakah anda sedang melaksanakan pertandingan dengan baik? Atau sebenarnya anda hanya ikut-ikutan saja? Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku. Salah satu rahasia untuk bertahan di dalam kesulitan adalah memandang jauh ke depan, kepada Tuhan kita. Sekalipun kita boleh memandang orang lain, tetapi pusat perhatian kita haruslah Yesus Kristus. Dengan demikian kita akan seperti rasul Paulus, dia dengan yakin berkata bahwa sudah disediakan sebuah mahkota baginya. Apakah anda juga yakin bahwa sudah tersedia mahkota bagi anda? Adakah engkau telah melakukan perkara yang besar bagi Tuhan? Jikalau kita sudah melakukannya, puji syukur kepada Tuhan! Bila belum, anda masih mempunyai kesempatan untuk melakukannya. Kita ditempatkan pada zaman ini supaya kita bertanggung jawab pada zaman ini, dan bertanggung jawab terhadap semua orang yang ada di sekitar kita. Marilah kita berusaha menyenangkan hati Tuhan dengan usaha kita untuk memenangkan jiwa lebih banyak lagi!
Seorang Kristen Fundamentalis adalah orang Kristen yang seperti Yosua, memenangkan seluruh anggota keluarganya bagi Tuhan. Ia selalu menawarkan Injil kepada semua orang seperti Yosua menawarkan Allah Yehova kepada seluruh bangsa Israel. Ia sampai tua tetap semangat untuk Tuhan. Ia hidup dalam keyakinan akan kasih karunia Tuhan. Seorang Kristen Fundamentalis juga adalah orang Kristen yang seperti Ayub. Ia setia kepada Tuhan dalam semua keadaan. Ia bukan seorang yang hanya meminta, atau menuntut kasih karunia Allah melulu. Ia tahu bahwa ia perlu menderita bagi Allah untuk kemuliaan namaNya. Terlebih lagi ketika Allah perlu membuktikan bahwa di muka bumi ini ada orang yang mengasihi-Nya, bukan sekedar mengejar berkat materiNya. Ayub tampil membungkam iblis melalui kesetiaannya. Iblis berdiam seribu bahasa karena tantangannya kepada Allah ternyata tertantang balik dan kalah oleh kesetiaan Ayub.
Seorang Kristen Fundamentalis juga adalah orang Kristen yang seperti Paulus. Ia selalu memandang ke depan, kepada hadiah yang disediakan Allah bagi pahlawan-pahlawan iman yang menang. Ia selalu memandang kepada Kristus yang telah menanti dengan mahkota-mahkotanya. Oleh sebab itu Paulus telah berjuang dan berusaha untuk lebih giat dari semua rasul lain, tentu lebih giat dari semua orang Kristen lain. Perlombaan kekristenan yang valid dan indah di dalam Tuhan ialah berlomba mengasihiNya melalui me layaniNya dengan segiat-giatnya.
Kaum Kristen Fundamentalis bukan pengecut, melainkan pahlawan yang berani menantang badai. Siap mati untuk Tuhan, bahkan melihat kesempatan bisa mati untuk Tuhan adalah cara mati terindah daripada mati model lain yang dialami kebanyakan orang. Kristen Fundamentalis berani berkata kepada badai, silakan datang, ketahuilah Tuhan telah berjanji menyertaiku.***
Sumber: Jurnal Teologi PEDANG ROH Edisi 49 Oktober-Desember 2006 Editor Dr. Suhento Liauw
No comments:
Post a Comment