Pages

Wednesday, November 02, 2011

Berdiri Teguh Menantang Badai

Khotbah Sesi III Oleh Dr. Suhento Liauw
Diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh Dr. Steven Liauw dalam Kongres Kristen Fundamentalis ke-8, Jakarta - Indonesia

Standing Strong Challenging the Storm
Pembacaan Alkitab: Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu. Ef 6:13

Dr.  Strouse telah  menyampaikan bahwa orang Kristen Fundamentalis  harus memahami dirinya sendiri, pengajaran, dan juga tingkah lakunya, dengan baik.  Dr. Steven juga telah  menyampaikan bahwa orang Kristen harus mengenal jenis-jenis badai yang datang ke dalam hidupnya. Apakah  itu angin sepoi-sepoi atau tsunami? Kalau  anda  salah  bertindak, akan  dinilai sangat bodoh.  Ternyata hanya angin sepoi-sepoi, tetapi anda sudah lari ke atas gunung. Kemudian datang tsunami, anda malah ke pantai untuk menangkap ikan. Oleh sebab itu anda harus mengenal badai dengan baik.

Kadang kita berpikir bahwa terorislah orang yang paling berbahaya bagi kita, padahal belum tentu. Orang yang merusak dari dalam, itu jauh lebih bahaya.

Anda ingat cerita Bileam dalam Bil. 22-25. Ketika  Balak  menggaji Bileam untuk mengutuki bangsa Israel, Bileam saat itu berbuat seolah-olah dia setia sekali kepada Tuhan. Dia berkata kepada Balak bahwa apa yang Tuhan suruh dia katakan, maka itulah yang dia akan katakan. Apakah betul demikian? Awalnya memang begitu. Disuruh mengutuki Israel, Bileam malah memberkati Israel. Namun kemudian Bileam menasehati Balak  dengan nasehat yang dapat sangat menjatuhkan bangsa Israel, yaitu dengan menghancurkan mereka dari dalam, melalui perempuan-perempuan  dari bangsa Moab yang mengajak laki-laki bangsa Israel menikah dengan mereka. Dan  benar, hasilnya adalah Tuhan marah dan membunuh 24.000 orang pada saat itu juga. Ada macam-macam badai yang bisa kita hadapi, tetapi yang paling bahaya adalah  yang dari dalam diri kita, yaitu diri kita yang mulai tertarik pada hal-hal dunia ini.

Bagaimanakah kita bisa mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri? Untuk itu, kita perlu melihat contoh yang ada di dalam Alkitab. Pertama, kita harus membangun suatu keluarga yang baik yang Fundamentalis dan berusaha agar semua anggota keluarga kita bisa diselamatkan. Contohnya terdapat di  dalam Yosua 24:14-15. Bagi yang belum berkeluarga anda harus pilih; cari calon sehati-hati mungkin karena iblis bisa masuk melalui hal yang  satu ini. Dan bagi yang sudah berkeluarga, puji syukur kalau semua keluargamu sudah diselamatkan! Tetapi kalau belum, berdoalah siang dan malam! Oleh sebab itu, anda harus berjuang agar seluruh anggota keluargamu diselamatkan. 

Yosua adalah  contoh yang sangat baik. Pada hari tuanya, dia kumpulkan orang Israel yang sangat banyak dan dia berkata kepada mereka bahwa mereka harus memutuskan  untuk  beribadah kepada siapa, Allah Yehova atau allah orang Amori atau allah yang lain. Iman yang benar tidak pernah  dipaksakan, makanan  yang enak tidak boleh  dipaksakan, kalau  dipaksakan sangat mungkin itu racun.

Kedua, menahan penderitaan yang kita alami sekarang. Dalam hal ini kita dapat mengambil teladan Ayub. Ayub adalah orang benar pada  zamannya dan Tuhan sangat bangga akan Ayub. Tuhan pasti sangat sayang kepada Ayub dan Ayub telah bertindak sebagaimana Tuhan inginkan, bahkan dia peduli pada anak-anaknya. Ayub saking dibanggakan oleh Tuhan, hingga membanggakannya di depan iblis.  Apakah anda mau menjadi orang yang dibanggakan Tuhan? Tetapi ketahuilah, orang yang semakin dibanggakan Tuhan akan  semakin dibenci iblis. Oleh sebab itu, kita perlu melihat situasi dan keadaan kita  dan apakah posisi kita  di hadapan Allah  dan dunia?  Namun setelah kita dipuji Allah, kita harus berdiri lebih teguh. Setelah Ayub dipuji Tuhan, iblis langsung berargumentasi dengan  Tuhan bahwa Ayub dapat seperti sekarang ini karena Tuhan  yang melindunginya, dan kalau Ayub tidak dilindungi, pasti dia akan langsung berbalik menentang Tuhan. Tuhan pun mengizinkan iblis mencobai Ayub.

Akhirnya beruntun semua orang datang kepada Ayub dan memberitakan berita dukacita. Singkat kata, Ayub dari konglomerat tiba-tiba menjadi  engkong  yang melarat. Saat itu Ayub sungguh-sungguh menghadapi tantangan. Tantangan pertama yang dihadapi Ayub adalah tantangan imannya. Tantangan iman Ayub bukan datang dari sembarang orang, melainkan istrinya sendiri. Untung Ayub saat itu masih sadar dan dia menjawab ‘kamu  berbicara seperti perempuan gila, saya datang dengan telanjang saya akan  pulang dengan  telanjang pula.’ Sebelum kita menghadapinya, kita harus mempersiapkan iman kita sekuat mungkin. Tantangan yang kedua adalah tantangan  yang bersifat doktrinal. Tiga  teman Ayub datang, Bildad, Elifas dan Zofar, dan mulai adu argumentasi dengannya. Teman-temannya menganut doktrin ‘kalau kondisi kamu begini pasti ada yang salah denganmu’. Walaupun demikian, Ayub tetap bersikeras bahwa dia tidak bersalah  dan tetap pada jalan yang benar. Sebagai bukti bahwa kita benar, kita tidak pernah sungkan dan ragu untuk mengadu argumentasi dengan pihak manapun juga. Kita punya keyakinan bahwa kebenaran pasti menang. Setiap  orang  Kristen  harus  sangat kuat dalam  hal  doktrinal karena hari-hari semakin jahat dan orang-orang  dunia juga semakin pintar. Dan  jikalau  kita tidak berjuang untuk menjadi seorang yang sanggup memberikan penjelasan, maka kita akan ketinggalan.

Tantangan yang ketiga adalah penderitaan jasmani. Penderitaan yang dialami oleh Ayub mungkin belum pernah kita alami 1%-nya. Seluruh badan hancur, sampai tidak bisa pakai  baju lagi. Jika kita menderita seperti Ayub, apakah iman kita masih tetap teguh? Anda tahu, kapan saatnya kita menghadapi godaan paling
besar  untuk menyimpang dari kebenaran? Itu adalah waktu kita  terbaring sakit di rumah atau di rumah sakit. Orang-orang dari  segala macam  iman  datang  dan mena sehati kamu. Ada yang bawa pastor, bawa orang pintar dan lain-lain. Saat anda terbaring itu, godaan sedemikian hebat,  masih bisakah anda pada saat itu untuk berprinsip bahwa anda tidak akan terpengaruh oleh semua  itu, dan memilih mati daripada menyakiti hati Tuhan? Toh kalau anda mati, anda  pergi kepada Tuhan. Bisakah anda bersikap demikian di saat anda terbaring?

Ketiga,  kita harus  memandang ke atas sampai pada akhir hidup kita. Seorang Fundamentalis Kristen akan menjadi pahlawan yang pulang dalam keadaan  tetap berdiri, jikalau pandangannya selalu menengadah ke atas. Jikalau dia memandang ke bawah terus, selalu melihat kesulitan dunia dan melihat secara  jangka  yang sangat pendek, maka  dia akan selalu kecewa kepada Tuhan.  Dalam hal  ini kita bisa mengambil teladan Paulus  (II Tim 4:6-8). Yang  diajarkan  oleh  rasul  Paulus adalah selalu memandang kepada Yesus,  dan dia selalu memandang Yesus terutama di saat dimana dia dapat bersama dengan Tuhan. Dia berkata bahwa dia telah mengakhiri pertandingan yang baik. Apakah anda sudah  mengakhiri pertandingan  dengan baik? Apakah anda sedang melaksanakan pertandingan  dengan baik? Atau sebenarnya anda hanya ikut-ikutan saja?  Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku. Salah  satu rahasia untuk bertahan di dalam kesulitan adalah memandang jauh ke depan, kepada Tuhan  kita. Sekalipun kita boleh memandang orang lain, tetapi pusat perhatian kita haruslah Yesus Kristus. Dengan demikian kita akan seperti rasul Paulus, dia dengan yakin berkata bahwa  sudah  disediakan  sebuah mahkota baginya. Apakah  anda juga  yakin bahwa sudah  tersedia mahkota bagi anda? Adakah engkau telah melakukan perkara yang besar bagi Tuhan? Jikalau  kita sudah  melakukannya, puji syukur kepada Tuhan! Bila belum, anda masih mempunyai kesempatan untuk melakukannya. Kita ditempatkan pada zaman  ini supaya kita bertanggung jawab pada zaman ini, dan bertanggung jawab  terhadap semua  orang yang ada  di sekitar kita. Marilah  kita berusaha menyenangkan hati Tuhan dengan usaha kita untuk memenangkan jiwa lebih banyak lagi!

Seorang Kristen Fundamentalis adalah  orang Kristen  yang seperti Yosua, memenangkan seluruh anggota keluarganya bagi Tuhan. Ia selalu menawarkan Injil kepada semua  orang seperti Yosua menawarkan Allah Yehova kepada seluruh bangsa Israel. Ia  sampai tua  tetap semangat untuk Tuhan. Ia hidup dalam keyakinan akan kasih karunia Tuhan. Seorang Kristen Fundamentalis  juga adalah orang Kristen yang seperti Ayub. Ia setia kepada Tuhan dalam semua keadaan. Ia bukan seorang yang hanya meminta, atau menuntut kasih karunia Allah melulu. Ia tahu bahwa ia perlu menderita bagi Allah untuk kemuliaan namaNya. Terlebih lagi ketika  Allah perlu membuktikan bahwa di muka bumi ini ada orang yang mengasihi-Nya, bukan sekedar mengejar berkat materiNya. Ayub tampil  membungkam iblis melalui kesetiaannya. Iblis berdiam  seribu bahasa karena tantangannya kepada Allah ternyata tertantang balik dan kalah  oleh kesetiaan Ayub.

Seorang Kristen Fundamentalis  juga adalah orang Kristen yang seperti Paulus. Ia selalu memandang ke depan, kepada hadiah yang disediakan Allah bagi pahlawan-pahlawan iman yang menang. Ia selalu memandang kepada Kristus yang telah menanti dengan  mahkota-mahkotanya. Oleh sebab itu Paulus  telah berjuang dan berusaha untuk lebih giat dari semua rasul lain, tentu lebih giat dari semua orang Kristen lain. Perlombaan kekristenan yang valid dan indah di dalam  Tuhan ialah berlomba mengasihiNya  melalui me layaniNya dengan segiat-giatnya.

Kaum Kristen  Fundamentalis bukan pengecut, melainkan pahlawan yang berani menantang badai. Siap mati untuk Tuhan, bahkan melihat kesempatan bisa mati untuk Tuhan adalah cara  mati terindah daripada mati model lain yang dialami kebanyakan orang.  Kristen Fundamentalis berani berkata kepada badai, silakan datang, ketahuilah Tuhan telah berjanji menyertaiku.***

Sumber: Jurnal Teologi PEDANG ROH Edisi 49 Oktober-Desember 2006 Editor Dr. Suhento Liauw

No comments:

Post a Comment