“Lalu Lot melayangkan pandangnya dan dilihatnyalah, bahwa seluruh Lembah Yordan banyak airnya, seperti taman TUHAN, seperti tanah Mesir, sampai ke Zoar. Hal itu terjadi sebelum TUHAN memusnahkan Sodom dan Gomora.” (Kej.13:10)
Lot adalah keponakan Abraham, anak Haran, saudara Abraham. Kemungkinan Lot waktu kecil sangat dekat dengan Abraham yang tidak dikaruniai anak. Karena tidak ada anak maka sasaran kasih sayang dilimpahkan kepada Lot, sang keponakan.
Ketika Tuhan memanggil Abraham keluar dari Urkasdim, Tuhan memerintahkannya pergi dari sanak-saudaranya, artinya tidak membawa seseorang. Tuhan ingin membangun sebuah bangsa melalui Abraham dan tidak mau imannya terkontaminasi anggota keluarganya yang adalah penyembah berhala (Kej.12:1-3). Tetapi dalam hal ini Abraham tidak mematuhi Tuhan. Ia membawa ayahnya dan juga Lot. Setelah ayahnya, Terah, meninggal di Haran, Tuhan memanggil Abraham lagi untuk proyek di tanah Kanaan. Dan Abraham tetap membawa Lot besertanya.
Tetapi sampai pada pasal 13 kitab Kejadian, dikatakan bahwa kekayaan Abraham maupun Lot semakin besar sehingga jumlah pekerja semakin banyak. Wilayah terasa sempit, dan wajar kalau sesekali terjadi benturan antara pekerja Abraham dengan Lot.
Kasih sayang Abraham kepada Lot sangat amat menyolok. Ia mengusulkan perluasan wilayah masing-masing, dan menyuruh Lot memilih dulu. Kalau Lot ke Timur maka ia akan ke Barat demikian sebaliknya. Dan Lot tidak sungkan sedikitpun, sebagai keponakan semestinya ia membiarkan pamannya memilih dulu. Tetapi dia keponakan manja yang tahu betul pamannya mengasihinya.
Lot Memilih Sodom
“Lalu Lot melayangkan pandangnya dan dilihatnyalah, bahwa seluruh Lembah Yordan banyak airnya, seperti taman TUHAN, seperti tanah Mesir, sampai ke Zoar.”
Yang ada di otak Lot saat itu adalah keuntungan, kemakmuran secara finansial, dan memiliki materi yang berlimpah. Ia memutuskan pindah ke kota Sodom, tanpa peduli kondisi kebejatan moral penduduknya.
Iman Lot yang teguh, yang tetap berstatus orang benar sebagaimana dinyatakan Petrus (2 Pet.2:7), membuktikan keberhasilan didikan Abraham. Tetapi cinta akan materi benar-benar sulit untuk dinomorduakan dalam kehidupan Lot. Ia pernah ditawan, dan beruntung bisa diselamatkan oleh Abraham yang mengerahkan pasukan dadakannya. Sesungguhnya itu adalah peringatan Tuhan, namun Lot tidak memandangnya demikian karena kepekaan Lot terhadap perkara rohani sangat amat tumpul.
Keluarga Yang Duniawi
Alkitab mencatat Lot memiliki seo rang istri dan empat orang putri. Dalam Kejadian 19:14, dalam bahasa aslinya tidak ada kata “bakal” menantu, dan juga tidak ada kata “akan” kawin dengan kedua putrinya. Dalam bahasa aslinya,
ויצא לוט וידבר אל־חתניו לקחי בנתיו ויאמר קומו צאו מן־המקום הזה כי־משׁחית יהוה את־העיר ויהי כמצחק בעיני חתניו׃
terjemahan langsung: Keluarlah Lot dan berkata kepada mantu-mantunya yang mengambil putrinya dan berkata bangkit dan keluar dari tempat ini karena akan dihancurkan Jehovah kota dan dia (dilihat) bergurau di mata mantu-mantunya.
Lembaga Alkitab Indonesia bukan menerjemahkan melainkan menafsirkan bahwa itu adalah calon mantu Lot, mungkin karena heran mengapa Lot bukan bicara pada putrinya, melainkan mantunya.
Padahal konteks zaman itu tentu bukan seperti sekarang (zaman handphone). Pada zaman itu, sekitar 1,500 tahun sebelum Kong Fu Tsu, atau sekitar 4000 tahun dari sekarang, yang berkuasa atas putri-putrinya adalah suami mereka, bukan Lot dan bukan putri-putri itu sendiri. Itulah sebabnya Lot bukan berbicara kepada putri-putrinya melainkan pada mantu-mantunya. Lot telah membiarkan istrinya mengikuti gaya orang Sodom, dan putrinya juga menikah dengan penduduk kota Sodom.
Tidak demikian dengan Abraham yang berusaha mencarikan istri yang baik bagi Ishak hingga ke Mesopotamia. Pemuda kota Sodom bisa jadi lebih keren, lebih gaya, lebih kaya, lebih terpandang. Saya sering mendengar orang non-Kristen bahkan yang Kristen, sengaja menyekolahkan anak mereka di sekolah yang elite dan terkenal agar mereka mendapatkan pasangan yang berduit dan terpandang. Mungkin Lot awalnya sangat bangga dengan mantunya yang adalah penduduk asli kota Sodom. Istrinya siang malam hanya memikirkan perhiasan, dan perkara-perkara materi serta duniawi. Ketika Sodom sedang dilalap api, istrinya tidak tahan membayangkan semua miliknya yang sedang dimusnahkan api. Kalau naik pesawat masih bisa membawa 20 kg bagasi, tetapi istrinya sedang naik malaikat, yang tidak ada tempat bagasi, bahkan hand-bag pun tidak sempat dibawa. Bayangkan, bagaimana ia tidak terpikat untuk menoleh melihat sejenak kota kesayangan beserta segenap hartanya yang tertinggal?
Atau mungkin istrinya teramat pedih hatinya membayangkan kedua orang putri bersama menantunya sedang menjadi arang. Ia mungkin amat kesal pada mantu-mantunya yang tidak mau ikut keluar. Bahkan mungkin marah pada Allah yang menghanguskan kota Sodom dan Gomora.
Akhirnya sisa Lot bersama dua orang putrinya yang belum terkontaminasi secara jasmani namun sudah rusak total secara moral. Banyak orang tua cenderung hanya menjaga jasmani putri mereka tanpa memikirkan sedikitpun aspek rohani mereka. Semakin hari semakin sulit ditemukan orang tua yang mengarahkan putri mereka untuk menikah dengan orang Kristen lahir baru, apalagi yang pergi ke gereja alkitabiah. Kalau yang Kristen KTP itu bisa didapat di mana-mana, tetapi untuk mendapatkan yang benar-benar lahir baru dan cinta kebenaran, itu pasti hanya di gereja alkitabiah.
Akhir Petualangan Kristen Duniawi
Dua putri Lot berpikiran kotor dan melakukan tindakan asusila terhadap ayah mereka. Bayangkan, mereka memperkosa ayah mereka. Tidak ada laki-laki lain, sesungguhnya adalah alasan yang mereka buat untuk pembenaran tindakan mereka. Karena sebelumnya, paman-kakek Abraham pernah membawa pasukan untuk membebaskan mereka ketika mereka menjadi tawanan. Dan jelas keterangan malaikat bahwa mereka hanya menghancurkan kota Sodom dan Gomora, bukan menghancurkan seluruh bumi.
Lot dan kedua putrinya akhirnya tinggal di gua. Coba pembaca bayangkan, tadinya dia adalah konglomerat yang kekayaannya hampir menyamai Abraham. Akhirnya seluruh kekayaannya hilang dalam sekejap mata, istrinya menjadi tiang garam, putri-putri bersama menantunya jadi arang, dan dua putrinya ternyata hamil atas benihnya. Sungguh sebuah celaka yang teramat dahsyat. Semua itu diawali dari cinta perkara materi lebih dari perkara rohani.
Sampai di sini riwayat Lot berhenti, yaitu setelah menghasilkan dua bangsa, Moab dan Amon, yang di kemudian hari menjadi musuh bangsa Yahudi (Ul.2:9,19). Di dalam kitab Mazmur Lot disebut satu kali (Maz.83:8), dan dalam Injil Lukas ada tiga kali nama Lot disebut (Luk.17:28,29,32), dan Rasul Petrus tetap menyebut Lot orang benar (2 Pet.2:7). Sungguh sebuah akhir yang sangat tragis.
Pelajaran Yang Berharga
Dalam riwayat Lot terkandung pelajaran yang sangat berharga tentang sikap manusia terhadap harta duniawi. Serta tentang sikap mengejar harta hingga mengabaikan kondisi rohani. Apalah gunanya seluruh harta yang berhasil Lot kumpulkan sejak ia pindah ke Sodom?
Seandainya Lot diberi kesempatan untuk mengulang hidupnya, ia mustahil akan melakukan kesalahan yang sama. Ia pasti akan lebih memperhatikan perkara rohani daripada perkara materi. Riwayat hidup Lot dicatat di dalam Alkitab dimaksudkan agar kita menarik pelajaran tentang perkara mengejar harta materi dan rohani.
Seandainya Bill Gate, pemilik Microsoft yang kaya raya, ditawarkan membayar 10 milyar dollar dan ia akan memiliki tubuh dengan kemudaan dua puluhan tahun, ia pasti tidak akan tawar menawar. Seandainya orang kaya yang tercatat dalam Lukas 16, yang sedang mengerang kesakitan di Neraka, diberi kesempatan untuk membayar seluruh hartanya untuk keluar dari api neraka, ia pasti tidak akan tawar menawar.
Banyak orang menyangka bahwa kesuksesan diukur pada saat mereka tua. Mereka menyangka bahwa mereka akan dipandang sukses kalau setelah tua memiliki rumah yang besar, tersimpan dana abadi yang tak habis dipakai di bank, dan anakcucunya juga kaya dan terpandang. Benar, ini benar-benar sukses jika semua yang dicatat di dalam Alkitab adalah bohong.
Bagi orang yang di luar Kristus, yang tidak percaya Alkitab, ini benar-benar sebuah kesuksesan. Namun apabila semua yang dicatat di dalam Alkitab benar, maka saat mengukur kesuksesan itu bukan saat setelah tua, melainkan setelah kematian. Dan bukan di bumi. Jika setelah kematian akhirnya harus menderita di Neraka, maka semua kesuksesan yang pernah dicapai menjadi nol bahkan defisit. Apalah artinya jika seseorang sudah kaya sejak lahir hingga umur delapan puluh tahun namun sesudahnya ia menderita di Neraka selamanya?
Seandainya tidak ada Allah, dan tidak ada Alkitab, atau seandainya semua yang dikatakan Alkitab tidak benar, maka marilah kita berlomba untuk mengumpulkan harta materi, setelah mendapatkannya kita bersenang-senang menikmatinya, bahkan berusaha menikmatinya hingga nafas terakhir.
Bagaimana Kalau Kaya & Masuk Sorga?
Ada sebagian orang Kristen berpikir, yang terindah adalah hidup kaya raya dan mati masuk Sorga. Dari akal budi manusia terkesan sangat ideal, tetapi sesungguhnya ayat-ayat Alkitab tidak mendukung keadaan demikian.
Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati. Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya (1 Tim.6:17-19).
Silakan membaca ayat ini berulang-ulang, dan camkan, apakah Alkitab mendukung falsafah, hidup kaya raya dan mati masuk Sorga. Kelihatannya tidak! Sebab kalau orang Kristen betul-betul percaya ayat-ayat Alkitab, betul-betul memandang Sorga sebagai tempat riil, dan sangat berharap untuk masuk Sorga, maka ia tidak mungkin menumpuk harta di dunia, melainkan di Sorga. Ia tahu bahwa saat akhir kesuksesannya bukan saat ia tua melainkan saat ia berdiri di hadapan Yesus Kristus.
Sesudah kita menyelesaikan segala sesuatu di dunia, kita semua akan menghadap tahta pengadilan Kristus (2 Kor.5:10), untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatan kita karena Ia telah menggantikan kita dihukumkan. Saat itulah segelas air yang diberikan kepada hambaNya pun akan dihitung (Mat.10:42). Kita akan masuk Sorga karena Yesus Kristus telah dihukumkan menggantikan kita. Tetapi tingkat kemuliaan tiap-tiap orang sebagaimana akan dihadiahkan Tuhan akan ditentukan dari perbuatan kita. Dari situ bisa terjadi seorang bos yang numpuk kekayaan di bumi akan jauh kurang mulia dibandingkan dengan karyawannya yang giat dan berkorban mempersembahkan dana dari kekurangannya.
Pada saat itu si bos sama sekali tidak sukses dibandingkan karyawannya. Lagi pula itu adalah keadaan final, sedangkan kelimpahan dan kemewahan si bos waktu di dunia adalah sementara.
Orang Kaya Dan Penginjilan
Setiap orang Kristen lahir baru pasti tahu tentang Amanat Agung Tuhan Yesus, yaitu menjadikan semua bangsa muridNya, menginjil sampai ke ujung bumi. Ketika Pedang Roh ini sedang ditulis, penulis menyaksikan film yang dikirim lewat email tentang kegiatan para pendukung teroris mencari dana. Ketika pemimpin mereka berbicara meminta kepada yang hadir, yang rela sumbang US $ 10,000.00 ternyata banyak yang angkat tangan. Bisakah disimpulkan bahwa kekristenan belakangan ini mundur adalah karena orang-orang Kristen mengumpulkan harta untuk merusak anakcucu mereka dan pelit untuk mematuhi Amanat Agung Tuhan? Orang Kristen yang mengasihi Tuhan dan yang antusias mematuhi Amanat Agung Tuhan tidak mungkin kaya raya karena ada sangat banyak pekerjaan Tuhan yang memerlukan dana akan mengetuk hatinya.
Membiayai Penyesatan
Sebaliknya ada sejumlah orang Kristen yang royal menghamburkan kekayaannya di gereja yang salah. Para pemimpin gereja sesat pada umumnya sangat piawai menyanjung orang kaya. Di sisi lain orang kaya memang sangat menginginkan sanjungan.
Pemimpin gereja non-alkitabiah sangat tahu kebutuhan orang kaya. Mereka langsung diberikan tempat, diminta bersaksi tentang kesuksesan mereka, disuruh memimpin doa dan lain sebagainya. Sebaliknya di gereja alkitabiah kalau belum menjadi anggota, belum boleh memimpin doa dan lain sebagainya.
Ada banyak orang Kristen yang mungkin tulus, telah mengeluarkan banyak uang untuk gereja yang doktrinnya salah. Mereka menyangka mereka akan mendapat upah dari Tuhan. Padahal atas perbuatan itu, seandainya mereka masuk Sorga, mereka akan mendapat teguran. Sebab, dengan mempersembahkan uang ke gereja yang doktrinnya sesat, itu merupakan tindakan membantu penyebaran penyesatan. Sebelum seseorang memasukkan uang ke kantong kolekte, atau mentransfer dana ke rekening sebuah gereja, sebaiknya ia pastikan dulu bahwa gereja itu benar secara doktrinal di hadapan Tuhan.
Pembaca yang budiman, tidak ada satu orang pun di antara kita yang mau berakhir seperti Lot di bumi ini. Terlebih lagi di hadapan Tuhan. Untuk itu, jika Tuhan mempercayakan kepadamu mamon, manfaatkanlah mamon itu untuk menumpuk harta di Sorga. ***
Sumber: Jurnal Teologi PEDANG ROH Edisi 66 Januari-Februari-Maret 2011
Lot adalah keponakan Abraham, anak Haran, saudara Abraham. Kemungkinan Lot waktu kecil sangat dekat dengan Abraham yang tidak dikaruniai anak. Karena tidak ada anak maka sasaran kasih sayang dilimpahkan kepada Lot, sang keponakan.
Ketika Tuhan memanggil Abraham keluar dari Urkasdim, Tuhan memerintahkannya pergi dari sanak-saudaranya, artinya tidak membawa seseorang. Tuhan ingin membangun sebuah bangsa melalui Abraham dan tidak mau imannya terkontaminasi anggota keluarganya yang adalah penyembah berhala (Kej.12:1-3). Tetapi dalam hal ini Abraham tidak mematuhi Tuhan. Ia membawa ayahnya dan juga Lot. Setelah ayahnya, Terah, meninggal di Haran, Tuhan memanggil Abraham lagi untuk proyek di tanah Kanaan. Dan Abraham tetap membawa Lot besertanya.
Tetapi sampai pada pasal 13 kitab Kejadian, dikatakan bahwa kekayaan Abraham maupun Lot semakin besar sehingga jumlah pekerja semakin banyak. Wilayah terasa sempit, dan wajar kalau sesekali terjadi benturan antara pekerja Abraham dengan Lot.
Kasih sayang Abraham kepada Lot sangat amat menyolok. Ia mengusulkan perluasan wilayah masing-masing, dan menyuruh Lot memilih dulu. Kalau Lot ke Timur maka ia akan ke Barat demikian sebaliknya. Dan Lot tidak sungkan sedikitpun, sebagai keponakan semestinya ia membiarkan pamannya memilih dulu. Tetapi dia keponakan manja yang tahu betul pamannya mengasihinya.
Lot Memilih Sodom
“Lalu Lot melayangkan pandangnya dan dilihatnyalah, bahwa seluruh Lembah Yordan banyak airnya, seperti taman TUHAN, seperti tanah Mesir, sampai ke Zoar.”
Yang ada di otak Lot saat itu adalah keuntungan, kemakmuran secara finansial, dan memiliki materi yang berlimpah. Ia memutuskan pindah ke kota Sodom, tanpa peduli kondisi kebejatan moral penduduknya.
Iman Lot yang teguh, yang tetap berstatus orang benar sebagaimana dinyatakan Petrus (2 Pet.2:7), membuktikan keberhasilan didikan Abraham. Tetapi cinta akan materi benar-benar sulit untuk dinomorduakan dalam kehidupan Lot. Ia pernah ditawan, dan beruntung bisa diselamatkan oleh Abraham yang mengerahkan pasukan dadakannya. Sesungguhnya itu adalah peringatan Tuhan, namun Lot tidak memandangnya demikian karena kepekaan Lot terhadap perkara rohani sangat amat tumpul.
Keluarga Yang Duniawi
Alkitab mencatat Lot memiliki seo rang istri dan empat orang putri. Dalam Kejadian 19:14, dalam bahasa aslinya tidak ada kata “bakal” menantu, dan juga tidak ada kata “akan” kawin dengan kedua putrinya. Dalam bahasa aslinya,
ויצא לוט וידבר אל־חתניו לקחי בנתיו ויאמר קומו צאו מן־המקום הזה כי־משׁחית יהוה את־העיר ויהי כמצחק בעיני חתניו׃
terjemahan langsung: Keluarlah Lot dan berkata kepada mantu-mantunya yang mengambil putrinya dan berkata bangkit dan keluar dari tempat ini karena akan dihancurkan Jehovah kota dan dia (dilihat) bergurau di mata mantu-mantunya.
Lembaga Alkitab Indonesia bukan menerjemahkan melainkan menafsirkan bahwa itu adalah calon mantu Lot, mungkin karena heran mengapa Lot bukan bicara pada putrinya, melainkan mantunya.
Padahal konteks zaman itu tentu bukan seperti sekarang (zaman handphone). Pada zaman itu, sekitar 1,500 tahun sebelum Kong Fu Tsu, atau sekitar 4000 tahun dari sekarang, yang berkuasa atas putri-putrinya adalah suami mereka, bukan Lot dan bukan putri-putri itu sendiri. Itulah sebabnya Lot bukan berbicara kepada putri-putrinya melainkan pada mantu-mantunya. Lot telah membiarkan istrinya mengikuti gaya orang Sodom, dan putrinya juga menikah dengan penduduk kota Sodom.
Tidak demikian dengan Abraham yang berusaha mencarikan istri yang baik bagi Ishak hingga ke Mesopotamia. Pemuda kota Sodom bisa jadi lebih keren, lebih gaya, lebih kaya, lebih terpandang. Saya sering mendengar orang non-Kristen bahkan yang Kristen, sengaja menyekolahkan anak mereka di sekolah yang elite dan terkenal agar mereka mendapatkan pasangan yang berduit dan terpandang. Mungkin Lot awalnya sangat bangga dengan mantunya yang adalah penduduk asli kota Sodom. Istrinya siang malam hanya memikirkan perhiasan, dan perkara-perkara materi serta duniawi. Ketika Sodom sedang dilalap api, istrinya tidak tahan membayangkan semua miliknya yang sedang dimusnahkan api. Kalau naik pesawat masih bisa membawa 20 kg bagasi, tetapi istrinya sedang naik malaikat, yang tidak ada tempat bagasi, bahkan hand-bag pun tidak sempat dibawa. Bayangkan, bagaimana ia tidak terpikat untuk menoleh melihat sejenak kota kesayangan beserta segenap hartanya yang tertinggal?
Atau mungkin istrinya teramat pedih hatinya membayangkan kedua orang putri bersama menantunya sedang menjadi arang. Ia mungkin amat kesal pada mantu-mantunya yang tidak mau ikut keluar. Bahkan mungkin marah pada Allah yang menghanguskan kota Sodom dan Gomora.
Akhirnya sisa Lot bersama dua orang putrinya yang belum terkontaminasi secara jasmani namun sudah rusak total secara moral. Banyak orang tua cenderung hanya menjaga jasmani putri mereka tanpa memikirkan sedikitpun aspek rohani mereka. Semakin hari semakin sulit ditemukan orang tua yang mengarahkan putri mereka untuk menikah dengan orang Kristen lahir baru, apalagi yang pergi ke gereja alkitabiah. Kalau yang Kristen KTP itu bisa didapat di mana-mana, tetapi untuk mendapatkan yang benar-benar lahir baru dan cinta kebenaran, itu pasti hanya di gereja alkitabiah.
Akhir Petualangan Kristen Duniawi
Dua putri Lot berpikiran kotor dan melakukan tindakan asusila terhadap ayah mereka. Bayangkan, mereka memperkosa ayah mereka. Tidak ada laki-laki lain, sesungguhnya adalah alasan yang mereka buat untuk pembenaran tindakan mereka. Karena sebelumnya, paman-kakek Abraham pernah membawa pasukan untuk membebaskan mereka ketika mereka menjadi tawanan. Dan jelas keterangan malaikat bahwa mereka hanya menghancurkan kota Sodom dan Gomora, bukan menghancurkan seluruh bumi.
Lot dan kedua putrinya akhirnya tinggal di gua. Coba pembaca bayangkan, tadinya dia adalah konglomerat yang kekayaannya hampir menyamai Abraham. Akhirnya seluruh kekayaannya hilang dalam sekejap mata, istrinya menjadi tiang garam, putri-putri bersama menantunya jadi arang, dan dua putrinya ternyata hamil atas benihnya. Sungguh sebuah celaka yang teramat dahsyat. Semua itu diawali dari cinta perkara materi lebih dari perkara rohani.
Sampai di sini riwayat Lot berhenti, yaitu setelah menghasilkan dua bangsa, Moab dan Amon, yang di kemudian hari menjadi musuh bangsa Yahudi (Ul.2:9,19). Di dalam kitab Mazmur Lot disebut satu kali (Maz.83:8), dan dalam Injil Lukas ada tiga kali nama Lot disebut (Luk.17:28,29,32), dan Rasul Petrus tetap menyebut Lot orang benar (2 Pet.2:7). Sungguh sebuah akhir yang sangat tragis.
Pelajaran Yang Berharga
Dalam riwayat Lot terkandung pelajaran yang sangat berharga tentang sikap manusia terhadap harta duniawi. Serta tentang sikap mengejar harta hingga mengabaikan kondisi rohani. Apalah gunanya seluruh harta yang berhasil Lot kumpulkan sejak ia pindah ke Sodom?
Seandainya Lot diberi kesempatan untuk mengulang hidupnya, ia mustahil akan melakukan kesalahan yang sama. Ia pasti akan lebih memperhatikan perkara rohani daripada perkara materi. Riwayat hidup Lot dicatat di dalam Alkitab dimaksudkan agar kita menarik pelajaran tentang perkara mengejar harta materi dan rohani.
Seandainya Bill Gate, pemilik Microsoft yang kaya raya, ditawarkan membayar 10 milyar dollar dan ia akan memiliki tubuh dengan kemudaan dua puluhan tahun, ia pasti tidak akan tawar menawar. Seandainya orang kaya yang tercatat dalam Lukas 16, yang sedang mengerang kesakitan di Neraka, diberi kesempatan untuk membayar seluruh hartanya untuk keluar dari api neraka, ia pasti tidak akan tawar menawar.
Banyak orang menyangka bahwa kesuksesan diukur pada saat mereka tua. Mereka menyangka bahwa mereka akan dipandang sukses kalau setelah tua memiliki rumah yang besar, tersimpan dana abadi yang tak habis dipakai di bank, dan anakcucunya juga kaya dan terpandang. Benar, ini benar-benar sukses jika semua yang dicatat di dalam Alkitab adalah bohong.
Bagi orang yang di luar Kristus, yang tidak percaya Alkitab, ini benar-benar sebuah kesuksesan. Namun apabila semua yang dicatat di dalam Alkitab benar, maka saat mengukur kesuksesan itu bukan saat setelah tua, melainkan setelah kematian. Dan bukan di bumi. Jika setelah kematian akhirnya harus menderita di Neraka, maka semua kesuksesan yang pernah dicapai menjadi nol bahkan defisit. Apalah artinya jika seseorang sudah kaya sejak lahir hingga umur delapan puluh tahun namun sesudahnya ia menderita di Neraka selamanya?
Seandainya tidak ada Allah, dan tidak ada Alkitab, atau seandainya semua yang dikatakan Alkitab tidak benar, maka marilah kita berlomba untuk mengumpulkan harta materi, setelah mendapatkannya kita bersenang-senang menikmatinya, bahkan berusaha menikmatinya hingga nafas terakhir.
Bagaimana Kalau Kaya & Masuk Sorga?
Ada sebagian orang Kristen berpikir, yang terindah adalah hidup kaya raya dan mati masuk Sorga. Dari akal budi manusia terkesan sangat ideal, tetapi sesungguhnya ayat-ayat Alkitab tidak mendukung keadaan demikian.
Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati. Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya (1 Tim.6:17-19).
Silakan membaca ayat ini berulang-ulang, dan camkan, apakah Alkitab mendukung falsafah, hidup kaya raya dan mati masuk Sorga. Kelihatannya tidak! Sebab kalau orang Kristen betul-betul percaya ayat-ayat Alkitab, betul-betul memandang Sorga sebagai tempat riil, dan sangat berharap untuk masuk Sorga, maka ia tidak mungkin menumpuk harta di dunia, melainkan di Sorga. Ia tahu bahwa saat akhir kesuksesannya bukan saat ia tua melainkan saat ia berdiri di hadapan Yesus Kristus.
Sesudah kita menyelesaikan segala sesuatu di dunia, kita semua akan menghadap tahta pengadilan Kristus (2 Kor.5:10), untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatan kita karena Ia telah menggantikan kita dihukumkan. Saat itulah segelas air yang diberikan kepada hambaNya pun akan dihitung (Mat.10:42). Kita akan masuk Sorga karena Yesus Kristus telah dihukumkan menggantikan kita. Tetapi tingkat kemuliaan tiap-tiap orang sebagaimana akan dihadiahkan Tuhan akan ditentukan dari perbuatan kita. Dari situ bisa terjadi seorang bos yang numpuk kekayaan di bumi akan jauh kurang mulia dibandingkan dengan karyawannya yang giat dan berkorban mempersembahkan dana dari kekurangannya.
Pada saat itu si bos sama sekali tidak sukses dibandingkan karyawannya. Lagi pula itu adalah keadaan final, sedangkan kelimpahan dan kemewahan si bos waktu di dunia adalah sementara.
Orang Kaya Dan Penginjilan
Setiap orang Kristen lahir baru pasti tahu tentang Amanat Agung Tuhan Yesus, yaitu menjadikan semua bangsa muridNya, menginjil sampai ke ujung bumi. Ketika Pedang Roh ini sedang ditulis, penulis menyaksikan film yang dikirim lewat email tentang kegiatan para pendukung teroris mencari dana. Ketika pemimpin mereka berbicara meminta kepada yang hadir, yang rela sumbang US $ 10,000.00 ternyata banyak yang angkat tangan. Bisakah disimpulkan bahwa kekristenan belakangan ini mundur adalah karena orang-orang Kristen mengumpulkan harta untuk merusak anakcucu mereka dan pelit untuk mematuhi Amanat Agung Tuhan? Orang Kristen yang mengasihi Tuhan dan yang antusias mematuhi Amanat Agung Tuhan tidak mungkin kaya raya karena ada sangat banyak pekerjaan Tuhan yang memerlukan dana akan mengetuk hatinya.
Membiayai Penyesatan
Sebaliknya ada sejumlah orang Kristen yang royal menghamburkan kekayaannya di gereja yang salah. Para pemimpin gereja sesat pada umumnya sangat piawai menyanjung orang kaya. Di sisi lain orang kaya memang sangat menginginkan sanjungan.
Pemimpin gereja non-alkitabiah sangat tahu kebutuhan orang kaya. Mereka langsung diberikan tempat, diminta bersaksi tentang kesuksesan mereka, disuruh memimpin doa dan lain sebagainya. Sebaliknya di gereja alkitabiah kalau belum menjadi anggota, belum boleh memimpin doa dan lain sebagainya.
Ada banyak orang Kristen yang mungkin tulus, telah mengeluarkan banyak uang untuk gereja yang doktrinnya salah. Mereka menyangka mereka akan mendapat upah dari Tuhan. Padahal atas perbuatan itu, seandainya mereka masuk Sorga, mereka akan mendapat teguran. Sebab, dengan mempersembahkan uang ke gereja yang doktrinnya sesat, itu merupakan tindakan membantu penyebaran penyesatan. Sebelum seseorang memasukkan uang ke kantong kolekte, atau mentransfer dana ke rekening sebuah gereja, sebaiknya ia pastikan dulu bahwa gereja itu benar secara doktrinal di hadapan Tuhan.
Pembaca yang budiman, tidak ada satu orang pun di antara kita yang mau berakhir seperti Lot di bumi ini. Terlebih lagi di hadapan Tuhan. Untuk itu, jika Tuhan mempercayakan kepadamu mamon, manfaatkanlah mamon itu untuk menumpuk harta di Sorga. ***
Sumber: Jurnal Teologi PEDANG ROH Edisi 66 Januari-Februari-Maret 2011
No comments:
Post a Comment