1. Jangan mendiamkan pasangan kita, kita senantiasa berupaya untuk menciptakan dialog dalam pertengkaran dengan pasangan kita. (Sudah disinggung pada judul sebelumnya).
2. Jangan menyimpan perasaan atau menimbun perasaan terus-menerus. Jangan menimbun perasaan bukan berarti bahwa setiap hal harus dibicarakan dengan serius. Dr James Dobson seorang psikolog kristen dari Amerika Serikat mengatakan: "Ada waktunya kita tidak mempersalahkan setiap masalah kecil yang timbul," dengan kata lain memang mustahil meminta pasangan kita untuk duduk membicarakan setiap hal yang menimbulkan ketidaksenangan kita.
3. Jangan menumpahkan semua perasaan pada pasangan kita. Misalnya mencaci maki, memarahi pasangan kita sampai kita merasa lega itu tidak benar. Prinsip ke-2 dan ke-3 seolah-olah bertentangan, akan tetapi keduanya sangat perlu dilakukan dengan penuh keseimbangan, perlu jujur, perlu terbuka jadi tidak bisa kita itu ekstrim yang satu dan ekstrim yang satunya lagi.
4. Seranglah masalahnya bukan orangnya. Berselisih yang sehat berarti membatasi diri atau membatasi pertengkaran hanya pada masalahnya saja dan menahan diri tidak menyerang pribadi seseorang.
5. Jangan lari dari pokok pembicaraan.
6. Jangan mengatakan "Engkau tak pernah...." Perkataan ini bukanlah perkataan yang baik untuk dilontarkan karena jarang sekali ada orang yang tidak pernah misalnya mengasihi, mempedulikan, menyenangkan hati pasangan. Perkataan ini acapkali hanya membuat pasangan kita patah semangat, tidak bermotivasi untuk berubah, sebab dalam benak mereka berpikir, "percuma saya sudah berusaha mengubah diri saya, tapi engkau tak menghargainya."
7. Jangan menggunakan kritikan sebagai lelucon. Alasannya sederhana sekali yakni kritikan yang berjubah lelucon, memberi kesan penghinaan.
8. Siapkan suasana, tempat, waktu untuk menyatakan ketidaksepakatan Anda.
9. Sediakan jalan pemecahan bagi setiap kritikan yang Anda lontarkan. Maksudnya waktu kita ini memberikan pandangan atau tidak setuju dengan sesuatu, kita juga perlu memikirkan jalan keluarnya.
10. Kalau salah akuilah, apabila benar diamlah. Kecenderungan kita kalau salah ya susah ngaku salah, kalau benar kita berkoar-koar meyakinkan pasangan kita bahwa kita benar. Nah hal ini tidak efektif, karena akan membuat pasangan kita merasa seperti diinajk-injak, dia sudah salah terus kita tekan dengan mengatakan bahwa dia itu memang salah.
Efesus 4:29-32, "Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia. Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan. Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu."
2. Jangan menyimpan perasaan atau menimbun perasaan terus-menerus. Jangan menimbun perasaan bukan berarti bahwa setiap hal harus dibicarakan dengan serius. Dr James Dobson seorang psikolog kristen dari Amerika Serikat mengatakan: "Ada waktunya kita tidak mempersalahkan setiap masalah kecil yang timbul," dengan kata lain memang mustahil meminta pasangan kita untuk duduk membicarakan setiap hal yang menimbulkan ketidaksenangan kita.
3. Jangan menumpahkan semua perasaan pada pasangan kita. Misalnya mencaci maki, memarahi pasangan kita sampai kita merasa lega itu tidak benar. Prinsip ke-2 dan ke-3 seolah-olah bertentangan, akan tetapi keduanya sangat perlu dilakukan dengan penuh keseimbangan, perlu jujur, perlu terbuka jadi tidak bisa kita itu ekstrim yang satu dan ekstrim yang satunya lagi.
4. Seranglah masalahnya bukan orangnya. Berselisih yang sehat berarti membatasi diri atau membatasi pertengkaran hanya pada masalahnya saja dan menahan diri tidak menyerang pribadi seseorang.
5. Jangan lari dari pokok pembicaraan.
6. Jangan mengatakan "Engkau tak pernah...." Perkataan ini bukanlah perkataan yang baik untuk dilontarkan karena jarang sekali ada orang yang tidak pernah misalnya mengasihi, mempedulikan, menyenangkan hati pasangan. Perkataan ini acapkali hanya membuat pasangan kita patah semangat, tidak bermotivasi untuk berubah, sebab dalam benak mereka berpikir, "percuma saya sudah berusaha mengubah diri saya, tapi engkau tak menghargainya."
7. Jangan menggunakan kritikan sebagai lelucon. Alasannya sederhana sekali yakni kritikan yang berjubah lelucon, memberi kesan penghinaan.
8. Siapkan suasana, tempat, waktu untuk menyatakan ketidaksepakatan Anda.
9. Sediakan jalan pemecahan bagi setiap kritikan yang Anda lontarkan. Maksudnya waktu kita ini memberikan pandangan atau tidak setuju dengan sesuatu, kita juga perlu memikirkan jalan keluarnya.
10. Kalau salah akuilah, apabila benar diamlah. Kecenderungan kita kalau salah ya susah ngaku salah, kalau benar kita berkoar-koar meyakinkan pasangan kita bahwa kita benar. Nah hal ini tidak efektif, karena akan membuat pasangan kita merasa seperti diinajk-injak, dia sudah salah terus kita tekan dengan mengatakan bahwa dia itu memang salah.
Efesus 4:29-32, "Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia. Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan. Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu."
No comments:
Post a Comment