Kita  semua memiliki benda. Kita  melihatnya, menginginkannya, membelinya,  memajangnya,  mengasuransikannya, dan membandingkannya dengan benda milik  orang lain.  Entah mereka memiliki banyak atau sedikit barang, kita  membicarakan  tentang bahwa kita merasa iri atau memberikan penilaian  terhadap  koleksi benda-benda orang lain. Kita sendiri memiliki sedikit  koleksi.  Kita membayangkan jika tumpukan barang itu sedikit lebih besar,  kita  akan merasa sukses atau aman.
Anda mendapatkan rumah, kemudian  anda harus membeli barang-barang untuk  mengisinya. Anda terus membeli  barang-barang dan anda membutuhkan rumah  yang lebih besar. Kendati,  rumah itu juga hanyalah tumpukan barang yang  dibungkus. Beberapa orang  bisa bertahan hidup tanpa memiliki satu pun  barang-barang itu. Yesus  contohnya (Matius 8:20).
 Di Amerika saat ini ada lebih dari 30.000 fasilitas penyimpanan pribadi   di kota yang menawarkan lebih dari satu miliar m² tempat kepada   masyarakat untuk menyimpan darang-barang mereka. Padahal pada tahun   1960-an, tidak ada industri semacam ini. Saat ini kita menghabiskan 12   miliar dolar setahun hanya untuk membayar seseorang untuk menyimpan   barang-barang ekstra kita! Industri ini lebih besar daripada industri   musik.
Banyak sekali orang mempunyai hobi mengumpulkan  barang-barang, baik itu  barang kuno, klasik, antik atau pun modern.  Buktinya tempat-tempat  pameran, mall, toko selalu dibanjiri oleh para  kolektor-kolektor barang,  dari yang muda sampai orangtua. Dan ternyata  fenomena ini tidak  sepenuhnya didominasi oleh orang-orang kaya. Jutaan  bahkan miliaran  rupiah dikeluarkan demi mendapatkan benda kesukaannya.  Saking banyaknya  barang koleksi mereka, rumah tempat penyimpanan barang  pun harus dibeli.  Pada akhirnya, pemulung, lapak dan penadah barang  selalu menjadi orang  yang paling menikmati barang-barang tersebut.
 Semua orang akan mati, dan sudah pasti meninggalkan barang-barang   mereka. Ke mana benda-benda itu? Anak-anaknya memperdebatkan harta benda   itu. Toh, mereka juga nanti pasti akan mati. Seperti burung bangkai,   mereka berkata kepada diri mereka sendiri, “Sekarang, semua barang ini   menjadi milikku.” Kemudian mereka juga meninggal dan beberapa pemakan   bangkai baru datang memangsa harta benda mereka. Orang-orang datang dan   pergi. Bangsa-bangsa berperang, keluarga berantakan karena harta benda.   Suami istri lebih banyak berdebat tentang barang daripada tentang hal   lain.
Kenapa? itu hanyalah sebuah benda yang pada akhirnya  akan hancur lenyap.  Bukankah semua kita akan masuk dalam peti mati yang  sama? Berapakah  sesungguhnya nilai dari harta benda itu?
HARTA BENDA BUKANLAH SESUATU YANG BERHARGA
 Yesus berkata, “Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi   ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya.   Tetapi kumpulkan bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat   tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.   Karena di mana hartamu berada di situ juga hatimu berada”(Mat. 6:19-21).
 Berapakah biaya perawatan rumah anda? Mobil anda, taman bunga anda,   hewan peliharaan anda, perkakas rumah anda dan barang elektonik anda?   Tentu masih banyak lagi. Orang Kristen yang bijak dan cerdas mengetahui   dengan jelas apa yang kekal dan tidak kekal - Mana yang penting dan   tidak. Oleh sebab itu Yesus mengatakan bahwa adalah bijak untuk   menyimpan harta di sorga yang kekal. Dunia adalah tempat tinggal   sementara. Kehidupan yang sesungguhnya bukan di dunia, melainkan di   sorga.
HARTA BENDA TIDAK DAPAT MENJADI MILIK SAYA
 Bagi orang dewasa, ironis bila seorang anak berusia dua tahun berkata,   “Ini milikku.” Orang dewasa tahu bahwa anak usia dua tahun tidak   mengusahakan satupun dari barang-barang mereka. Semua itu disediakan   bagi mereka. Semua itu adalah pemberian dari seseorang yang jauh lebih   besar dan bijaksana daripada mereka. Namun demikian, anak usia dua tahun   sangat lengket dengan barang-barang mereka. Jika ada seseorang mencoba   mengambil sesuatu, benda itu tiba-tiba menjadi benda favorit mereka.   Anak usia dua tahun bisa sangat menipu, benarkan? Bukankah kita juga   bersikap demikian terhadap Tuhan?
Renungkan beberapa pernyataan  Alkitab berikut, “Bumi adalah milik Tuhan,  dan segala sesuatu di  dalamnya, seluruh dunia dan yang diam di  dalamnya” (Maz.89:12).  Ingatlah Tuhan, Allahmu, karena dialah yang  memberikan engkau kemampuan  untuk menghasilkan kekayaan.”  “Kepunyaan-Kulah perak dan  kepunyaan-Kulah emas, demikianlah firman  Tuhan semesta alam” (Hagai  2:9).
Tahukah anda pertanyaan yang paling sering diajukan  mengenai persembahan  dan persepuluhan? “Apakah saya harus memberikan  persepuluhan  berdasarkan penghasilan bersih atau kotor?” Maksud  pertanyaan: “Seberapa  sedikit yang bisa saya berikan, yang tidak  membuat Allah marah pada  saya?” Pertanyaan yang tersembunyi sebenarnya  adalah, “Seberapa banyak  hartaku yang dapat aku simpan dan tidak  terjadi masalah?” Ini seperti  mendekati ibu anda pada ultahnya dan  berkata, “Bu, berapa jumlah uang  paling sedikit yang boleh aku  belanjakan untuk membeli kado buat Ibu  tanpa merusak hubungan kita?”  Mengertikah anda?
Raja Daud pernah berkata kepada Tuhan,  “Tetapi siapakah aku dan siapakah  bangsaku sehingga kami bisa  memberikan sebanyak ini?” Ia tidak  bertanya, “Berapa jumlah minimal  yang harus aku berikan, namun tidak  membuat Allah tertipu?” Ia berkata,  “Siapakah aku sehingga aku bisa  member sedemikian rupa? Aku ingin  menggunakan harta bendaku untuk  membangun kerajaan-Mu, bukan  kerajaanku.”
HARTA BENDA TIDAK KEKAL
Pernakah  anda melihat tempat pembuangan atau penampungan barang bekas  dan  rongsokan?  Orang Amerika menyebutnya, “Landfill”. Tempat pembuangan   akhir.  Di Jakarta, tempat seperti itu cukup banyak. Setelah   barang-barang itu di obral di Cikunir, Poncol, Menteng (jl. Surabaya),   Pasar rumput, di Cidenga, dan ditempat-tempat lain, pada akhirnya   benda-benda itu dibuang di “Landfill”. Semua ada di situ. TV layar   datar, Kulkas, HP, AC, Sofa, Lemari, dll. Dan apa yang saya lihat, tidak   ada orang yang waras yang mau tinggal dengan barang-barang rongsokan   itu. Setelah di daur ulang, para pemakan bangkai baru membawanya ke   rumah.
Saya tidak berkata bahwa harta benda itu buruk.  Melainkan semua itu  tidak kekal. Harta benda adalah infestasi yang sama  sekali tidak bijak.  Semua itu akan musnah. Satu-satunya yang mengikuti  kita di liang lahat  adalah peti mati.
HARTA BENDA TIDAK DAPAT MEMERDEKAKAN ANDA
 Paulus berkata, “Tetapi, mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam   pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa   dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan   dan kebinasaan (1Tim.6:9). Tidak memiliki barang-barang bisa membawa   Anda pada jebakan. Ironisnya, mendapatkan lebih banyak barang juga tidak   membawa Anda pada kebebasan yang lebih. Mendapatkannya bisa jadi  adalah  jebakan itu sendiri. Randy Alcorn, penulis Kristen terkenal  mencatat  beberapa komentar orang-orang terkaya pada zamannya:
·   Akulah orang paling menyedihkan di dunia (J.J Astor)
·   Saya telah menghasilkan jutaan, tetapi itu tidak membawaku pada kebahagiaan(John D. Rockefeller).
·   Para jutawan jarang tersenyum (Andrew Carnegie).
·   Saya lebih bahagia ketika menjadi montir dulu( Henry Ford).
HARTA BENDA TIDAK DAPAT MEMBUAT SAYA BAHAGIA
 Kita adalah makhluk yang berkeinginan. Kita lebih mudah menghentikan   napas daripada menghentikan keinginan. Namun kita bisa memutuskan   pandangan dan pesan apa yang akan dikeluarkan pikiran kita, dan pada   gilirannya, hal ini akan membentuk keinginan-keinginan Anda. Menjelang   pertengahan tahun 1970-an, orang-orang Amerika lebih banyak menghabiskan   waktu di pusat-pusat perbelanjaan daripada tempat-tempat lain, selain   rumah dan tempat kerja.
 Pernahkan Anda mendapatkan catalog  pemesanan yang diantarkan ke rumah  Anda? Coba tebak berapa jumlah  catalog yang telah disebarkan di Amerika  ini setiap tahunnya.  Jawabannya adalah: Empat puluh miliar  (benar-miliar!).
 Dan  setiap catalog tersebut dibuat dengan tujuan yang sama: membuat  Anda  semakin menginginkan-ketagihan. Mereka berada dalam bisnis  “menciptakan  keinginan”. Hal-hal yang biasa kita taruh dalam kategori  “ingin” akan  terus bergeser ke dalam kategori”kebutuhan”, dan kita  merasa tidak  dapat hidup tanpanya. Kita menderita karena “catalog akibat   kegelisahan”. Ini masalahnya: Rasa cukup tidak Anda dapatkan dari apa   yang tidak Anda butuhkan. Anda bisa mendapatkan lebih.
HARTA BENDA TIDAK DAPAT MEMBUAT SAYA MERASA AMAN
 Ini mungkin merupakan pengajaran Yesus dan para pengikut-Nya yang  paling  berbeda dari hikmat konvensional (pada umumnya). Paulus berkata,  “kita  tidak membawa apa-apa ke dalam dunia, dan kita tidak dapat  membawa  sesuatu keluar darinya” (1Tim.6:7). Ayub berkata, “Dengan  telanjang aku  keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku  akan kembali ke  dalamya” (Ayub 1:21)
 Kita datang ke dunia  telanjang dan tidak memiliki apa-apa; Kita akan  meninggalkannya dengan  keadaan yang sama. Di antara kedatangan dan  kepergian kita dari dunia,  kita memperoleh beberapa barang yang bisa  kita kenakan pada tubuh dan  beberapa yang  lain yang dapat kita simpan,  namun tak satu pun dari  barang-barang itu yang benar-benar milik kita.  Kita meminjamnya untuk  sementara kemudian suatu saat kita akan  mengembalikan semuanya.
  Keinginan kita untuk memperoleh keamanan secara financial tidak   mendorong kita untuk memberi. Setiap rupiah yang anda berikan tidak lagi   tersedia untuk perlindungan anda. Namun rasa kemerdekaan kita selalu   meningkat ketika kita memberi karena memberi adalah sebuah pernyataan   bahwa rasa aman saya berada di suatu tempat selain bank. Memberi adalah   sebuah tindakan keyakinan di dalam Tuhan.
HARTA BENDA DAPAT MEMBANTU SAYA MENJADI KAYA DIHADAPAN ALLAH
  Apa yang dikatakan Yesus sangat benar. “Lebih baik memberi daripada   menerima” (Kisah 20:35). Memberi adalah yang terbaik. Ketika kita   memberi secara kebetulan, kita juga mendapatkan sukacita yang kebetulan.   Ketika kita memberi dengan penuh perjuangan, pikiran, dan dengan cara   yang kreatif, kita mendapatkan sukacita yang sangat besar. Dalam   perjanjian Lama, suatu ketika Daud ditawari segala sesuatu yang ia   butuhkan untuk memberikan persembahan kepada Allah. Ia menolaknya dengan   berkata, “Akankah aku mempersembahkan kepada Allah sesuatu dengan  tidak  membayar harganya?” Daud mengetahui bagaimana cara kepuasan  menghampiri  hati manusia.
KEKAYAAN LUAR Versus KEKAYAAN BATIN
 Teolog dari Yale University, Miroslav Volf mengatakan bahwa ada dua   jenis kekayaan di dalam kehidupan: “Kekayaaan luar” dan “kekayaan   batin”. Kekayaan luar adalah sebuah keadaan luar. Kekayaan batin adalah   pengalaman di dalam jiwa. Kita biasanya berfokus pada kekayaan luar.   Kita mengira bahwa kebahahagian sejati ada di sana. Bahasa kita   mencerminkan hal ini ketika kata “memiliki” terus muncul dalam pikiran   kita:
§  Seandainya aku bisa memiliki rumah idamanku…..
§  Seandainya aku punya uang yang banyak……
§  Seandainya aku memiliki gaji yang lebih tinggi……….
§  Ketika aku memiliki mobil yang lebih……
  Kita mencari kekayaan luar, namun sesungguhnya apa yang kita inginkan   adalah kekayaan batin. Kita ingin menjadi orang yang mengucap syukur,   bersukacita, terpenuhi kebutuhannya, terbebas dari kekhawatiran, dan   murah hati. Kita berusaha keras mendapatkan kekayaan luar karena kita   menyangka bahwa itu akan memberikan kekayaan batin, namun ternyata   tidak.
 Dalam kekayaan luar, kita menjadi kaya oleh waktu yang  lama, investasi  yang jitu, dan banyak keberuntungan. Tetapi ada  kemungkinan bahwa  memiliki gudang uang, setumpuk talenta, dan tampang  seperti bintang  film, namun tetap miskin. Lubang keinginan kita yang  tak berdasar tidak  akan pernah terpuaskan. Sabanyak apapun yang kita  miliki, kita tetap  menjadi apa yang disebut Volf sebagai “orang yang  tidak pernah cukup”.  Bagi orang seperti ini, tidak ada kepuasan jiwa  yang kekal.  Sebuah  menyatakan, “kemarin aku tidak tahu kalau itu ada,  hari ini tidak dapat  hidup tanpanya”. Itu adalah penyakit dari jiwa  yang tidak pernah puas.
 Sebaiknya, kita memiliki sedikit  sesuatu, tetapi kaya. Sebuah jiwa yang  akan mengalami hidup secara  berbeda. Jiwa itu mengalami sebuah rasa  berterima kasih untuk apa yang  telah diterimanya, daripada kekesalan  terhadap apa yang tidak ia  dapatkan. Jiwa ini menghadapi kehidupan  dengan harapan, bukan  kekhawatiran. Rasul Paulus menemukan bahwa saat ia  hidup sebagi sahabat  dan teman Yesus yang “oleh karena kamu menjadi  miskin, sekalipun Ia  kaya” (2 Kor. 8:9). Paulus sendiri mengalami  kekayaan batin. Ia menjadi  orang yang “lebih dari cukup”. Ia menemukan  bahwa baik ia hidup dalam  kelimpahan maupun hidup dalam penjara, ia  memiliki lebih dari cukup  karena ia telah dibebaskan dari treadmill  ”memiliki”.
  Kekayaan batin selalu tersedia. Orang yang telah bertobat & percaya   kepada Yesus telah memperolehnya. Tinggal bagaimana ia   mengekspresikannya. Bersama Tuhan ia bisa menjadi orang yang berbelas   kasihan, murah hati, berterima kasih dan bersukcita. Harta benda tidak   dapat menolong anda dalam hal ini. Iman yang sungguh pada Kristus   membuahkan hidup yang berkelimpahan (Yoh.10:10). Maksud Yesus tentang   “kaya di hadapan Allah” selalu mencakup kekayaan batin - Kaya rohani. Di   dunia kita kaya, di sorga pun demikian.
 Ingat! Harta kita  yang sesungguhnya adalah sorga yang abadi. Suatu  tempat yang indah,  penuh kedamaian yang disediakan untuk mereka yang  telah mati bersama  dengan Yesus Kristus. Di sana, kita akan tinggal  bersama Tuhan.  Bersekutu selalu bersama-Nya. Di sorga kata Alkitab,  Tuhan telah  menyediakan segalah berkat rohani dan mahkota-mahkota tak  terhingga dan  abadi bagi kita yang telah diselamatkan (Efesus 1:3).
Ada Lima  upah atau “Mahkota” khusus yang akan diterima oleh orang-orang  percaya  yang setia di Sorga sesuai dengan apa yang telah mereka lakukan  di  dunia ini.
%  Mahkota Abadi (1 Korintus 9 :24-27): Upah bagi mereka yang secara konsisten mempraktikkan disiplin diri dan penguasaan diri.
%  Mahkota Kebenaran (2 Timotius 4:8): Upah bagi mereka yang menanti-nantikan kedatangan Tuhan dan hidup dalam kebenaran.
 %  Mahkota Kehidupan (Yakobus 1:12; wahyu 2:10): Upah bagi mereka yang   setia dan tekun menanggung pencobaan-pencobaan dan ujian-ujian   kehidupan.
%  Mahkota Kemegahan (1 Tesalonika 2:19): Upah bagi  mereka yang setia  memberitakan injil atau memenangkan orang-orang bagi  Krtistus.
%  Mahkota Kemuliaan (1 Petrus 5:1-4): Upah bagi para  gembala atau  pemimpin gereja yang dengan penuh kasih dan rahmat  mengembalakan dan  menjaga umat Tuhan berdasarkan kebenaran.
Tuesday, October 05, 2010
Bernilaikah Harta Benda Milik Anda?
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
 
 
No comments:
Post a Comment