Ayat-ayat Kalvinis yang berhubungan dengan Unconditional Election:
1. "Umat Allah" Kis 18:9-10
Argumen Kalvinis mengatakan bahwa Paulus menginjil di situ karena ada orang-orang pilihan di kota itu, jadi tinggal dikotbahin saja. Apakah benar demikian? Dikatakan bahwa mereka sudah menjadi umat Allah sebelum Paulus memberitakan Injil. Selain itu, jikalau mereka sudah pasti masuk Surga, bagaimana kalau Paulus tidak datang ke sana untuk memberitakan Injil? Jika kita pelajari dengan saksama, kata “umatKu”di sini bukan menunjuk kepada orang-orang yang belum percaya tetapi mengacu kepada orang-orang yang sudah diselamatkan, sebab di sana ada Akwila, Titius, Yustus, Krispus dan keluarga dan yang lainnya.
2. “Domba-domba Allah” Yoh 10:14-16,26
Dalam kacamata Kalvinis, kata “domba” merujuk kepada orang-orang pilihan.
Ada kesalahan besar yang dilakukan oleh Kalvinis dalam hal ini karena:
- Tidak ada penetapan siapa yang jadi domba dan siapa yang tidak jadi domba. Setiap orang yang mendengar suaraNya dan mengikutiNya adalah dombaNya.
- Selain itu, ada pengertian domba yang tidak mendukung konsep Kalvinis seperti yang tercatat dalam Matius 10:6, di mana “ada domba yang hilang.” Jika domba sama dengan umat pilihan, mengapa ada domba yang hilang? Apakah umat pilihan juga ada yang terhilang?
- Domba tidak mengacu pada umat pilihan, tetapi lebih merujuk kepada bangsa Israel. Selain karena ada domba yang hilang, ada juga domba yang dihancurkan seperti yang tercatat dalam Yehezkiel 34:16 “domba yang kuat dan gemuk akan Aku hancurkan” (ada kesalahan dalam penerjemahan LAI, LAI menggunakan kata Aku lindungi tetapi yang benar adalah Aku hancurkan.)
3. Masalah kata “memberikan,” dan “diberikan”
Yohanes 6:37,39 ”Semua yang diberikan Bapa kepadaKu akan datang kepadaKu dan barang siapa datang kepadaKu, ia tidak akan kubuang. 39 “dan inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikanNya kepadaKu jangan ada yang hilang tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.”
Semua yang diberikan kepada Anak dalam kamus Kalvinis Allah pemilihan tanpa syarat (unconditional election). Pemahaman ini muncul karena Kalvinis tidak melihat dan mengartikan ayat ini dengan melihat ayat yang lain. Seperti ayat Yoh 6:40 “Sebab inilah kehendak BapaKu, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku bangkitkan pada akhir zaman.” Sangat jelas, bahwa orang yang diberikan Bapa kepada Yesus adalah orang yang percaya kepada Anak. Kalvinis selalu memaksa Alkitab untuk mendukung pendapatnya yang salah demi Augustinus dan John Calvin, “bapa” yang mereka anggap benar.
Yohanes 17:6,12 “Aku telah menyatakan namaMu kepada semua orang, yang Engkau berikan kepadaKu dari dunia. Mereka itu milikMu dan Engkau telah memberikan mereka kepadaKu dan mereka telah menuruti firmanMu. 12 Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam namaMu, yakni namaMu yang telah Engkau berikan kepadaKu; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam kitab suci.” Sangat menarik untuk dipelajari karena apa yang telah diberikan kepada Yesus ada juga yang binasa!
Selain itu, sangat jelas pasal 17 ini membahas mengenai kerasulan dan bukan untuk orang percaya, karena ada satu rasul yang binasa dan itu bukan untuk orang percaya. Karena konteksnya Yesus sedang berdoa kepada kedua belas rasulNya. Kata “mereka ini” mengacu kepada 12 rasul, dan lanjutan doa Yesus adalah untuk orang-orang hasil pemberitaan mereka.
“Dia yang yang telah ditentukan” dalam ayat 12 ini ada kesalahan penerjemahan. Kata ditentukan tidak ada dalam bahasa asli. Dalam bahasa Yunani απολυω (apoluo) artinya menghancurkan dan απολειας (apoleias), artinya kehancuran dan ό υίος απολειας (ho huios apoleias) artinya putra kehancuran. Selain dari dia adalah “anak kehancuran”harusnya timbul pertanyaan kenapa ia menjadi anak kehancuran? Karena ia (Yudas Iskariot) memang akan menggenapi hal negatif (menyerahkan Yesus) yang timbul dari hatinya sendiri, bukan Allah yang menentukan demikian dari semula sejak kekekalan. Sebab jika Allah telah menentukan Yudas untuk melakukan hal ini, maka seharusnya ia mendapat reward.
Konsep Pemilihan yang Alkitabiah
Alkitab memang mengajarkan tentang pemilihan, tetapi pemilihan yang bagaimana? Apakah sama dengan yang didengungkan oleh Kalvinis yang percaya bahwa pemilihan Allah adalah pemilihan yang tanpa melihat kondisi (pemilihan secara acak) ataukah pemilihan yang Allah maksudkan di dalam Alkitab adalah pemilihan yang bersyarat (conditional election).
Konsep pemillihan dalam Efesus 1:1-13
Salah satu ayat favorit Kalvinis masalah pemilihan tanpa melihat kondisi adalah Efesus 1:4. Dimana dikatakan bahwa Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan. Dalam pemahaman Kalvinis, manusia dipilih (1:4) ditentukan (1:5) sesuai dengan kerelaan kehendakNya (1:11) kemudian dimeteraikan Roh Kudus (1:13). Lalu Kalvinis akan berkata, bukankah di dalam satu perikop ini menunjukkan pemilihan yang unconditional?
Pemahaman yang Alkitabiah:
Dalam perikop ini memang ada konsep pemilihan, tetapi konsep pemilihan yang sama sekali berbeda dengan konsep pemilihan Kalvinis. Dalam pemandangan Kalvinis pemilihan bersifat unconditional sedangkan jika kita mempelajari keseluruhan Alkitab, maka kita akan menemukan konsep pemilihan yang Conditional. Begitu juga ketika kita mempelajari keseluruhan Efesus pasal 1 ini kita akan menemukan tema besar perikop ini adalah “Di dalam Kristus.” Yang adalah syarat mutlak di dalam pemilihan. Hal ini membuktikan pemilihan itu bersyarat (conditional) dan keselamatan itu bersyarat.
Dalam ayat 3 “dalam Kristus” semua berkat diperoleh “melalui Kristus” sebab di dalam Kristus Allah memilih.
Di dalam ayat 4 sangat jelas menekankan “Sebab di dalam Dia (Kristus) Allah telah memilih…” Hal ini sangat jelas menekankan Allah memilih karena Kristus telah ada di dalam kita berbeda dengan konsep Kalvinis yang menyatakan bahwa Allah memilih supaya kita ada di dalam Kristus. Bahkan jika kita pelajari lagi ayat 4 kita akan menemukan bahwa tujuan utama di dalam pemilihan bukanlah untuk di dalam Kristus tetapi untuk menjadi kudus dan tak bercacat.
Singkatnya, ada syarat di dalam pemilihan, yaitu di dalam Kristus. Jika kita lihat secara konteks juga, terlihat jelas bahwa konsep di dalam Kristus lebih sentral dibandingkan konsep pemilihan. Ketika kita membaca ayat 13 kita juga akan menemukan bahwa pemeteraian Roh Kudus berlaku untuk orang yang di dalam Kristus. “Di dalam Dia (Kristus) kamu juga……Di dalam Dia (Kristus) kamu juga…..” Sangat jelas terlihat bahwa konsep pemilihan yang Alkitabiah adalah karena kita telah ada di dalam Kristus, bukan dipilih untuk ada di dalam Kristus, dimana tujuan dari pemilihan itu adalah supaya kita menjadi kudus dan tak bercacat.
Kalvinis akan berdalih dan menyatakan bahwa seseorang sudah berada di dalam Kristus sejak dunia belum dijadikan. Apakah benar demikian? Jika apa yang diyakini oleh Kalvinis ini benar, maka banyak orang pilihan yang terhilang, tersesat dan sebagainya. Selain itu, jika kita lanjutkan di dalam Efesus 2:1-3 kita akan melihat bahwa sebelum Paulus percaya ia adalah orang yang harus dimurkai, mati di dalam dosa. Paulus sendiri merasa diri bagian dari kebinasaan (lihat ayat 3). Tetapi setelah ia percaya, ia tidak ada lagi di bawah murka Allah.
Ayat yang berkaitan dengan hal ini adalah di dalam 2 Timotius 1:9 “orang pilihan ada di dalam Kristus sebelum permulaan zaman” Ayat ini menjelaskan Allah di dalam foreknowledge sudah menetapkan kasih karunia untuk setiap orang yang ada di dalam Kristus (bukan menetapkan orang untuk di dalam Kristus tetapi menetapkan kasih karunia untuk mereka yang berada di dalam Kristus). Sebab jika konsep Kalvinis benar, bagaimana dengan dosa Adam “bukankah mereka keturunan Adam yang berada dalam kematian? Bukankah Adam berada dalam bahaya kebinasaan?
Di dalam Roma 16:7 ”Salam kepada Andronikus dan Yunias, saudara-saudaraku sebangsa, yang pernah dipenjarakan bersama-sama dengan aku, yaitu orang-orang yang terpandang di antara para rasul dan yang telah menjadi Kristen sebelum aku.” Menjadi kristen dalam ayat ini dalam bahasa Yunaninya adalah εν χριστο (enkristo) yang berarti DI DALAM KRISTUS. Jadi, Andronikus telah menjadi Kristen atau di dalam Kristus sebelum Paulus diselamatkan. Ayat ini membuktikan Paulus belum berada di dalam Kristus sebelum ia percaya. Intinya pemilihan itu harus ada di dalam Kristus.
Konsep Pemilihan dalam Roma 8:28-30
Roma 8:28-30 adalah salah satu perikop favorit Kalvinis di dalam mempertahankan iman mereka. Sekilas di dalam ayat-ayat ini seolah-olah ada mata rantai yang tidak terputuskan. Siapa yang dipilih ditentukan dari semula. Mereka dipanggil (tidak bisa ditolak) → dibenarkan (justification)→ dimuliakan (gloryrification). Skema besarnya adalah: Election → Predestination→ Irresistible Grace→ Perseverence.
Pemahaman yang Alkitabiah:
Dalam ayat ini kata προγινωσκω (proginosko) dalam bentuk tenses aorist (προεγνω) artinya”barang siapa yang telah diketahui dari semula” bukan dipilih sebelumnya tanpa kondisi. Jadi barang siapa yang percaya kepada Kristus, Allah sudah mengetahuinya dari semula karena Ia Mahatahu dan karena manusia (yang bersangkutan akan percaya kepada Kristus bukan karena Allah paksa tetapi yang timbul dari hati manusia itu sendiri). Untuk mengingat silahkan lihat pembahasan sebelumnya dalam Efesus 1 masalah DI DALAM KRISTUS!
Di dalam I Petrus 1:2 dikatakan, “Yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita dan yang dikuduskan oleh Roh supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darahNya…” LAI melakukan kesalahan terjemahan kata “κατα προγνωσιν-kata prognosin” (orang-orang yang dipilih) harusnya “menurut pengetahuan Allah yang semula.”. Jadi pemilihan yang alkitabiah adalah pemilihan berdasarkan pengetahuan Allah, bukan pemilihan yang tanpa syarat, acak, dan hoki-hokian. Suatu pemilihan yang berdasarkan pengetahuan Allah akan hal-hal yang akan terjadi.
Bagaimana dengan kata “menentukan menjadi anak-anakNya sesuai dengan kerelaanNya (ayat 11)? Bagaimana dengan II Timotius 2:9 “berdasarkan keputusan Allah, menurut kerelaan kehendakNya sebelum permulaan zaman” Permasalahan ini terjawab dalam I Korintus 1:21. Terlihat jelas bagaimana di dalam ayat ini dikatakan bahwa Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil.
Yang harus dipahami adalah tidak ada masalah dengan konsep kerelaan, keputusan, kehendak, dsb. Namun yang harus diperhatikan bahwa adalah keputusanNya dan kerelaanNya bahwa setiap orang percaya pasti akan diselamatkan. Apakah Allah yang berdaulat tidak boleh berbuat demikian? Tentu saja boleh! Dan inilah kasih karunia Allah. Sebab jika Anda percaya tetapi Allah tidak memberikan anugerah, maka itu PERCUMA! Semakin kita mendalami kebenaran firman Tuhan, kita dapat melihat dan membaca dengan jelas bahwa konsep keselamatan jelas untuk setiap orang percaya. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa:
Keputusan Allah: Manusia akan selamat dengan percaya kepada Yesus Kristus
Kehendak Allah: Supaya semua manusia percaya kepada Yesus Kristus.
Perkenanan Allah: Supaya kita selamat dengan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus.
Dalam hal ini terbukti bahwa Alkitab tidak pernah mengajarkan pemilihan yang unconditional. Dalam Yohanes 5:21 “sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendakiNya.” Anak menghidupkan barang siapa yang dikehendakiNya. Kata “barang siapa dalam hal ini adalah mereka yang “percaya kepadaNya.” Tentu Tuhan Yesus tidak akan sembarangan membangkitkan orang. Dia hanya membangkitkan siapa yang percaya kepadaNya. Jadi Yesus membangkitkan seseorang bukan tanpa kondisi atau unconditional seperti yang Kalvinis imani, tetapi dengan syarat, yakni percaya kepadaNya.
Konsep Pemilihan Tidak hanya untuk Keselamatan
Kata “pemilihan” tidak selalu untuk keselamatan, tetapi bisa juga untuk pelayanan. Contoh kasus dalam Matius 22:14 “Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang terpilih” Sebenarnya Kalvinis tidak pantas memakai ayat ini. Sebab kalau Allah yang memanggil kenapa hanya sedikit yang dipilih? Bukankah dalam konsep Kalvinis dipilih dulu setelah itu baru dipanggil. Bukankah inilah pemahaman utama dari Irresistible Grace. Bila Allah telah memilih mereka dan menetapkan mereka seharusnya tidak bisa menolak panggilan itu karena mereka sudah ditetapkan untuk dipanggil. Tetapi mengapa banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang terpilih? ANEH BUKAN MAIN!
Jika kita menelusuri keseluruhan Alkitab, tidak ada didapati satu ayat atau satu orangpun “dipilih untuk percaya.” Hal lain yang cukup menarik untuk dipelajari adalah urut-urutan konsep iman Kalvinis: Dipilih → dibenarkan → dilahirbarukan → percaya. Timbul pertanyaan manakah yang lebih dahulu, percaya kepada Tuhan baru Roh Kudus masuk ke dalam hati kita atau Roh Kudus sudah ada dalam hati kita baru percaya? Atau dengan kata lain percaya dulu baru dibenarkan atau dibenarkan dulu baru percaya? Jika kita melihat skema iman Kalvinis kita akan menemukan bahwa Roh Kudus ada dalam hati kita baru bisa percaya. Suatu konsep yang sangat bertentangan dengan Efesus 1:13, yaitu ketika kita percaya akan dimeteraikan dengan Roh Kudus. Saya percaya bahwa sebelum Roh Kudus masuk dalam hati manusia, Ia sudah bekerja dalam dalam kehidupan manusia, baik itu melalui penyataan umum maupun melalui penyataan khusus. Karena Tugas Roh Kudus salah satunya adalah menginsafkan dunia akan dosa (Yohanes 16:8). Tetapi Roh Kudus akan masuk ke dalam hati manusia ketika manusia itu menerima Yesus sebagai Juruselamatnya secara pribadi atau ketika kita percaya (Efesus 1:13).
Efesus 1:4 “Sebab di dalam Dia Allah telah memlih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapanNya.” Kita dipilih di sini bukan untuk percaya, tetapi supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan Allah. Allah telah menentukan, bahwa barang siapa percaya akan diangkat menjadi anak-anakNya. Ini adalah berkat dari percaya. Allah tahu sebelumnya siapa yang akan percaya, maka Ia menjanjikan berkat-berkat yang merupakan efek dari iman percaya seseorang.
2 Tesalonika 2:13 “Akan tetapi kami harus selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu, saudara-saudara, yang dikasihi Tuhan, sebab Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu percayai” Ayat ini sama sekali tidak Unconditional, sebab di dalamnya kita menemukan Allah memilih orang untuk diselamatkan dengan dua syarat, yaitu di dalam Roh yang menguduskan dan di dalam kebenaran yang kamu percayai. Kebenaran apa yang mereka percayai? Tentu kebenaran yang menyatakan, bahwa Kristus telah menebus dosa seisi dunia dan barang siapa yang percaya kepadaNya pasti selamat.
Roma 11:1-4 “umat yang dipilih” dalam ayat ini bukan berbicara masalah pemilihan keselamatan, tetapi merujuk pada pemilihan bangsa yang menurunkan Mesias. Suatu bangsa yang akan eksis sampai tibanya masa tribulasi. Apakah semua Israel akan diselamatkan? Tidak! Lihat dalam Roma 10:1-3 dan dalam Roma 1:7 “Jadi bagaimana? Israel tidak memperoleh apa yang dikejarnya, tetapi orang-orang yang terpilih telah memperolehnnya. Dan orang-orang yang lain telah tegar hatinya” apa yang dikejar oleh Israel? Roma 9:31,32 “Tetapi: bahwa Israel sungguhpun mengejar hukum yang akan mendatangkan kebenaran, tidak sampai kepada hukum itu. Mengapa tidak? Karena Israel mengejarnya bukan karena iman, tetapi karena perbuatan. Mereka tersandung pada batu sandungan.” Israel mengejar kebenaran dengan melakukan hukum Taurat bukan percaya kepada Mesias yang Allah utus kepada mereka. Jadi mengejar dengan iman adalah untuk memperoleh keselamatan. Dalam ayat ini ada perbedaan perbuatan dengan iman. Menurut Alkitab iman itu bukan perbuatan, tetapi menurut Kalvinis iman itu adalah perbuatan sekalipun timbul dari pendengaran akan firman Kristus. Akibatnya mereka mengklaim bahwa orang yang percaya, yang bisa merespon atau orang yang dapat percaya mereka sebut synergisme. Ada Kalvinisme mengatakan, bahwa dalam hal iman manusia tidak ada andil sama sekali. Allahlah yang menaruh iman kepada orang yang Ia kehendaki secara unconditional supaya selamat. Jika demikian Allah jugalah secara aktif dan unconditional tidak memberi iman kepada orang yang Ia tidak sukai. Bila demikian siapakahkah yang salah bila manusia masuk neraka? Secara logika dan tata bahasa, jikalau mengikuti pemahaman Kalvinis, manusia masuk ke neraka adalah karena Allah tidak memberikan iman kepada manusia berdosa itu.
Saya percaya bahwa keselamatan itu dari Allah dan tanpa bantuan atau andil manusia. Manusia diperintahkan Allah untuk percaya atau meresponi keselamatan yang telah Ia sediakan dengan iman. Iman bukanlah perbuatan, tetapi dengan imanlah seseorang dapat dibenarkan Allah dan itu (iman) di hadapan Allah bukan sebuah perbuatan (Roma 4:1-5 ada pekerjaan yang bukan perbuatan, yakni Iman).
Galatia 1:15 ”tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karuniaNya,” pemilihan dalam kandungan yang sama dengan Yeremia adalah pemilihan bukan untuk keselamatan, tetapi pemilihan untuk tugas pelayanan.
Hal yang membingungkan kalangan Kalvinis,
1. Apakah semua bayi yang meninggal sebelum akil baliq masuk Surga atau Neraka? Jika semua masuk surga, apakah dasar alkitabiahnya? Jika hal ini dikaitkan dengan konsep pemilihan dan reprobat? Apakah bayi orang pilihan masuk Surga, bayi yang bukan orang pilihan masuk Neraka? Jikalau demikian, berarti pemilihan itu bersifat kondisional. Mengapa? Karena bayi masuk bergantung kepada kondisi orangtuanya, apakah dia orang pilihan atau bukan?
2. Bagaimana dengan malaikat? Apakah ada malaikat yang terpilih dan malaikat non pilihan?
Dalam sistematika teologia Kalvinis malaikat dipercaya yang dipilih dan ada juga yang tidak. Tetapi dalam pemilihan malaikat sifatnya Supralapsarianisme. Yang menjadi permasalahan, banyak orang Kalvinis tidak berani berdiri dalam posisi ini.
Sumber: http://gbiasemarang.blogspot.com/2009/02/unconditional-election-bag-5-end.html
1. "Umat Allah" Kis 18:9-10
Argumen Kalvinis mengatakan bahwa Paulus menginjil di situ karena ada orang-orang pilihan di kota itu, jadi tinggal dikotbahin saja. Apakah benar demikian? Dikatakan bahwa mereka sudah menjadi umat Allah sebelum Paulus memberitakan Injil. Selain itu, jikalau mereka sudah pasti masuk Surga, bagaimana kalau Paulus tidak datang ke sana untuk memberitakan Injil? Jika kita pelajari dengan saksama, kata “umatKu”di sini bukan menunjuk kepada orang-orang yang belum percaya tetapi mengacu kepada orang-orang yang sudah diselamatkan, sebab di sana ada Akwila, Titius, Yustus, Krispus dan keluarga dan yang lainnya.
2. “Domba-domba Allah” Yoh 10:14-16,26
Dalam kacamata Kalvinis, kata “domba” merujuk kepada orang-orang pilihan.
Ada kesalahan besar yang dilakukan oleh Kalvinis dalam hal ini karena:
- Tidak ada penetapan siapa yang jadi domba dan siapa yang tidak jadi domba. Setiap orang yang mendengar suaraNya dan mengikutiNya adalah dombaNya.
- Selain itu, ada pengertian domba yang tidak mendukung konsep Kalvinis seperti yang tercatat dalam Matius 10:6, di mana “ada domba yang hilang.” Jika domba sama dengan umat pilihan, mengapa ada domba yang hilang? Apakah umat pilihan juga ada yang terhilang?
- Domba tidak mengacu pada umat pilihan, tetapi lebih merujuk kepada bangsa Israel. Selain karena ada domba yang hilang, ada juga domba yang dihancurkan seperti yang tercatat dalam Yehezkiel 34:16 “domba yang kuat dan gemuk akan Aku hancurkan” (ada kesalahan dalam penerjemahan LAI, LAI menggunakan kata Aku lindungi tetapi yang benar adalah Aku hancurkan.)
3. Masalah kata “memberikan,” dan “diberikan”
Yohanes 6:37,39 ”Semua yang diberikan Bapa kepadaKu akan datang kepadaKu dan barang siapa datang kepadaKu, ia tidak akan kubuang. 39 “dan inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikanNya kepadaKu jangan ada yang hilang tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.”
Semua yang diberikan kepada Anak dalam kamus Kalvinis Allah pemilihan tanpa syarat (unconditional election). Pemahaman ini muncul karena Kalvinis tidak melihat dan mengartikan ayat ini dengan melihat ayat yang lain. Seperti ayat Yoh 6:40 “Sebab inilah kehendak BapaKu, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku bangkitkan pada akhir zaman.” Sangat jelas, bahwa orang yang diberikan Bapa kepada Yesus adalah orang yang percaya kepada Anak. Kalvinis selalu memaksa Alkitab untuk mendukung pendapatnya yang salah demi Augustinus dan John Calvin, “bapa” yang mereka anggap benar.
Yohanes 17:6,12 “Aku telah menyatakan namaMu kepada semua orang, yang Engkau berikan kepadaKu dari dunia. Mereka itu milikMu dan Engkau telah memberikan mereka kepadaKu dan mereka telah menuruti firmanMu. 12 Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam namaMu, yakni namaMu yang telah Engkau berikan kepadaKu; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam kitab suci.” Sangat menarik untuk dipelajari karena apa yang telah diberikan kepada Yesus ada juga yang binasa!
Selain itu, sangat jelas pasal 17 ini membahas mengenai kerasulan dan bukan untuk orang percaya, karena ada satu rasul yang binasa dan itu bukan untuk orang percaya. Karena konteksnya Yesus sedang berdoa kepada kedua belas rasulNya. Kata “mereka ini” mengacu kepada 12 rasul, dan lanjutan doa Yesus adalah untuk orang-orang hasil pemberitaan mereka.
“Dia yang yang telah ditentukan” dalam ayat 12 ini ada kesalahan penerjemahan. Kata ditentukan tidak ada dalam bahasa asli. Dalam bahasa Yunani απολυω (apoluo) artinya menghancurkan dan απολειας (apoleias), artinya kehancuran dan ό υίος απολειας (ho huios apoleias) artinya putra kehancuran. Selain dari dia adalah “anak kehancuran”harusnya timbul pertanyaan kenapa ia menjadi anak kehancuran? Karena ia (Yudas Iskariot) memang akan menggenapi hal negatif (menyerahkan Yesus) yang timbul dari hatinya sendiri, bukan Allah yang menentukan demikian dari semula sejak kekekalan. Sebab jika Allah telah menentukan Yudas untuk melakukan hal ini, maka seharusnya ia mendapat reward.
Konsep Pemilihan yang Alkitabiah
Alkitab memang mengajarkan tentang pemilihan, tetapi pemilihan yang bagaimana? Apakah sama dengan yang didengungkan oleh Kalvinis yang percaya bahwa pemilihan Allah adalah pemilihan yang tanpa melihat kondisi (pemilihan secara acak) ataukah pemilihan yang Allah maksudkan di dalam Alkitab adalah pemilihan yang bersyarat (conditional election).
Konsep pemillihan dalam Efesus 1:1-13
Salah satu ayat favorit Kalvinis masalah pemilihan tanpa melihat kondisi adalah Efesus 1:4. Dimana dikatakan bahwa Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan. Dalam pemahaman Kalvinis, manusia dipilih (1:4) ditentukan (1:5) sesuai dengan kerelaan kehendakNya (1:11) kemudian dimeteraikan Roh Kudus (1:13). Lalu Kalvinis akan berkata, bukankah di dalam satu perikop ini menunjukkan pemilihan yang unconditional?
Pemahaman yang Alkitabiah:
Dalam perikop ini memang ada konsep pemilihan, tetapi konsep pemilihan yang sama sekali berbeda dengan konsep pemilihan Kalvinis. Dalam pemandangan Kalvinis pemilihan bersifat unconditional sedangkan jika kita mempelajari keseluruhan Alkitab, maka kita akan menemukan konsep pemilihan yang Conditional. Begitu juga ketika kita mempelajari keseluruhan Efesus pasal 1 ini kita akan menemukan tema besar perikop ini adalah “Di dalam Kristus.” Yang adalah syarat mutlak di dalam pemilihan. Hal ini membuktikan pemilihan itu bersyarat (conditional) dan keselamatan itu bersyarat.
Dalam ayat 3 “dalam Kristus” semua berkat diperoleh “melalui Kristus” sebab di dalam Kristus Allah memilih.
Di dalam ayat 4 sangat jelas menekankan “Sebab di dalam Dia (Kristus) Allah telah memilih…” Hal ini sangat jelas menekankan Allah memilih karena Kristus telah ada di dalam kita berbeda dengan konsep Kalvinis yang menyatakan bahwa Allah memilih supaya kita ada di dalam Kristus. Bahkan jika kita pelajari lagi ayat 4 kita akan menemukan bahwa tujuan utama di dalam pemilihan bukanlah untuk di dalam Kristus tetapi untuk menjadi kudus dan tak bercacat.
Singkatnya, ada syarat di dalam pemilihan, yaitu di dalam Kristus. Jika kita lihat secara konteks juga, terlihat jelas bahwa konsep di dalam Kristus lebih sentral dibandingkan konsep pemilihan. Ketika kita membaca ayat 13 kita juga akan menemukan bahwa pemeteraian Roh Kudus berlaku untuk orang yang di dalam Kristus. “Di dalam Dia (Kristus) kamu juga……Di dalam Dia (Kristus) kamu juga…..” Sangat jelas terlihat bahwa konsep pemilihan yang Alkitabiah adalah karena kita telah ada di dalam Kristus, bukan dipilih untuk ada di dalam Kristus, dimana tujuan dari pemilihan itu adalah supaya kita menjadi kudus dan tak bercacat.
Kalvinis akan berdalih dan menyatakan bahwa seseorang sudah berada di dalam Kristus sejak dunia belum dijadikan. Apakah benar demikian? Jika apa yang diyakini oleh Kalvinis ini benar, maka banyak orang pilihan yang terhilang, tersesat dan sebagainya. Selain itu, jika kita lanjutkan di dalam Efesus 2:1-3 kita akan melihat bahwa sebelum Paulus percaya ia adalah orang yang harus dimurkai, mati di dalam dosa. Paulus sendiri merasa diri bagian dari kebinasaan (lihat ayat 3). Tetapi setelah ia percaya, ia tidak ada lagi di bawah murka Allah.
Ayat yang berkaitan dengan hal ini adalah di dalam 2 Timotius 1:9 “orang pilihan ada di dalam Kristus sebelum permulaan zaman” Ayat ini menjelaskan Allah di dalam foreknowledge sudah menetapkan kasih karunia untuk setiap orang yang ada di dalam Kristus (bukan menetapkan orang untuk di dalam Kristus tetapi menetapkan kasih karunia untuk mereka yang berada di dalam Kristus). Sebab jika konsep Kalvinis benar, bagaimana dengan dosa Adam “bukankah mereka keturunan Adam yang berada dalam kematian? Bukankah Adam berada dalam bahaya kebinasaan?
Di dalam Roma 16:7 ”Salam kepada Andronikus dan Yunias, saudara-saudaraku sebangsa, yang pernah dipenjarakan bersama-sama dengan aku, yaitu orang-orang yang terpandang di antara para rasul dan yang telah menjadi Kristen sebelum aku.” Menjadi kristen dalam ayat ini dalam bahasa Yunaninya adalah εν χριστο (enkristo) yang berarti DI DALAM KRISTUS. Jadi, Andronikus telah menjadi Kristen atau di dalam Kristus sebelum Paulus diselamatkan. Ayat ini membuktikan Paulus belum berada di dalam Kristus sebelum ia percaya. Intinya pemilihan itu harus ada di dalam Kristus.
Konsep Pemilihan dalam Roma 8:28-30
Roma 8:28-30 adalah salah satu perikop favorit Kalvinis di dalam mempertahankan iman mereka. Sekilas di dalam ayat-ayat ini seolah-olah ada mata rantai yang tidak terputuskan. Siapa yang dipilih ditentukan dari semula. Mereka dipanggil (tidak bisa ditolak) → dibenarkan (justification)→ dimuliakan (gloryrification). Skema besarnya adalah: Election → Predestination→ Irresistible Grace→ Perseverence.
Pemahaman yang Alkitabiah:
Dalam ayat ini kata προγινωσκω (proginosko) dalam bentuk tenses aorist (προεγνω) artinya”barang siapa yang telah diketahui dari semula” bukan dipilih sebelumnya tanpa kondisi. Jadi barang siapa yang percaya kepada Kristus, Allah sudah mengetahuinya dari semula karena Ia Mahatahu dan karena manusia (yang bersangkutan akan percaya kepada Kristus bukan karena Allah paksa tetapi yang timbul dari hati manusia itu sendiri). Untuk mengingat silahkan lihat pembahasan sebelumnya dalam Efesus 1 masalah DI DALAM KRISTUS!
Di dalam I Petrus 1:2 dikatakan, “Yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita dan yang dikuduskan oleh Roh supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darahNya…” LAI melakukan kesalahan terjemahan kata “κατα προγνωσιν-kata prognosin” (orang-orang yang dipilih) harusnya “menurut pengetahuan Allah yang semula.”. Jadi pemilihan yang alkitabiah adalah pemilihan berdasarkan pengetahuan Allah, bukan pemilihan yang tanpa syarat, acak, dan hoki-hokian. Suatu pemilihan yang berdasarkan pengetahuan Allah akan hal-hal yang akan terjadi.
Bagaimana dengan kata “menentukan menjadi anak-anakNya sesuai dengan kerelaanNya (ayat 11)? Bagaimana dengan II Timotius 2:9 “berdasarkan keputusan Allah, menurut kerelaan kehendakNya sebelum permulaan zaman” Permasalahan ini terjawab dalam I Korintus 1:21. Terlihat jelas bagaimana di dalam ayat ini dikatakan bahwa Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil.
Yang harus dipahami adalah tidak ada masalah dengan konsep kerelaan, keputusan, kehendak, dsb. Namun yang harus diperhatikan bahwa adalah keputusanNya dan kerelaanNya bahwa setiap orang percaya pasti akan diselamatkan. Apakah Allah yang berdaulat tidak boleh berbuat demikian? Tentu saja boleh! Dan inilah kasih karunia Allah. Sebab jika Anda percaya tetapi Allah tidak memberikan anugerah, maka itu PERCUMA! Semakin kita mendalami kebenaran firman Tuhan, kita dapat melihat dan membaca dengan jelas bahwa konsep keselamatan jelas untuk setiap orang percaya. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa:
Keputusan Allah: Manusia akan selamat dengan percaya kepada Yesus Kristus
Kehendak Allah: Supaya semua manusia percaya kepada Yesus Kristus.
Perkenanan Allah: Supaya kita selamat dengan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus.
Dalam hal ini terbukti bahwa Alkitab tidak pernah mengajarkan pemilihan yang unconditional. Dalam Yohanes 5:21 “sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendakiNya.” Anak menghidupkan barang siapa yang dikehendakiNya. Kata “barang siapa dalam hal ini adalah mereka yang “percaya kepadaNya.” Tentu Tuhan Yesus tidak akan sembarangan membangkitkan orang. Dia hanya membangkitkan siapa yang percaya kepadaNya. Jadi Yesus membangkitkan seseorang bukan tanpa kondisi atau unconditional seperti yang Kalvinis imani, tetapi dengan syarat, yakni percaya kepadaNya.
Konsep Pemilihan Tidak hanya untuk Keselamatan
Kata “pemilihan” tidak selalu untuk keselamatan, tetapi bisa juga untuk pelayanan. Contoh kasus dalam Matius 22:14 “Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang terpilih” Sebenarnya Kalvinis tidak pantas memakai ayat ini. Sebab kalau Allah yang memanggil kenapa hanya sedikit yang dipilih? Bukankah dalam konsep Kalvinis dipilih dulu setelah itu baru dipanggil. Bukankah inilah pemahaman utama dari Irresistible Grace. Bila Allah telah memilih mereka dan menetapkan mereka seharusnya tidak bisa menolak panggilan itu karena mereka sudah ditetapkan untuk dipanggil. Tetapi mengapa banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang terpilih? ANEH BUKAN MAIN!
Jika kita menelusuri keseluruhan Alkitab, tidak ada didapati satu ayat atau satu orangpun “dipilih untuk percaya.” Hal lain yang cukup menarik untuk dipelajari adalah urut-urutan konsep iman Kalvinis: Dipilih → dibenarkan → dilahirbarukan → percaya. Timbul pertanyaan manakah yang lebih dahulu, percaya kepada Tuhan baru Roh Kudus masuk ke dalam hati kita atau Roh Kudus sudah ada dalam hati kita baru percaya? Atau dengan kata lain percaya dulu baru dibenarkan atau dibenarkan dulu baru percaya? Jika kita melihat skema iman Kalvinis kita akan menemukan bahwa Roh Kudus ada dalam hati kita baru bisa percaya. Suatu konsep yang sangat bertentangan dengan Efesus 1:13, yaitu ketika kita percaya akan dimeteraikan dengan Roh Kudus. Saya percaya bahwa sebelum Roh Kudus masuk dalam hati manusia, Ia sudah bekerja dalam dalam kehidupan manusia, baik itu melalui penyataan umum maupun melalui penyataan khusus. Karena Tugas Roh Kudus salah satunya adalah menginsafkan dunia akan dosa (Yohanes 16:8). Tetapi Roh Kudus akan masuk ke dalam hati manusia ketika manusia itu menerima Yesus sebagai Juruselamatnya secara pribadi atau ketika kita percaya (Efesus 1:13).
Efesus 1:4 “Sebab di dalam Dia Allah telah memlih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapanNya.” Kita dipilih di sini bukan untuk percaya, tetapi supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan Allah. Allah telah menentukan, bahwa barang siapa percaya akan diangkat menjadi anak-anakNya. Ini adalah berkat dari percaya. Allah tahu sebelumnya siapa yang akan percaya, maka Ia menjanjikan berkat-berkat yang merupakan efek dari iman percaya seseorang.
2 Tesalonika 2:13 “Akan tetapi kami harus selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu, saudara-saudara, yang dikasihi Tuhan, sebab Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu percayai” Ayat ini sama sekali tidak Unconditional, sebab di dalamnya kita menemukan Allah memilih orang untuk diselamatkan dengan dua syarat, yaitu di dalam Roh yang menguduskan dan di dalam kebenaran yang kamu percayai. Kebenaran apa yang mereka percayai? Tentu kebenaran yang menyatakan, bahwa Kristus telah menebus dosa seisi dunia dan barang siapa yang percaya kepadaNya pasti selamat.
Roma 11:1-4 “umat yang dipilih” dalam ayat ini bukan berbicara masalah pemilihan keselamatan, tetapi merujuk pada pemilihan bangsa yang menurunkan Mesias. Suatu bangsa yang akan eksis sampai tibanya masa tribulasi. Apakah semua Israel akan diselamatkan? Tidak! Lihat dalam Roma 10:1-3 dan dalam Roma 1:7 “Jadi bagaimana? Israel tidak memperoleh apa yang dikejarnya, tetapi orang-orang yang terpilih telah memperolehnnya. Dan orang-orang yang lain telah tegar hatinya” apa yang dikejar oleh Israel? Roma 9:31,32 “Tetapi: bahwa Israel sungguhpun mengejar hukum yang akan mendatangkan kebenaran, tidak sampai kepada hukum itu. Mengapa tidak? Karena Israel mengejarnya bukan karena iman, tetapi karena perbuatan. Mereka tersandung pada batu sandungan.” Israel mengejar kebenaran dengan melakukan hukum Taurat bukan percaya kepada Mesias yang Allah utus kepada mereka. Jadi mengejar dengan iman adalah untuk memperoleh keselamatan. Dalam ayat ini ada perbedaan perbuatan dengan iman. Menurut Alkitab iman itu bukan perbuatan, tetapi menurut Kalvinis iman itu adalah perbuatan sekalipun timbul dari pendengaran akan firman Kristus. Akibatnya mereka mengklaim bahwa orang yang percaya, yang bisa merespon atau orang yang dapat percaya mereka sebut synergisme. Ada Kalvinisme mengatakan, bahwa dalam hal iman manusia tidak ada andil sama sekali. Allahlah yang menaruh iman kepada orang yang Ia kehendaki secara unconditional supaya selamat. Jika demikian Allah jugalah secara aktif dan unconditional tidak memberi iman kepada orang yang Ia tidak sukai. Bila demikian siapakahkah yang salah bila manusia masuk neraka? Secara logika dan tata bahasa, jikalau mengikuti pemahaman Kalvinis, manusia masuk ke neraka adalah karena Allah tidak memberikan iman kepada manusia berdosa itu.
Saya percaya bahwa keselamatan itu dari Allah dan tanpa bantuan atau andil manusia. Manusia diperintahkan Allah untuk percaya atau meresponi keselamatan yang telah Ia sediakan dengan iman. Iman bukanlah perbuatan, tetapi dengan imanlah seseorang dapat dibenarkan Allah dan itu (iman) di hadapan Allah bukan sebuah perbuatan (Roma 4:1-5 ada pekerjaan yang bukan perbuatan, yakni Iman).
Galatia 1:15 ”tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karuniaNya,” pemilihan dalam kandungan yang sama dengan Yeremia adalah pemilihan bukan untuk keselamatan, tetapi pemilihan untuk tugas pelayanan.
Hal yang membingungkan kalangan Kalvinis,
1. Apakah semua bayi yang meninggal sebelum akil baliq masuk Surga atau Neraka? Jika semua masuk surga, apakah dasar alkitabiahnya? Jika hal ini dikaitkan dengan konsep pemilihan dan reprobat? Apakah bayi orang pilihan masuk Surga, bayi yang bukan orang pilihan masuk Neraka? Jikalau demikian, berarti pemilihan itu bersifat kondisional. Mengapa? Karena bayi masuk bergantung kepada kondisi orangtuanya, apakah dia orang pilihan atau bukan?
2. Bagaimana dengan malaikat? Apakah ada malaikat yang terpilih dan malaikat non pilihan?
Dalam sistematika teologia Kalvinis malaikat dipercaya yang dipilih dan ada juga yang tidak. Tetapi dalam pemilihan malaikat sifatnya Supralapsarianisme. Yang menjadi permasalahan, banyak orang Kalvinis tidak berani berdiri dalam posisi ini.
Sumber: http://gbiasemarang.blogspot.com/2009/02/unconditional-election-bag-5-end.html
No comments:
Post a Comment