“dan karena ucapan mereka: “sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih….” Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak menyalibnya, melainkan orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka….” (4:157).
“Tetapi (yang sebenarnya) Allah telah mengangkat Isa kepadaNya” (4:158).
“Dan mereka itu membuat tipu daya, Allah membalas tipu daya mereka, dari Allah sebaik-baiknya tipu daya” (3:54).
Teman Muslim sering mencoba mengkoreksi Anda agar kembali sadar dari kesesatan:
“Isa itu tidak dibunuh, dan tidak disalib seperti yang kalian percayai. Ini adalah koreksi dari Allah bagi kalian. Yang disalib adalah seorang Isa-Isa-an yang disamarkan Allah kepada orang-orang Yahudi. Sedangkan Isa yang asli telah diselamatkan oleh Allah dengan mengangkatnya ke surga. Ketika orang-orang kafir berkomplot untuk menipu daya Isa, mereka malahan dibalas dengan tipu daya yang lebih canggih dari Allah.”
Menghadapi dua koreksi: bahwa Isa tidak mati disalib, dan bahwa yang disalib itu bukan Isa, tetapi “Isa-Isaan”; apa yang dapat Anda tanggapi?
Aneh, untuk peristiwa yang justru dianggap sangat berbobot bagi para Muslim, ayat Surat 4:157 ini tampil tanpa diulang ditempat lain manapun, melainkan diwahyukan secara solo, satu-satunya totally isolated. Padahal bagi Muslim (tidak mesti bagi Quran) ayat ini dimaksudkan untuk mengkoreksi suatu kesalahan fatal dari sekian miliar umat manusia yang telah terlanjur sesat, dan berpotensi masuk neraka! Bandingkan betapa beda seriusnya satu ayat solo ini terhadap keseriusan Quran ketika mengulang-ulang ancaman akan siksaan api neraka dan laknat Allah. Itu diperingatkan berulang hingga 783 ayat! Atau rata-rata 1 ancaman laknat dan siksa neraka setiap ayat Quran!
Dengan ayat solo yang satu ini jelas bahwa Muslim tidak cukup mempunyai referensi untuk membela kebenaran koreksinya. Satu ayat QS 4:157 itu tidak membukti, jadi bagaiman mengkoreksi. Ia hany melemparkan satu “asumsi”. Karena itu pakar Islam harus merekonstruksi pelbagai kisah dengan teori-teori kemungkinan ini dan itu. Ada yang menteorikan bahwa Isa-Isa-an yang disalibkan itu adalah Yudas Iskariot. Ada yang bilang itu Barabas atau Simon dari Kirene. Sekte Ahmadiyah mengklaim bahwa memang Isa-lah yang disalib, namun tidak sampai mati melainkan hanya pingsan saja, yang menjadi sembuh didalam kesejukan kubur-batu, yang akhirnya keluar dan minggat ke Kashmir dan wafat di sana dalam usia 120 tahun setelah menikah dan hidup sejahtera...
Ayat dan dongeng yang mengikutinya bisa menjadi mitos, namun segera berbalik menjadi salah satu ayat yang paling bermasalah dari seluruh Quran, jikalau mereka mau sedikit saja menelusurinya. Tanganilah isu ini dengan bijak. Lakukanlah cara ”warming up” dan bertanya dari kejauhan:
”Kami melihat Quran hanya menolak kematian Isa dalam satu ayat, namun sebaliknya banyak ayat Quran justru mencatat tentang kematian Isa. Seperti QS 5:117, 3:55, 4:159. Dan dalam Surat 19:33 kematian dan bahkan kebangkitan Isa diakui Quran! Kita tidak bisa membayangkan ada kematian atau kebangkitan terjadi di sorga. Maka kematian Isa dalam ayat ini pastilah sebuah kematian/kebangkitan historis dalam satu rangkaian siklus kehidupan di dunia:
”Dan kesejahteraan atasku pada hari aku dilahirkan, pada hari aku wafat dan pada waktu aku dibangkitkan hidup kembali.”
Jadi kenapa kalian bisa lebih yakin bahwa Isa tidak mati dibunuh?”
Dan mereka akan memberi alasan dari segi perlindungan Tuhan terhadap para nabiNya. Mereka menolak penyaliban isa karena beralasan bahwa Tuhan pun pasti akan menolaknya juga. Isa adalah nabi yang amat suci dan dekat dengan Tuhan dan terjaga/terpelihara (maksum) didalamNya; tidak mungkin dia dibiarkan terhina, teraniaya dan terbantai begitu rupa oleh manusia bejad. Dan tidak mungkin Tuhan menunjukkan kelemahanNya dengan membiarkan pemaksaan keji ini oleh kaum najis...
Nah, dari apa yang mereka gambarkan ini, Anda menangkap bahwa kematian Isa yang mereka pikirkan adalah jenis Kematian Martir bagi Tuhan. Mereka tidak mengenal Anak Domba Tuhan dalam Kematian Kurban bagi pengikut-pengikutNya. Tidak sedikitpun mereka menafsirkan bahwa kematian Isa itu ada kaitannya dengan pengorbanan dan penebusan bagi dosa manusia. Disnilah Anda dapat melemparkan pertanyaan pancingan Anda:
”Ya, Surat An Nisaa ayat 157 ini menegaskan (tanpa menjelaskan) bahwa Isa tidak mati dalam kematian-martir melawan musuh-musuh Allah. Sedangkan kematian Yesus seperti yang kami maksudkan adalah kematian-kurban. Anda tahu membedakan kematian martir dan kematian kurban?”
Mereka akan tergoda, dan mempersilahkan Anda untuk menjelaskannya dari perspektif Kristiani.
PENJELASAN KEMATIAN YESUS
Pertama-tama jelaskan bahwa kematian martir itu adalah kematian yang mempertahankan kebenaran dan bertahan terhadap pemaksaan dari musuh-musuh Tuhan hingga akhir hayatnya karena dibunuh. Kematian demi kebenaran ini merupakan akibat paksaan yang tidak bisa dihindari lagi kecuali menyangkal cinta kasihnya kepada Tuhan dan kebenaranNya. Ia dibunuh dalam kemartiran, dimana Tuhanlah yang menjadi pusat pembaktiannya.
Berbeda dengan kematian-kurban dimana seseorang merelakan jiwanya sendiri untuk dikorbankan (masih bisa dihindari, tetapi ia merelakan) demi kasih yang begitu besar untuk menyelamatkan jiwa-jiwa orang yang dikasihinya. Inilah sebuah kematian ”tukar guling” yang merupakan ”win-win solution” (semua pihak diuntungkan) demi menebus kematian para kekasihnya.
Kedua jenis kematian disini total berlandaskan kasih, dan tidak diselewengkan dengan dalil-dalil manusia yang melekatkan kebencian dan dendam atas nama Tuhan atau ”perjuangan”.
”Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar (mati sahid, dll), tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku.” Sebab, ”Amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran dihadapan Tuhan.” (I Kor 13:13; Yak 1:20)
Quran tampaknya tidak mengenal kematian-kurban. Namun bila Anda jeli, sesungguhnya Surat 19:33 di atas tersirat nubuat Isa akan kematian kurban bagi dirinya. Yaitu Isa bahkan akan tetap menemui kesejahteraan (perfect peace) pada hari ia wafat, karena ia merelakan kematiannya dalam damai-sejahtera yang sejati.
Untuk melukiskan ujud kematian-kurban kepada teman Muslim, Anda dapat memperlihatkan keseluruhan perikop Alkitab HAMBA TUHAN yang MENDERITA dalam Yesaya 52:13 dst, 53:1-12. di situ kedatangan seorang Hamba yang akan berkorban telah dinubuatkan sejak awal. Ia yang ”hamba” akan menderita, dihina, dianiaya dan mati disalibkan sebagai korban tebusan bagi umat yang seharusnya dihukum mati karena dosa-dosanya. Ia sendiri berkata (Lukas 24:26):
”Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaanNya?”
Jadi, berlainan dengan martir, kematian Yesus ini tak ada hubungannya dengan emosi kebencian atau karena iming-iming mendapat upah surgawi, melainkan justru ”iming-iming” membayar harga tebusan yang dapat langsung menyelamatkan jiwa umatNya! Dan kematian-kurban ini dinyatakan dalam bahasa Yesus sendiri:
”Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya... Aku memberikan nyawaKu untuk menerimanya kembali. Tidak seorangpun mengambilnya (nyawa ini) daripadaKu, melainkan Aku memberikannya menurut kehendakKu sendiri...” (Yohanes 10:11,17,18).
(bersambung)
“Tetapi (yang sebenarnya) Allah telah mengangkat Isa kepadaNya” (4:158).
“Dan mereka itu membuat tipu daya, Allah membalas tipu daya mereka, dari Allah sebaik-baiknya tipu daya” (3:54).
Teman Muslim sering mencoba mengkoreksi Anda agar kembali sadar dari kesesatan:
“Isa itu tidak dibunuh, dan tidak disalib seperti yang kalian percayai. Ini adalah koreksi dari Allah bagi kalian. Yang disalib adalah seorang Isa-Isa-an yang disamarkan Allah kepada orang-orang Yahudi. Sedangkan Isa yang asli telah diselamatkan oleh Allah dengan mengangkatnya ke surga. Ketika orang-orang kafir berkomplot untuk menipu daya Isa, mereka malahan dibalas dengan tipu daya yang lebih canggih dari Allah.”
Menghadapi dua koreksi: bahwa Isa tidak mati disalib, dan bahwa yang disalib itu bukan Isa, tetapi “Isa-Isaan”; apa yang dapat Anda tanggapi?
Aneh, untuk peristiwa yang justru dianggap sangat berbobot bagi para Muslim, ayat Surat 4:157 ini tampil tanpa diulang ditempat lain manapun, melainkan diwahyukan secara solo, satu-satunya totally isolated. Padahal bagi Muslim (tidak mesti bagi Quran) ayat ini dimaksudkan untuk mengkoreksi suatu kesalahan fatal dari sekian miliar umat manusia yang telah terlanjur sesat, dan berpotensi masuk neraka! Bandingkan betapa beda seriusnya satu ayat solo ini terhadap keseriusan Quran ketika mengulang-ulang ancaman akan siksaan api neraka dan laknat Allah. Itu diperingatkan berulang hingga 783 ayat! Atau rata-rata 1 ancaman laknat dan siksa neraka setiap ayat Quran!
Dengan ayat solo yang satu ini jelas bahwa Muslim tidak cukup mempunyai referensi untuk membela kebenaran koreksinya. Satu ayat QS 4:157 itu tidak membukti, jadi bagaiman mengkoreksi. Ia hany melemparkan satu “asumsi”. Karena itu pakar Islam harus merekonstruksi pelbagai kisah dengan teori-teori kemungkinan ini dan itu. Ada yang menteorikan bahwa Isa-Isa-an yang disalibkan itu adalah Yudas Iskariot. Ada yang bilang itu Barabas atau Simon dari Kirene. Sekte Ahmadiyah mengklaim bahwa memang Isa-lah yang disalib, namun tidak sampai mati melainkan hanya pingsan saja, yang menjadi sembuh didalam kesejukan kubur-batu, yang akhirnya keluar dan minggat ke Kashmir dan wafat di sana dalam usia 120 tahun setelah menikah dan hidup sejahtera...
Ayat dan dongeng yang mengikutinya bisa menjadi mitos, namun segera berbalik menjadi salah satu ayat yang paling bermasalah dari seluruh Quran, jikalau mereka mau sedikit saja menelusurinya. Tanganilah isu ini dengan bijak. Lakukanlah cara ”warming up” dan bertanya dari kejauhan:
”Kami melihat Quran hanya menolak kematian Isa dalam satu ayat, namun sebaliknya banyak ayat Quran justru mencatat tentang kematian Isa. Seperti QS 5:117, 3:55, 4:159. Dan dalam Surat 19:33 kematian dan bahkan kebangkitan Isa diakui Quran! Kita tidak bisa membayangkan ada kematian atau kebangkitan terjadi di sorga. Maka kematian Isa dalam ayat ini pastilah sebuah kematian/kebangkitan historis dalam satu rangkaian siklus kehidupan di dunia:
”Dan kesejahteraan atasku pada hari aku dilahirkan, pada hari aku wafat dan pada waktu aku dibangkitkan hidup kembali.”
Jadi kenapa kalian bisa lebih yakin bahwa Isa tidak mati dibunuh?”
Dan mereka akan memberi alasan dari segi perlindungan Tuhan terhadap para nabiNya. Mereka menolak penyaliban isa karena beralasan bahwa Tuhan pun pasti akan menolaknya juga. Isa adalah nabi yang amat suci dan dekat dengan Tuhan dan terjaga/terpelihara (maksum) didalamNya; tidak mungkin dia dibiarkan terhina, teraniaya dan terbantai begitu rupa oleh manusia bejad. Dan tidak mungkin Tuhan menunjukkan kelemahanNya dengan membiarkan pemaksaan keji ini oleh kaum najis...
Nah, dari apa yang mereka gambarkan ini, Anda menangkap bahwa kematian Isa yang mereka pikirkan adalah jenis Kematian Martir bagi Tuhan. Mereka tidak mengenal Anak Domba Tuhan dalam Kematian Kurban bagi pengikut-pengikutNya. Tidak sedikitpun mereka menafsirkan bahwa kematian Isa itu ada kaitannya dengan pengorbanan dan penebusan bagi dosa manusia. Disnilah Anda dapat melemparkan pertanyaan pancingan Anda:
”Ya, Surat An Nisaa ayat 157 ini menegaskan (tanpa menjelaskan) bahwa Isa tidak mati dalam kematian-martir melawan musuh-musuh Allah. Sedangkan kematian Yesus seperti yang kami maksudkan adalah kematian-kurban. Anda tahu membedakan kematian martir dan kematian kurban?”
Mereka akan tergoda, dan mempersilahkan Anda untuk menjelaskannya dari perspektif Kristiani.
PENJELASAN KEMATIAN YESUS
Pertama-tama jelaskan bahwa kematian martir itu adalah kematian yang mempertahankan kebenaran dan bertahan terhadap pemaksaan dari musuh-musuh Tuhan hingga akhir hayatnya karena dibunuh. Kematian demi kebenaran ini merupakan akibat paksaan yang tidak bisa dihindari lagi kecuali menyangkal cinta kasihnya kepada Tuhan dan kebenaranNya. Ia dibunuh dalam kemartiran, dimana Tuhanlah yang menjadi pusat pembaktiannya.
Berbeda dengan kematian-kurban dimana seseorang merelakan jiwanya sendiri untuk dikorbankan (masih bisa dihindari, tetapi ia merelakan) demi kasih yang begitu besar untuk menyelamatkan jiwa-jiwa orang yang dikasihinya. Inilah sebuah kematian ”tukar guling” yang merupakan ”win-win solution” (semua pihak diuntungkan) demi menebus kematian para kekasihnya.
Kedua jenis kematian disini total berlandaskan kasih, dan tidak diselewengkan dengan dalil-dalil manusia yang melekatkan kebencian dan dendam atas nama Tuhan atau ”perjuangan”.
”Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar (mati sahid, dll), tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku.” Sebab, ”Amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran dihadapan Tuhan.” (I Kor 13:13; Yak 1:20)
Quran tampaknya tidak mengenal kematian-kurban. Namun bila Anda jeli, sesungguhnya Surat 19:33 di atas tersirat nubuat Isa akan kematian kurban bagi dirinya. Yaitu Isa bahkan akan tetap menemui kesejahteraan (perfect peace) pada hari ia wafat, karena ia merelakan kematiannya dalam damai-sejahtera yang sejati.
Untuk melukiskan ujud kematian-kurban kepada teman Muslim, Anda dapat memperlihatkan keseluruhan perikop Alkitab HAMBA TUHAN yang MENDERITA dalam Yesaya 52:13 dst, 53:1-12. di situ kedatangan seorang Hamba yang akan berkorban telah dinubuatkan sejak awal. Ia yang ”hamba” akan menderita, dihina, dianiaya dan mati disalibkan sebagai korban tebusan bagi umat yang seharusnya dihukum mati karena dosa-dosanya. Ia sendiri berkata (Lukas 24:26):
”Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaanNya?”
Jadi, berlainan dengan martir, kematian Yesus ini tak ada hubungannya dengan emosi kebencian atau karena iming-iming mendapat upah surgawi, melainkan justru ”iming-iming” membayar harga tebusan yang dapat langsung menyelamatkan jiwa umatNya! Dan kematian-kurban ini dinyatakan dalam bahasa Yesus sendiri:
”Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya... Aku memberikan nyawaKu untuk menerimanya kembali. Tidak seorangpun mengambilnya (nyawa ini) daripadaKu, melainkan Aku memberikannya menurut kehendakKu sendiri...” (Yohanes 10:11,17,18).
(bersambung)
6 comments:
@rigan : bos u salah ngerti, baca dari depan bos.
Yoh 17 : 1-26
Kematian dan Kebangkitan יֵשׁוּעַ “Yēšûa” / يَسُوعْ “Yašû`” / Ιησους “Yēsūs” merupakan INTI dari ke-Kristenen. Jadi itu Harga mati bagi penganut-Nya, sehingga sulit untuk diperdebatkan atau memang tidak perlu di perdebatkan lg.
De...kapan-kapan Ngopi bareng sambil begadang lg yuk...He5x
yesus berkorban buat umatx…. trus kpada siapa dy berkorban? kepada bapakx ya?
lalu bapakx itu yesus sndiri…
jdi misalx kamu berkorban buat bapak kamu
bapak kamu ternyata kamu
jangan2 kamu sudah stress
Tuhan kok ngk kreatif ya?
klo mw mnylmatkan ya selamatkan lngsung ajja… ngk perlu sampai mati…
putus asa bgt.
pdhal di yehezkiel jelas tertulis klo setiap orng brrtnggung jawab atas dosa masing… lo kok yesus repot2 nebus dosa…
klo gitu orng kristen enak donk dosax ditanggung yesus
Tuhan tidak beranak dan tidak diperanakkan
Anda seorang jenius pencipta robot.
Dan kebanggaan anda atas ciptaan anda itu adalah anda telah menemukan Algoritma "FREEWILL" pada Chips Processor nya, sungguh suatu Maha Karya / Masterpiece yang tiada ternilai bagi anda, sehingga anda sangat sayang sama robot2 ciptaan anda itu.
Namun ternyata robot2 yang anda ciptakan itu seneng nonjok muka robot lain, bahkan suka juga nonjok muka anda. Lalu anda pun memberikan ketentuan bagi para Robot, "Siapa yang nonjok muka bakal gw ceburin ke laut, biar mati deh komponen2 lu pada"
Ternyata udah dikasih ketentuan kayak gitu itu robot2 kaga ngepek, tetep z suka nonjok muka robot lain...
Lalu karena anda udah buat ketentuan itu dan malu untuk mencabut ketentuan yang udah anda buat, maka anda menyamar menjadi robot dan hidup di tengah2 mereka sebagai robot yang gag pernah nonjok. Trus ngomong deh sama mereka para robot:
"Pencipta kita telah memberi ketentuan bahwa barang siapa yang suka nonjok robot lain akan diceburin ke laut, namun Pencipta kita sayang sih sama kita2 jadi gag tega kalo mau ceburin kita ke laut, dan sebagai gantinya biar gw deh yang gag pernah nonjok ini menceburkan diri ke laut, biar Aturan dari Pencipta kita ini gag sia2 "
Lalu anda akhirnya menceburkan diri ke laut dengan pakaian robot anda, dan dengan susah payah anda berenang dalam pakaian robot untuk naik ke permukaan, akhirnya setelah 3 jam anda naik lagi ke atas. Oh... Anda gag rusak, ya iya lah karena anda bukan robot, tapi Pencipta yang nyamar jadi robot
Udah gitu anda ngomong lagi ke Para Robot:
"OK, ketentuan Pencipta kita sudah tergenapi, apa kalian PERCAYA sekarang kalau ketentuan Pencipta kita sudah tergenapi?"
Para ROBOT lalu berkata: "Emank gw pikirin"
Ngenes bangeeetttt....
Post a Comment