Monday, November 24, 2008

MENGAPA SAYA MENJADI KRISTEN FUNDAMENTAL


Mengetahui dan Menentukan Posisi Teologi seseorang tentu Penting dan tidak bisa disepelekan. Hari-hari ini banyak orang Kristen yang cuma berani berkata Saya atau Gerejaku adalah Kristen Alkitabiah dan Gereja Alkitabiah. Namun begitu kita tanyakan lebih jauh, jemaat dan bahkan hamba Tuhan itu tidak bisa menjelaskan bagaimana dan apa yang dia sebut dengan Alkitabiah itu. Beberapa orang ingin mengetahui posisi Teologi saya, tentu sudah sepatutnya setiap orang yang mengaku dirinya KRISTEN ALKITABIAH harus bisa mempertanggungjawabkan apa yang dia pegang dalam pengakuannya sebagai KRISTEN ALKITABIAH, dan ini jugalah yang akan menentukan pandangan seseorang terhadap seberapa jauh kita mengerti dan memahami Alkitab yang berisikan Pengajaran-Pengajaran.
Orang Kristen yang rendah hati dan mau belajar, tentu akan berubah posisinya terhadap pengajaran/doktrin tertentu ketika dia melihat dengan jelas Kebenaran Alkitab dari Penafsiran Alkitab yang tepat. Untuk itu siapapun anda dan saya, tentu dituntut untuk menafsirkan Alkitab dengan cara yang tepat sesuai dengan maksud Roh Kudus yang mengilhami para penulis Alkitab.

TRAGEDY OF COMPROMISE (Bag 7)

7. Uban Dimana-mana
Perubahan Injili Baru Yang Tidak Disadari

Iklan televisi itu sangat memikat! Dengan sasaran jutaan orang yang rambutannya sudah beruban, mereka dengan berani menyatakan - "Secara bertahap uban akan menghilang. Rambut putih anda langsung terhapus". Dengan harga beberapa botol ramuan yang tepat, katanya orang bisa memperoleh kembali penampilan mudanya.


Nabi zaman dulu, Hosea, juga memperhatikan tentang rambut uban, namun dengan alasan yang berbeda. Dalam keluhan dengan hati yang hancur tentang bangsa yang dikasihinya, Israel, ia menulis: "Orang-orang luar memakan habis kekuatannya, tetapi ia sendiri tidak mengetahuinya; juga ia sudah banyak beruban, tetapi ia sendiri tidak mengetahuinya" (Hos. 7: 9). Uban merupakan sebuah tanda penuaan, tentang kekuatan yang menurun, dan dalam pengertian rohani yang digunakan Hosea adalah mengenai kehilangan vitalitas rohani. Catatan yang paling menyedihkan dalam keluhan ini adalah fakta bahwa bangsa itu tidak menyadari kehilangan tambatan rohaninya.



Saturday, November 22, 2008

TRAGEDY OF COMPROMISE (Bag 6)

6. Mimbar Prasmanan

Konsep "Memasarkan Yesus"

Salah satu pengalaman di restoran yang menjadi kesukaan isteri saya adalah mengelilingi salad bar (meja yang menyajikan berbagai jenis salad yang boleh dipilih sesuai selera pengunjung - penerjemah). Dari bahan makanan lezat yang ada disitu, ia bisa menjadikannya sebagai makanan utama. Semakin banyak pilihan, semakin ia menikmatinya.

Banyak gereja kontemporer kini telah menjadi spesialis yang mengelola "salad bar" rohani. Disitu tersedia apa saja yang diinginkan. Jika anda tidak suka dengan suatu tawaran, maka dengan mudah anda akan mendapatkan pilihan lain yang lebih memenuhi selera rohani anda. Pendekatan "salad bar" seperti ini menarik banyak sekali orang, namun apakah itu membangun jemaat yang kuat?

TRAGEDY OF COMPROMISE (Bag 5)

5. Menyenangkan Semua Pihak

Injili Baru yang "Baru"
Injili Baru menjadi "semakin baru" melalui berjalannya waktu. Tidak semua orang menyadari kenyataan atau signifikansi ini. Beberapa kalangan yang mengaku sekolah fundamentalis menenangkan kegelisahan para anggotanya, bahwa mereka menentang Injili Baru. Namun Injili Baru yang mereka singgung itu adalah gerakan tigapuluh tahun yang lalu atau lebih - yaitu nama yang didukung oleh Carl Henry, Harold Ockenga, dan Edward Carnell. Injili Baru telah melalui perjalanan panjang sejak dicetuskan. Banyak kalangan, sementara menolak Injili Baru yang lama, namun menganut Injili Baru yang "baru" tanpa mengetahui dengan jelas hubungan antara keduanya.

Di bawah Payung yang Lebar
Paulus memperingatkan orang-orang percaya untuk tidak "diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan" (Ef. 4: 14). Pernyataan ini jelas berbicara mengenai penyimpangan konstan yang terbukti di dalam perkembangan theologi manusia. Ia juga memperingatkan bahwa para theolog dan pengajar-pengajar agama sangat rentan terbujuk ketika mereka menjajakan karya-karya tidak alkitabiah mereka. Untuk membedakan theologi dan metodologi yang baik dengan yang buruk, dibutuhkan ketajaman rohani yang tepat, suatu kualitas yang kelihatannya sudah sangat sulit ditemukan pada masa kini. Sementara kita diperintahkan untuk membedakan "Roh kebenaran" dan "roh yang menyesatkan" (I Yoh. 4: 6), namun itu bukanlah pekerjaan yang populer.

TRAGEDY OF COMPROMISE (Bag 4)

4. Menuai Puting Beliung

Kaum Injili Muda Yang Duniawi
Mahasiswa cenderung lebih radikal daripada pengajarnya. Ini terlihat jelas dalam perkembangan Injili Baru. Sementara gerakan itu berkembang, banyak anggota yang lebih muda mengadopsi posisi theologis, etika dan moral yang telah bergeser jauh dari kaum Injili Baru yang lebih awal dan bahkan membuat mereka sendiri menjadi prihatin. Jika satu orang berkompromi, maka akan menurunkan yang lain, dan dalam waktu yang tidak lama beberapa di antaranya sudah berjalan jauh di jalan yang salah.

Pada tahun 1970-an sebuah kelompok Injili Baru yang lebih radikal mulai muncul. Perkembangannya dicatat dalam dua buku oleh Richard Quebedeaux, The Young Evangelicals dan The Worldly Evangelicals. Benih yang ditabur oleh para pemimpin Injili Baru mula-mula memang telah menghasilkan buah yang pahit. Begitu jauhnya beberapa di antara "wajah baru" tersebut melangkah, sehingga para pembimbing mereka sendiri menjadi kuatir. Filosofi Injili Baru yang orisinil telah menjadi bumerang yang menyerang balik kepada pelemparnya.

TRAGEDY OF COMPROMISE (Bag 3)

3. Melebarkan Jalan Setapak
Penginjilan Ekumenis dan Billy Graham
Kelihatannya aneh, gerakan Injili Baru mulai melambung di atas sayap penginjilan. Praktek "penginjilan ekumenis" (ecumenical evangelism), yang memanfaatkan kekuatan gereja-gereja yang berasal dari bermacam-macam keyakinan theologis, menjadi mesin pendorong populer gerakan tersebut.

Evangelikalisme (Injili) dan Evangelisme (Penginjilan)
Orang Kristen yang percaya kepada Alkitab senantiasa memegang teguh perintah Kristus untuk memberitakan Injil kepada dunia. Walaupun mengalami tekanan kultural dan theologis yang hebat, orang-orang percaya pada Abad Pertengahan tetap bersaksi demi kebenaran. Para penguasa gereja Katolik Roma memburu mereka tanpa belas-kasihan, namun mereka terus memberitakan Injil di seluruh benua Eropa. Keprihatinan atas kemurnian Injil-lah yang menyulut Reformasi, Luther menekankan bahwa keselamatan hanya karena iman saja tanpa perlu embel-embel gerejawi yang mengaburkannya. Kebangkitan misi besar yang dikirim ke negeri-negeri yang tidak mengenal Tuhan jelas merupakan bukti perhatian banyak orang terhadap keselamatan orang-orang yang terhilang.

TRAGEDY OF COMPROMISE (Bag 2)

Membangun Sikap Netral, Awal dan Perkembangan Injili Baru
Pada tahun 1920-an dan 1930-an, garis pertempuran ditarik dengan jelas antara fundamentalisme dan modernisme. Kontroversi yang hebat meletus di dalam berbagai denominasi. Perjuangan itu berat dan kadang-kadang terasa pahit. Masa depan gereja, sekolah theologi, seminari, dan badan-badan misi dipertaruhkan. Orang-orang yang meyakini Alkitab mencurahkan hidup dan sumber-daya mereka ke dalam entitas-entitas tersebut dan tidak rela mereka jatuh ke tangan musuh-musuh kebenaran

Namun sementara pertempuran berlangsung, beberapa kalangan jatuh keletihan. Tidak semuanya senang menjadi 'fundamentalis yang bertempur,' dan kontroversi terasa terlalu panjang bagi beberapa pihak. Mereka berpikir, sudah saatnya untuk mengubah pendekatan. Dari pemikiran ini, lahirlah gerakan yang kita rujuk sebagai "Injili Baru" ("The New Evangelicalism").

TRAGEDY OF COMPROMISE (Bag 1)

Serigala Berbulu Domba

Kontroversi Fundamentalis - Modernis
Tuhan sendiri yang memperingatkan, "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas" (Mat. 7: 15). Hal yang sama juga Paulus peringatkan mengenai 'serigala-serigala yang ganas' yang akan muncul ditengah-tengah kawanan untuk menerkam domba yang tak berdaya (Kis. 20: 29). Inti dari kedua perikop itu adalah bahwa serigala bisa tampak seperti domba. Hal ini merupakan cara Setan yang penuh tipu-daya. Agen-agennya telah "menyelusup" (sebuah frase di dalam Yudas 4 yang mengindikasikan kelicikan dan perbuatan yang dilakukan secara diam-diam). Bukanlah sesuatu yang mengagetkan jika iblis mempunyai keinginan untuk menyusup ke dalam jemaat, yang merupakan tubuh Kristus. Dengan melakukan hal tersebut, kekuasaan tertinggi iblis bisa menghalangi perkembangan Injil yang luar biasa.

TRAGEDY COMPROMISE (Pendahuluan)

Penerjemah Hasan Karman, MM (sekarang Walikota Singkawang)

Dikatakan bahwa politik adalah "seni kompromi yang tinggi." Mungkin ini benar dalam hal politik pragmatis, tetapi jelas tidak mungkin diterapkan di dalam theologi Kristen. Dahulu sejarah The National Association of Evangelicals (NAE/Persatuan Injili Nasional) menyandang semboyan, Kerjasama Tanpa Kompromi. Walau tidak banyak yang akan membantah ketepatan kata pertama yang digunakan untuk menggambarkan NAE, namun banyak pertanyaan serius akan muncul berkenaan dua kata yang terakhir.

Ada saat-saat kompromi merupakan hal yang bijak dan baik. Dalam pergaulan hidup sehari-hari, ada saat-saat ketika individu-individu atau kelompok-kelompok harus keluar dari sikap yang lebih ekstrim ke sikap yang lebih moderat. Suami dan isteri kadang-kadang harus saling mengalah. Komisi-komisi yang berusaha memecahkan masalah dan menentukan tujuan harus menerima persyaratan bersama. Orang-orang yang beritikad baik harus belajar untuk mengenyampingkan kepentingan pribadi demi mencapai pemecahan yang dapat diterima bersama. Kompromi seperti ini adalah benar dan baik dan memperluas hubungan yang lebih harmonis antara sesama manusia. Dengan kata lain, tidak semua kompromi itu jahat.

Tuesday, November 18, 2008

Happiness Is The Lord

Happiness is to know the Saviour,
Living a life within His favour,
Having a change in my behaviour,
Happiness is the Lord.

Happiness is a new creation,
Jesus and me in close relation,
Having a part in His salvation,
Happiness is the Lord.

Real joy is mine, no matter if teardrops start,
I’ve found the secret — It’s Jesus in my heart.

Happiness is to be forgiven,
Living a life that’s worth the living,
Taking a trip that leads to heaven,
Happiness is the Lord.


(from: Book Recipes for Living a Happy Life, DR. Timothy Tow)

APAKAH PETRUS PAUS YANG PERTAMA?

Perkataan Yesus kepada Petrus, “Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku” telah menyebabkan badai perdebatan yang belum mereda selama berabad-abad. Gereja Katolik Roma menyatakan bahwa kata-kata ini membuktikan Petrus telah dijadikan lebih unggul daripada rasul-rasul lainnya dan penghormatan ini telah dialihkan kepada paus-paus Gereja Katolik Roma. Dan kesimpulannya, ketika berbicara tentang takhta Petrus, yaitu ex cathedra, maka ia tidak mungkin bersalah.

Kewenangan Paus tidak lagi diterima secara serius oleh umat Katolik seperti dulu. Ketika ia berbicara mengenai keburukan Keluarga Berencana atau dosa perceraian, perkataannya sering kali tidak dihiraukan oleh banyak orang Katolik, khususnya di Amerika Serikat. Dewasa ini banyak orang yang menganggap dirinya orang-orang Katolik yang baik tidak sependapat dengan paus mengenai peran wanita di dalam gereja dan bahkan mengenai aborsi. Namun ajaran resmi Katolik Roma yang menyangkut kewenangan gereja dalam persoalan-persoalan seperti itu masih tetap berlaku.

Monday, November 17, 2008

BAPTISAN MENYELAMATKAN?

Apakah Baptisan menyelamatkan? Tidak cukupkah hanya karena Iman saja (Sola Fide)? Apakah Keselamatan perlu ditambah dengan syarat baptisan, ordonansi/peraturan yang diperintahkan Tuhan atau istilah yg terlanjur salah kaprah “Sakramen”.

Bila sepintas membaca bagian Alkitab, seakan-akan ada ayat-ayat yang mengajarkan bahwa Baptisan dapat menyelamatkan. 4 Ayat utama semacam itu ialah, “

Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.”(Mrk 16:16); 
"Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia, yaitu Roh Kudus.” (Kis 2:38); “

KNOWING GOD dan TEOLOGI DISPENSASI

Sebuah Kesaksian Subjektif,

Bulan November ini saya mendapat kejutan dengan menjadi pemenang ke-2 dari angket majalah BAHANA. Pegawai di toko Buku Bethania Jogja menanyakan apa hadiahnya. Saya menjelaskan bahwa hadiahnya tidak lain yaitu Sebuah buku berjudul Knowing God karya J.I. Packer, 1 kaset, dan 1 T-Shirt yang bertulis GET FOCUS! Untuk pertama kalinya saya memenangkan angket BAHANA setelah 2 kali dalam 2 tahun berturut-turut mengirim angket ini.

Sebelumnya pada bulan September saya juga memenangkan hadiah berlangganan gratis 6 edisi Renungan Harian Manna Sorgawi setelah mengisi angket pertanyaan juga. Saudara saya mendapatkan hadiah buku Rahasia Berjalan di Atas Air. Sampai bulan ini saya masih dikirimkan gratis Manna Sorgawi, renungan harian yang saya anggap paling favorit diantara banyak renungan harian lainnya. Manna Sorgawi sangat menarik karena berisi renungan setiap hari, ada bagian pendalaman Alkitab, ada humor, ada doa dan doa syafaat, kata-kata bijak, kata mutiara, pelajaran khusus dan juga kesaksian serta insert cover depan bergambar perkakas dalam Alkitab beserta sejarah dan ceritanya. Yang saya sukai yaitu Cover bergambar gedung-gedung gereja selama 2 tahun dari 2007-2008, ini saya koleksi karena akan berguna di masa yang akan dating untuk pembuatan dan penulisan buku tentang Profil 101 Gereja-Gereja di Indonesia.

Sebelum mendapat hadiah dari BAHANA, saya sudah pernah meminjam buku KNOWING GOD dari penginjil saya di gereja, dan sebuah kejutan bahwa buku ini saya dapatkan dengan cuma-cuma. Sekiranya diuangkan, total hadiah yang saya dapatkan sebagai pemenang BAHANA mungkin 100 ribu rupiah.

Menurut J.I Packer dalam prakata tahun 1993, dia sangat meragukan bahwa bukunya ini akan ada banyak peminatnya. Namun ternyata dia salah. Sampai hari ini sudah diterjemahkan dalam 12 bahasa dan terjual lebih dari 1 juta kopi, ternyata buku ini telah menjadi buku penunjang pertumbuhan rohani di dunia kekristenan. J.I Packer merasa takjub dan terheran-heran, dan tertunduk untuk terus mengucap syukur kepada Allah.

Pada awalnya ketika meminjam buku ini, begitu membacanya, saya tidak bersemangat meneruskan untuk membaca buku ini. Bagi saya, yang suka dengan buku bersifat pengajaran atau doktrin, buku ini tidak singkat, padat dan jelas, atau langsung pada sasaran, namun bersifat devosional dan mengajak merenung tentang Doktrin Allah.

Berbeda ketika mendapat hadiah buku ini, mungkin karena menganggap hadiah sebagai sebuah hadiah, maka saya mencoba untuk membaca lebih jauh buku yang tampak sangat baru dari cetakan ke-4 tahun 2008 ini. Dan ternyata, entah bagaimana, saya menjadi tertarik dan membaca bab demi bab, serta mencoba menguji diri dengan menjawab pertanyaan di setiap bab yang ada. Hasilnya sungguh menarik, saya memberi warna dengan stabilo saya di buku Knowing God tersebut. Sebagai Tuntunan Praktis untuk Mengenal Allah yang dilengkapi dengan panduan studi pribadi dan diskusi kelompok, memang harus diakui buku ini dapat menolong kita sebagai Orang Kristen untuk belajar Mengenal Allah dengan gaya kupasan buku yang berbeda dari buku-buku Doktrin. Saya mencoba membandingkan dengan buku Teologi Sistematika Louis Berkhof, tentu tidak berimbang karena gaya penulisan dan sasaran pembacanya tampaknya berbeda. Lebih baik dibandingkan dengan buku Teologi Sistematika karya Charles Caldwell Ryrie, seorang Teolog Dispensasi yang saya kagumi-- selain Alm. John Flipse Walvoord (disingkat John F. Walvoord), Dispensationalist yang sangat menekuni masalah Eskatologi yang menulis buku yang tebal Pedoman Lengkap Nubuat Alkitab diterbitkan oleh Kalam Hidup Bandung), Cyrus Ingersoll Scofield (yang dikenal dari Alkitab KJV/AV 1611 dengan komentari dari C.I. Scofield, Alkitab ini dikenal dengan nama Alkitab Scofield, dari beliau jugalah Teologi Dispensasi terus berkembang), Henry Clarence Thiessen (alm) dengan bukunya Teologi Sistematika yang diterbitkan Gandum Mas—dengan bahasa awam dan gaya penyajian dan penulisan untuk orang awam namun tetap sistematis, Ryrie mampu membuat sebuah buku Teologi Sistematika yang Doktrinal menjadi buku yang enak dibaca dan mudah dipahami. Buku ini berjudul Teologi Dasar 1&2: Panduan Populer untuk Memahami Kebenaran Alkitab yang juga diterbitkan Andi Offset, saat ini sudah memasuki cetakan ke-8 sejak 1992.

Nah, buku-buku yang saya sebutkan di atas sesungguhnya sangat menarik untuk dibaca dan digali oleh pembaca awam manapun. Bagi anda yang ingin mengenal Allah dengan bentuk gaya devosional, buku J.I. Packer bisa jadi alternatif pilihan anda dan bagi anda yang mau belajar Teologi Sistematika dari sudut pandang Teologi Dispensasi, buku-buku di atas bisa jadi buku utama anda. Patut diingat, seorang Dispensationalist pasti Premillenium dalam Eskatologinya. Namun seorang yang menganut Premillenium dalam Eksatologi (doktrin Akhir Zaman)-nya, belum tentu seorang Dispensationalist.

Thursday, November 13, 2008

CARA MENGENAL AJARAN SESAT

(khotbah Dr. Suhento Liauw, posted by Andrew Liauw, M.Th)

Kita tahu bahwa ada banyak agama di muka bumi ini, bahkan jumlahnya tak terhitung.

Pertama, ada banyak agama yang tidak memiliki kitab tertulis yang diyakini firman Allah. Allah yang berhikmat itu sanggup menulis dan Allah yang tidak sanggup menulis itu adalah Allah yang tidak berhikmat. Karena tidak memiliki kitab tertulis yang bisa dijadikan patokan pengajaran dan tuntunan kehidupan, maka tentu berakibat pada pengajaran dan kehidupan umat yang tidak menentu.

TIDAK PERNAH DENGAR INJIL TETAP AKAN MASUK NERAKA, LALU, SIAPA YANG SALAH?

PERTANYAAN UMUM
Sekalipun dunia dengan teknologi komunikasinya sudah sangat canggih, namun tentu masih ada orang yang tinggal di hutan atau tempat yang tak terjangkau Injil. Jika mereka meninggal, apakah ada pengampunan khusus bagi mereka karena mereka belum pernah mendengar tentang Injil? Atau bagaimanakah nasib penduduk negara-negara Arab yang dilarang oleh pemerintahnya mendengarkan berita Injil? Pertanyaan-pertanyaan demikian sering muncul dalam acara seminar Doktrin tentang Keselamatan (Soteriology). Tentu kita harus melihat jawabannya di dalam Alkitab.

INJIL YANG MURNI
Injil yang murni mengajarkan bahwa manusia diselamatkan melalui pertobatan dan percaya kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamatnya. Rasul paulus dalam Roma 10:9-10 berkata, "sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan."

DOMBA KORBAN

Oleh: Dr. Suhento Liauw
Rektor GRAPHE INTERNATIONAL THEOLOGICAL SEMINARY (GITS)
Gembala Gereja Baptis Independen Alkitabiah (GBIA) GRAPHE
------------------------------------------------------------

Ide tentang Domba korban itu bukan sesuatu yang baru. Banyak orang bahkan pernah menyaksikan sekumpulan domba atau kambing sedang dipersiapkan untuk dijadikan korban.

Mengapa Mempersembahkan Korban?

Banyak pemimpin agama mengajar umat mereka untuk mempersembahkan korban. Namun sering kali tidak mengajarkan alasan dan tujuan dalam mempersembahkan korban. Akhirnya, mereka menghasilkan umat yang hanya sekedar menurut saja, tanpa memahami makna perbuatan mereka sendiri. Sesungguhnya domba korban diperlukan manusia setelah umat manusia jatuh ke dalam dosa. Allah pencipta langit dan bumi adalah Allah yang maha suci, yang tidak bisa berkompromi dengan dosa atau kejahatan, yang sekecil apapun. Ia pasti akan menjatuhkan penghukuman terhadap siapa saja yang berbuat dosa. Ia tidak akan memandang amal mereka, karena amal mereka tidak dapat menghapuskan dosa mereka, melainkan hanya membuat mereka lebih terhormat di hadapan manusia. Tidak ada amal yang dapat menghapuskan dosa! Manusia yang bodoh saja tahu, bahwa orang yang telah melakukan pembunuhan itu perlu dihukum, bukan disuruh berbuat amal, apa lagi Tuhan. Mungkinkah Tuhan yang sanggup menciptakan langit dan bumi tidak memakai cara yang benar, melainkan membiarkan manusia berdosa memakai amal untuk menutupi dosanya?

Sebagai contoh, kalau seseorang tertangkap mencuri sesuatu, maka ia akan dijatuhkan hukuman terkurung di dalam penjara untuk suatu jangka waktu. Setelah ia menjalankan penghukumannya, maka hutang dosanya telah terlunaskan di hadapan hukum. Demikian juga prinsip hukum Tuhan berlaku. Prinsip tata-hukum manusia itu pada hakekatnya berasal dari prinsip tata-hukum Tuhan. Karena Tuhanlah yang memberikan akal budi kepada manusia.

Ide tentang korban itu dihasilkan dari prinsip penjatuhan hukuman. Sama artinya dengan penjatuhan hukum denda terhadap orang yang bersalah. Artinya, karena kesalahannya, seseorang perlu membayar ganti rugi atau menerima penghukuman. Bisa berupa hukuman badan (cambuk atau penjara), atau berupa hukuman materi (denda uang atau barang). Orang-orang yang mempersembahkan sesajian itu sebenarnya bermaksud datang untuk membayar ganti rugi kesalahannya secara materi.

Adam dan Hawa tahu persis, bahwa Allah tidak mungkin berkompromi terhadap dosa yang telah mereka perbuat. Karena mereka adalah orang pertama yang jatuh ke dalam dosa, maka pasti mereka mengetahui, atau setidaknya mereka mendengar tentang akibat dosa mereka, dan juga cara untuk mendapatkan pengampunan. Setelah mereka mengetahui bahwa cara untuk mendapatkan pengampunan itu ialah menjadikan seekor domba sebagai korban pengganti mereka sementara menunggu "domba Allah" yang sedang dipersiapkan, maka tentu mereka meneruskan ajaran itu kepada anak cucu mereka.

Dalam cerita Kain dan Habel, terkandung makna bahwa pada prinsipnya mereka tahu dengan jelas tentang jalan keselamatan. Tetapi rupanya Kain tidak serius dalam menanggapi makna jalan keselamatan yang diajarkan Allah. Sedangkan Habel lebih berhikmat, dan tulus, sehingga dia menuruti tata-cara yang dikehendaki Allah.

Apa yang dilakukan oleh Kain itu hampir sama dengan tindakan orang-orang yang mempersembahkan sesajian yang berupa makanan, buah-buahan, dan berbagai benda materi lain. Mereka berpikir bahwa dengan mengganti rugi secara materi maka dosa mereka akan diampuni. Atau, hanya dengan motivasi untuk sekedar mempersembahkan apa yang ada pada mereka tanpa menghiraukan kehendak Allah. Karena Kain seorang petani, ya...dipersembahkannyalah hasil pertaniannya. Prinsip dan caranya dikuti oleh kebanyakan manusia di dunia ini. Mereka seolah-olah berkata, "Tuhan seharusnya mengerti keadaan saya dan menuruti jalan dan cara saya."

Namun Habel mempersembahkan domba yang tak bercacat. Tentu saja Tuhan berkenan kepada persembahan Habel. Ia telah melakukan tepat seperti kehendak Tuhan, yaitu seperti yang didengarnya dari orangtuanya. Mereka harus percaya kepada Penyelamat yang akan dikirim Allah, dan sebelum Penyelamat itu datang untuk menanggung dosa mereka, domba adalah gambaranNya. Kain juga pasti mendengar hal yang sama, tetapi mungkin karena dia tidak rela mematuhi perintah Tuhan, maka dipilihnya jalan yang baik menurut pendapatnya.

Ketika Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, mereka merasa sangat malu,
juga merasa segan untuk bertemu dengan Allah. Mereka menyadari akan
kesalahan mereka. Karena kesalahan mereka, Allah menyembelih seekor
binatang dan memakai kulit binatang itu untuk menutupi tubuh mereka.
Arti "korban" yang sebenarnya ialah "pihak yang menerima akibat atas
kesalahan pihak lain." Kalau ia menerima akibat kesalahannya sendiri,
itu bukan korban, melainkan upah perbuatannya. Binatang korban adalah
binatang yang dibunuh untuk kesalahan seseorang. Ia dinamakan
binatang korban, karena tujuan kematiannya itu sebagai korban.

Allah telah menetapkan untuk memakai domba sebagai gambaran tentang
Sang Penyelamat yang akan dijadikan korban penghapus dosa. Allah
tidak memilih babi, anjing maupun ayam, apa lagi sayur-sayuran. Apa
makna dibalik ketetapan untuk memakai domba sebagai binatang korban?
Tentu karena domba memiliki sifat-sifat khusus yang cocok untuk
melambangkan Sang Penyelamat yang akan diutus. Dan, keadaan domba
yang tak bercacat melambangkan kesucian. Kalau tidak melambangkan
sesuatu, berarti binatang apa saja bisa dijadikan korban, sesuai
dengan apa yang dimiliki oleh seseorang. Domba yang tak bercacat itu
melambangkan bahwa Penyelamat yang akan datang untuk menyelamatkan
manusia dari penghukuman itu adalah pribadi yang tidak berdosa.

Orang yang mengorbankan domba atas dosanya, harus mempercayai janji
Allah, yaitu janji pengiriman seorang Penyelamat. Tanpa beriman
kepada Sang Penyelamat, sekalipun mereka mempersembahkan seribu ekor
domba, dosa mereka akan tetap tak terhapuskan. Sebab, kalau dosa
dapat terhapuskan hanya melalui penyembelihan domba, maka orang kaya
pasti akan lebih gampang masuk Surga, berhubung mereka memiliki lebih
banyak uang untuk membeli domba.

Tentu pertanyaan berikut akan muncul, "mengapakah manusia yang
berbuat dosa, tetapi domba yang menjadi korbannya?" Seharusnya,
karena manusia yang berdosa, maka manusia jugalah yang harus
menanggungnya, bukan domba. Benar, berikut ini ada beberapa prinsip
kebenaran yang harus diingat untuk mengerti rahasia illahi.

1. Pertama, setiap manusia yang berdosa pasti akan dihukum.

2. Kedua, manusialah yang harus menganggung dosa manusia, bukan
binatang.

3. Ketiga, orang berdosa tidak bisa menjadi penanggung dosa orang
lain, karena ia sendiri harus menanggung dosanya sendiri. Hanya orang
yang tidak berdosa yang dapat menjadi penanggung dosa orang lain.

4. Keempat, tidak ada orang benar di dunia ini. Satu orang pun tidak
ada. Benih dosa Adam dan Hawa telah diturunkan kepada setiap manusia
yang lahir dari mereka. Tanpa perlu diajar, semua manusia cenderung
berbuat dosa.

Hanya ada satu jalan untuk menyelesaikan dosa manusia. Yaitu melalui
seorang manusia yang tidak berdosa yang rela menggantikan manusia
berdosa menerima penghukuman. Mungkinkah ada seorang manusia yang
tidak berdosa yang rela menanggung dosa orang lain? Mungkin ada orang
yang berani mati bagi seseorang yang sangat dikasihinya, bahkan ia
rela menanggung dosa kekasihnya di Neraka. Namun, jika ia sendiri
juga seorang berdosa, ia tidak layak menjadi penanggung dosa, karena
ia sendiri termasuk yang akan dihukum di Neraka. Hukuman yang
diterimanya di Neraka itu adalah porsi untuk dirinya, bukan porsi
orang lain yang ditanggungnya. Adakah orang yang tak berdosa yang
secara sukarela menyerahkan diri menjadi penanggung dosa?

Bagi manusia, hal itu mustahil. Karena ada beberapa syarat yang
menghalanginya. Syarat yang pertama, sang Penyelamat harus seorang
yang tak berdosa. Syarat kedua, harus dilakukan atas kesukarelaan
hatinya. Itu berarti, diperlukan seorang yang maha suci dan juga maha
kasih. Dari persyaratan-persyaratan tersebut di atas, jelas sekali
hanya Allah saja yang dapat melakukan semua itu.

Kita bersyukur sekali karena Dia telah merencanakan dan bahkan telah
bertindak untuk menyelamatkan manusia yang jatuh ke dalam dosa.
Tindakan yang Allah lakukan adalah yang tidak akan bertentangan
dengan sifat-sifatnya. Ia tidak bisa menolong orang miskin dengan
barang curian dari orang kaya. Karena tindakan mencuri bertentangan
dengan sifat kesucianNya. Allah dapat melakukan segala sesuatu dengan
satu syarat, yaitu yang tidak bertentangan dengan sifat-sifatNya. Dia
adalah Allah yang maha kasih. Tetapi Dia juga Allah yang maha suci
dan maha adil.

Untuk menyelamatkan manusia berdosa dengan cara yang tidak
bertentangan dengan sifat-sifatNya, Allah menjelma menjadi manusia.
Manusia jelmaan Allah itu diberi nama Yesus, yang artinya
Juruselamat. Ketika Allah mempersiapkan Sang Penyelamat itu, Ia
memerintahkan manusia berdosa untuk percaya kepada janjiNya.

Sementara menunggu Sang Penyelamat, Allah memerintahkan manusia untuk
melakukan sesuatu yang menggambarkan proses penyelamatan itu dengan
iman. Sang Penyelamat digambarkan dengan domba yang tak bercacat, dan
setiap orang berdosa yang ingin diselesaikan dosanya harus menimpakan
dosanya ke atas domba itu.Jadi, mempersembahkan korban domba adalah
perbuatan yang menggambarkan program Allah untuk menyelamatkan
manusia. .

Yang Allah inginkan adalah domba yang tak bercacat, bukan babi, bukan
ayam dan juga bukan sayuran atau buah-buahan. Perintah untuk memakai
domba bukan tanpa alasan, melainkan dengan maksud yang sangat khusus,
yaitu untuk menggambarkan Sang Penyelamat yang direncanakan Allah.

Ribuan tahun telah dihabiskan untuk menapak jalan bagi Sang
Penyelamat. Itu sama sekali bukan karena ketidakmampuan Allah,
melainkan oleh karena maksud lain.

Salah satu alasan penundaan ialah, untuk menghindari pemalsuan yang
akan mencelakai manusia yang tidak berhati-hati. Allah memakai waktu
yang begitu panjang untuk menuliskan tanda-tanda Sang Penyelamat
sebelum kedatanganNya, agar orang-orang dapat mengenalNya dan iblis
tidak dapat memalsukanNya.

Untuk menghindari pemalsuan, Allah menyelipkan tanda-tanda tentang
Sang Penyelamat ke dalam catatan sejarah, lagu Zabur/Mazmur, dan
tulisan Nabi-nabi. Banyak orang tidak dapat melihat tanda-tanda itu,
terutama mereka yang mengabaikan masalah kerohanian. Tetapi bagi
mereka yang mempunyai kemauan untuk menyelidik, yaitu yang menganggap
bahwa keselamatan adalah hal penting, mereka dapat melihat tanda-
tanda itu dengan jelas. Bagi orang yang tidak menaruh perhatian, apa
boleh buat, karena jika dia tidak mau menyelamatkan dirinya, lebih
sulit lagi bagi orang lain untuk menyelamatkannya.

Allah sengaja menuliskan kitab-kitab itu secara cicilan, dan
dituliskan seolah-olah itu kitab hukum (Taurat), seolah-olah buku
nyanyian (Mazmur), dan seolah-olah kitab sejarah (Yosua-Ester). Iblis
tidak menyadari bahwa di dalamnya berisikan tanda-tanda Sang
Penyelamat yang dijanjikan Allah.

Berikut ini adalah beberapa tanda utama yang diberikan;

1. Ia akan dilahirkan dari keturunan Abraham/Ibrahim (Tertulis dalam
kitab Taurat pertama/Kejadian pasal 22 ayat 18). Tanda ini
mengecualikan orang lain yang bukan keturunan Ibrahim. Kalau ada
keturunan non-Ibrahim berkata bahwa dirinya adalah Sang Penyelamat
yang akan dikirim, jangan percaya! Sebab, di dalam Kitab Taurat telah
tertulis bahwa Sang Penyelamat adalah keturunan Ibrahim.

Perlu diketahui, bahwa semua tanda ditulis jauh sebelum Sang
Penyelamat datang. Jadi, tulisan itu bersifat nubuatan.

2. Agar semua orang bisa mengenal sang Penyelamat, Allah menambahkan
tanda-tanda lain. Antara lain; bahwa ia akan dilahirkan dalam
keluarga Daud (Tertulis dalam kitab II Samuel 7:13).

3. Selain lahir dari keluarga Daud, ia akan dilahirkan oleh seorang
perawan (Dalam kitab Yesaya 7:14).

4. Ia akan dilahirkan di kota Betlehem (Dalam kitab Mikha 5:1),

5. Ia akan dibunuh sebagai korban (Dalam kitab Yesaya 53:12).

Hal yang sangat mengagumkan ialah, ada sekitar tiga ratus tanda telah
dituliskan sebelum kedatanganNya. Kalau ditulis setelah kejadian,
banyak sejarahwan dapat melakukannya. Tetapi, menuliskan tanda-tanda
itu sebelum kejadian, itu membuktikan bahwa Allah ikut campur tangan
dalam penulisan kitab-kitab itu.

Kita tiba pada bagian yang terpenting. Setiap orang yang mau diampuni
dosanya, harus memakai cara yang ditetapkan Allah. Orang yang memakai
caranya sendiri, atau cara yang diajarkan oleh orang yang sebenarnya
tidak tahu, atau terjebak ke dalam cara yang diciptakan oleh iblis,
pasti akan berakhir seperti Kain. Ia ditolak oleh Allah. Kain tidak
percaya kepada Allah, oleh sebab itu ia tidak mau menuruti jalan yang
ditentukan Allah. Biasanya orang-orang seperti Kain tidak berusaha
mengetahui jalan yang benar. Kelihatannya dia tidak peduli, apakah
akan masuk Surga atau masuk Neraka.

Salomo berkata, "Ada jalan disangka orang lurus, tetapi ujungnya
menuju maut." Oh, banyak sekali orang yang seperti Kain di dunia ini.
Tetapi orang-orang seperti Habel juga ada. Mereka menaruh perhatian
terhadap hal-hal rohani, suka menyelidik, dan ingin mengetahui jalan
yang benar. Mereka berusaha menyelidiki tanda-tanda yang Allah
berikan. Tentu mereka akan mendapatkannya, karena tanda yang telah
diberikan itu sangat jelas. Tanda-tanda itu bukan disediakan untuk
orang pintar atau terpelajar saja, melainkan untuk setiap orang yang
ingin diselamatkan dari penghukuman kekal di Neraka.

Disamping Allah berusaha keras untuk menyelamatkan manusia dari
penghukuman, iblis juga berusaha keras untuk menghalangi usaha itu.
Ia berusaha menyebarkan issue bahwa kitab Taurat, Zabur/Mazmur, dan
kitab yang ditulis oleh Nabi-nabi itu telah dipalsukan.

Seharusnya mereka berpikir sedikit. Kalau Allah sanggup menciptakan
langit dan bumi, tentu Dia juga sanggup menghindarkan kitab yang
telah diilhaminya dari pemalsuan. Seharusnya mereka juga berpikir
bahwa kalau seseorang menyatakan sesuatu palsu, seharusnya dia pernah
melihat atau memiliki yang asli. Kalau dia tidak pernah melihat atau
memiliki yang asli, ada kemungkinan tindakannya dilatarbelakangi
tujuan yang tidak murni. Celakanya, banyak orang hanya ikut saja,
tanpa berkeinginan untuk mengetahui fakta yang sebenarnya. Seharusnya
mereka tahu, bahwa tidak ada hal yang lebih penting dari hal ini.
Sekali mereka salah beriman, maka akan berakibat kekal di Neraka.

Alkitab maupun sejarah, bersama-sama membuktikan bahwa hanya ada satu
orang saja yang memenuhi semua tanda sebagai Penyelamat sebagaimana
tertulis dalam kitab Taurat, Zabur dan Para Nabi.

Tentu bukanlah suatu kebetulan kalau orang itu ternyata menggenapi
semua tanda yang ditulis oleh Musa, Daud, dan Nabi-nabi jauh
sebelumnya. Penghitungan tahun yang dipakai secara international,
yaitu 1995, adalah tahun yang dihitung mulai dari kelahiranNya.
Sebelum kelahiranNya, malaikat menampakkan diri kepada Maria untuk
memberitahukan bahwa ia akan mengandung dan melahirkan seorang anak.
Tentu dia sangat heran karena dia tahu bahwa dirinya belum menikah.
Tetapi malaikat menenangkannya sambil memberitahukannya bahwa itu
akan terjadi oleh Roh Allah, dan Anak itu akan disebut immanuel, yang
berarti Allah beserta kita.

KelahiranNya membawa penyertaan Allah kepada kita. Maria telah
bertunangan dengan seorang yang bernama Yusuf, yang secara hukum
bertindak sebagai ayah dari Anak yang akan lahir. Karena itu malaikat
datang dan memberitahu kepadanya, bahwa Anak itu harus diberi nama
Ihsou (baca Iesou). Ihsou adalah kata bahasa Yunani yang berarti
Penyelamat. Bahasa lain hanya mengambil bunyinya saja. Misalnya,
dalam bahasa Indonesia Ia dipanggil Yesus, orang Arab menyebutnya
Isa, bahasa Inggris menyebutnya Jesus, bahasa Tionghoa menyebutnya
Yeshu.

Tidak ada posisi netral. Kalau tidak mengakuiNya, berarti menolakNya.

Yesus Adalah Domba Allah
Ketika Yahya atau Yohanes, orang yang diutus Allah, melihat Yesus, ia berseru, "Lihatlah anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia" (Yoh 1:29) Semua orang Yahudi yang mendengar, tahu bahwa Yohanes menyamakan Yesus dengan domba korban yang diajarkan dalam kitab Taurat, Zabur, dan Nabi-nabi. Ia menjelma menjadi manusia, menempati posisi domba korban. Oleh sebab itu ketika Ia dituntut untuk disalibkan, Ia sama sekali tidak membantah. Banyak orang tidak mengerti makna penyaliban Yesus.

"Tetapi Dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, Dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadaNya.... Dia dianiaya, tetapi Dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutNya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian.." (Yesaya 53:5, 7)

Siapa lagi yang dimaksudkan oleh nabi Yesaya kalau bukan Yesus yang dibawa untuk disalibkan? Sekali lagi, nabi Yesaya menulis semua ini sekitar tujuh ratus tahun sebelum peristiwa itu terjadi. Kitab nabi Yesaya ada di antara mereka yang melaksanakan penyaliban.

Jalan Keselamatan Telah Tersedia

Segala sesuatu telah jelas. Maksud Allah memerintahkan orang yang jatuh ke dalam dosa untuk mempersembahkan domba sebagai korban dosa ialah karena Ia akan mengirim Yesus. Yesus, yang berarti Penyelamat adalah manusia yang dilahirkan oleh Roh Allah.

Kita, yang hidup sesudah pelaksanaan pengorbanan domba Allah, diperintahkan untuk beriman kepadaNya. Hanya melalui percaya kepadaNya, manusia bisa diselamatkan dari penghukuman.

Orang-orang yang hidup sebelum penyalibanNya percaya pada Juruselamat yang akan menanggung dosa mereka, sedangkan kita yang hidup sesudah penyaliban, percaya pada Juruselamat yang telah menanggung dosa kita. Abraham yang hidup dua ribu tahun sebelum penyalibanNya percaya kepada Juruselamat yang akan menanggung dosanya, yang dilaksanakan dua ribu tahun sesudah dia, sedangkan kita percaya kepada Juruselamat yang telah menanggung dosa kita dua ribu tahun yang lalu.

Tidak ada satu orang pun dapat masuk ke Surga tanpa percaya kepada Juruselamat yang telah ditentukan Allah, yaitu diriNya sendiri yang menjelma menjadi manusia. Yesus berkata, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku" (Yoh 14:6).

Terimalah Hadiah Itu
Allah telah menyediakan dombaNya. Yesus disebut Anak Domba Allah yang
menanggung dosa isi dunia. Peristiwa penanggungan dosa juga telah
terlaksana. Siapapun yang masih mempersembahkan domba/ kambing korban
itu menyatakan diri menolak domba yang Allah sediakan. Perbuatan itu
mengandung arti, ingin tetap memakai cara simbolik, daripada yang
disimbolkannya. Atau, hanya sekedar melaksanakan upacara tanpa
memahami maknanya. Ingatlah! Domba Allah telah dikorbankan. Jangan
mengorbankan domba/kambing yang mengembek lagi. Itu adalah penghinaan
terhadap Domba Allah.

Sebagaimana Allah memerintahkan orang yang mempersembahkan korban
domba memegang kepala domba sebagai tanda percaya, demikian juga
setiap orang yang hidup sesudah peristiwa Penyaliban Domba Allah,
perlu meletakkan "tangan tanda percaya" pada Yesus. Tentu tidak
mungkin bagi kita untuk kembali ke saat penyaliban untuk meletakkan
tangan di kepalaNya. Yang dapat kita lakukan sekarang ialah,
menerimaNya ke dalam hati kita dengan iman.

Penghapusan dosa terjadi, kalau ada tindakan untuk menerima jasa
Penanggung dosa, serta penyerahan dosa kepada si Penanggung. Ini
adalah transaksi rohani yang dikerjakan dengan iman. Tindakan inilah
yang terpenting dalam seluruh kehidupan seseorang sejak ia dilahirkan
ke dalam dunia. Yesus yang telah mati disalib kemudian bangkit dari
kematian pada hari ke-tiga karena Ia adalah Allah. Ia maha hadir dan
maha tahu. Sekarang Ia ada di sini, di samping anda, serta sedang
menantikan keputusan anda.

1. Mengaku bahwa anda adalah orang berdosa yang membutuhkan jasa
pengorbananNya.

2. Menyatakan dengan kata-kata, bahwa anda menerimaNya sebagai
Penyelamat anda.

3. Nyatakan terima kasih anda atas pengorbananNya di kayu salib.

Kalau anda tidak menemukan kata-kata yang tepat, pertimbangkanlah
kata-kata berikut. Mungkin itu sesuai dengan isi hati anda. Kalau
sesuai, ucapkanlah.

Tuhan Yesus, saya sadar bahwa saya adalah orang berdosa yang akan binasa. Saya sangat membutuhkan pengorbananMu. Saya menerima Engkau sebagai Juruselamat saya pribadi. Engkaulah domba korban saya di hadapan Allah. Terima kasih atas pengorbananMu. Saya berdoa dengan segenap hati saya. Amin.

Pejamkanlah mata agar konsentrasi anda tidak terganggu, dan ucapkanlah seluruh isi hati anda itu kepada Tuhan Yesus. Sekarang!

Hal-hal Yang Perlu Diingat

1. Sejak anda mengakui dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat anda, semua dosa anda telah ditanggung olehNya. Anda adalah orang suci, dan menjadi anggota keluarga Allah. Anda adalah Orang yang bersiap-siap untuk masuk Surga.

2. Karena anda adalah anggota keluarga Allah, maka Allah menyediakan banyak berkat bagi anda. Anda perlu mengetahuinya. Untuk itu, bacalah Alkitab mulai dari kitab Perjanjian Baru, catatan tentang kehidupan dan pengajaran Tuhan Yesus.

3. Dapatkanlah anggota keluarga Allah yang lain sebagai saudara, agar bisa saling membagi suka dan duka. Jadilah anggota sebuah gereja yang mengajarkan kebenaran firman Tuhan agar anda dapat bertumbuh di dalam iman.

SIAPAKAH KRISTEN FUNDAMENTALIS ITU?

Oleh: Dr. Suhento Liauw
---------------------------
Kebanyakan orang Kristen di Indonesia tidak mengenal Kristen Fundamentalis. Yang dikenal adalah kaum Injili, Liberal, Pantekosta, dan Reform atau Protestan. Tahun 70-an di mata sebagian orang Kristen Indonesia, yang alkitabiah adalah yang Injili sedangkan yang Liberal itu salah tanpa pengertian.

Tahun 80-an setelah Stephen Tong mendirikan Reform, sebagian orang Indonesia yang kurang informasi berpikir yang berbau Reform itulah yang alkitabiah. Sesungguhnya siapakah Fundamentalis, Liberal, Injili, dll. itu? Apakah ada perbedaannya jika kita menjadi salah satu dari mereka? Ikutilah nasehat Yakobus, "tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit (tidak menegur), maka hal itu akan diberikan kepadanya (1:5).

Tuesday, November 11, 2008

KEMURTADAN PRIBADI

"Waspadalah, hai saudara-saudara, supaya di antara kamu jangan terdapat seorang yang hatinya jahat dan yang tidak percaya oleh karena ia murtad dari Allah yang hidup." (Ibr 3:12)

Kemurtadan (Yun. apostasia) dipakai dua kali dalam PB sebagai kata benda (.Kis 21:21; 2 Tes 2:3) dan di dalam .Ibr 3:12 dalam bentuk kata kerja (Yun. _aphistemi_; dalam versi lain diterjemahkan sebagai "berbalik dari"). Istilah Yunani ini ditegaskan sebagai tindakan meninggalkan, berkhianat, memberontak, mengundurkan diri atau berbalik meninggalkan sesuatu yang dahulu diikuti.

1) Menjadi murtad berarti memutuskan hubungan keselamatan dengan Kristus atau mengundurkan diri dari persekutuan yang sangat penting dengan Dia dan iman yang sejati kepada-Nya

Dengan demikian kemurtadan pribadi hanya dapat terjadi pada seseorang yang sebelumnya sudah mengalami keselamatan, kelahiran baru, dan pembaharuan melalui Roh Kudus (bd. .Luk 8:13; Ibr 6:4-5); kemurtadan bukan sekedar tindakan menyangkal doktrin PB oleh mereka yang belum diselamatkan di dalam jemaat. Kemurtadan mungkin meliputi dua aspek yang berbeda namun berhubungan:

10 ALASAN UNTUK MEMPERCAYAI KRISTUS LEBIH DARI PADA AGAMA

10 ALASAN UNTUK MEMPERCAYAI KRISTUS LEBIH DARI PADA AGAMA

1. Kristus adalah Seseorang untuk Dikenal dan Dipercayai
2. Agama adalah sesuatu untuk Dipercayai dan Dilakukan
3. Agama tidak Mengubah Hati
4. Agama Merumitkan yang Sederhana
5. Agama Lebih Mementingkan Persetujuan Manusia daripada Perkenanan Allah
6. Agama Menjadikan Kita Orang-Orang Munafik
7. Agama Menjadikan Hidup Lebih Sulit Lagi
8. Agama Menjadikan Kita Mudah Menipu Diri Kita Sendiri
9. Agama Menyembunyikan Kunci Pengetahuan
10. Agama Menyesatkan Para Pengikutnya


1. KRISTUS ADALAH SESEORANG UNTUK DIKENAL DAN DIPERCAYAI
Kristus lebih dari sekedar suatu sistem, tradisi, atau kepercayaan. Dia adalah satu Pribadi yang mengetahui kebutuhan-kebutuhan kita, merasakan penderitaan kita, dan bersimpati dengan kelemahan kita. Bila kita percaya kepadaNya, Dia mengampuni dosa kita, menjadi perantara bagi kita, dan membawa kita kepada BapaNya. Dia menangis untuk kita, mati untuk kita, dan bangkit dari kematian untuk membuktikan bahwa Dia adalah sesuai dengan apa yang Dia klaim tentang DiriNya. Dengan menaklukkan kematian, Dia menunjukkan bahwa Ia mampu menyelamatkan kita dari dosa-dosa, hidup melalui diri kita dalam dunia ini, dan kemudian dengan aman membawa kita ke surga. Ia memberi diriNya sebagai suatu anugerah bagi siapa saja yang mau percaya kepadaNya. (.Yoh 20:24-31)

Norma-Norma Moralitas Seksual

"Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah." (Ibrani 13:4)

Yang terutama orang percaya harus murni secara moral dan seksual (2 Kor 11:2; Tit 2:5; 1 Pet 3:2). Kata "murni" (Yunaninya hagnos_ atau _amiantos) berarti bebas dari semua noda hal-hal yang cabul. Kata ini menekankan agar menahan diri dari segala tindakan dan pikiran yang merangsang keinginan yang tidak selaras dengan keperawanan atau janji-janji nikah seseorang. Kata ini juga menekankan agar mengendalikan diri dan menjauhi semua tindakan dan rangsangan seksual yang dapat menajiskan kemurnian seseorang di hadapan Allah. Hal itu termasuk menguasai tubuh kita sendiri dan "hidup dalam pengudusan dan penghormatan" (1 Tes 4:4), dan bukan "di dalam keinginan hawa nafsu" (1 Tes 4:5). Petunjuk alkitabiah ini berlaku baik bagi mereka yang hidup lajang maupun bagi mereka yang sudah menikah. Mengenai ajaran Alkitab soal moralitas seksual, perhatikan hal-hal berikut:

1) Hubungan sanggama hanya diizinkan bagi mereka yang sudah menikah dan disetujui serta diberkati Allah dalam keadaan itu saja ( Kej 2:24; Kid 2:7; 4:12]

Melalui pernikahan suami dan istri menjadi satu daging menurut kehendak Allah. Kesenangan jasmaniah dan emosional yang dihasilkan dalam hubungan pernikahan yang setia telah ditetapkan oleh Allah dan dihormati oleh-Nya.

2) Perzinahan, tindakan seksual yang tak bermoral, homoseksualitas, sensualitas, ketidaksucian, dan nafsu-nafsu yang hina dipandang sebagai dosa (Kel 20:14] yang hebat di hadapan Allah karena merupakan pelanggaran terhadap hukum kasih dan pencemaran hubungan pernikahan. Dosa-dosa semacam itu dikutuk dalam Alkitab (Ams 5:3) dan menempatkan seseorang di luar kerajaan Allah (Rom 1:24-32; .1Kor 6:9-10; Gal 5:19-21).

3) Tindakan seksual yang tak bermoral dan ketidaksucian bukan saja berupa perbuatan sanggama dan persetubuhan yang terlarang, tetapi juga meliputi setiap perbuatan pemuasan seksual dengan orang lain yang bukan pasangan nikahnya, yang dilaksanakan dengan menyingkapkan ketelanjangan orang tersebut. Ajaran kontemporer yang mengatakan bahwa hubungan seksual di antara kaum muda dan orang dewasa yang belum nikah tetapi sudah bertunangan dapat diterima sejauh tidak terjadi hubungan sanggama, merupakan ajaran yang bertentangan dengan kekudusan Allah dan norma kesucian Alkitab. Allah secara tegas melarang setiap bentuk "hubungan seksual dengan" (secara harfiah artinya "menyingkapkan ketelanjangan") siapa saja yang bukan suami atau istri yang sah (.m 18:6-30; .Im 20:11,17,19-21; Im 18:6]

4) Orang percaya harus menjalankan penguasaan diri dalam kaitan dengan semua hal seksual sebelum pernikahan. Membenarkan keintiman seksual pranikah dalam nama Kristus hanya berlandaskan suatu komitmen yang sungguh-sungguh atau yang hanya dirasakan kepada pasangannya secara terang-terangan mencemarkan norma-norma kudus dari Allah dengan cara-cara duniawi sehingga sesungguhnya membenarkan kedursilaan. Setelah menikah, keintiman seksual harus terbatas pada pasangan nikahnya saja. Alkitab menyebutkan penguasaan diri sebagai salah satu aspek buah Roh, kelakuan yang positif dan murni yang bertentangan dengan permainan seksual, pemuasan seksual, perzinaan dan ketidakmurnian. Komitmen iman seseorang terhadap kehendak Allah dalam hal kemurnian akan membuka jalan untuk menerima karunia penguasaan diri oleh Roh Kudus ini (Gal 5:22-24).

5) Istilah-istilah Alkitab yang digunakan untuk tindakan seksual yang dursila, yang menggambarkan luas kejahatan itu, adalah sebagai berikut:

(a) Kedursilaan seksual (Yun. _porneia_) menggambarkan aneka ragam perbuatan seksual sebelum atau di luar pernikahan; istilah ini tidak terbatas pada perbuatan sanggama. Setiap kegiatan atau permainan seksual yang intim di luar hubungan pernikahan, termasuk menyentuh bagian-bagian kelamin atau menyingkapkan ketelanjangan seseorang, terangkum dalam istilah ini dan jelas merupakan pelanggaran terhadap norma-norma moral Allah bagi umat-Nya (lih. .Im 18:6-30; .Im 20:11-12,17,19-21; 1Kor 6:18; 1Tes 4:3).

(b) Sensualitas (Yun. _aselgeia_) menunjuk kepada ketiadaan prinsip moral, khususnya mengabaikan penguasaan diri dalam hal seksual yang menjaga kemurnian perilaku (1 Tim 2:9]

mengenai perilaku yang senonoh). Termasuk di dalamnya kecenderungan untuk menurutkan atau merangsang nafsu berahi sehingga dengan demikian mengambil bagian dalam tindakan yang tidak dibenarkan Alkitab (Gal 5:19; Ef 4:19; 1 Pet 4:3; 2 Pet 2:2,18).

(c) Mengambil keuntungan dari orang (Yun. _pleonekteo_) berarti merampas kemurnian moral yang diinginkan Allah bagi orang itu dengan tujuan memuaskan nafsunya sendiri. Membangkitkan nafsu seksual di dalam diri orang lain yang tidak boleh dipuaskan secara benar berarti mengeksploitasi atau menarik keuntungan dari orang tersebut (1 Tes 4:6; bd. Ef 4:19).

(d) Nafsu (Yun. _epithumia_) adalah memiliki keinginan dursila yang akan dipenuhi jika kesempatan tersedia (Ef 4:19,22; 1 Pet 4:3; 2 Pet 2:18; Mat 5:28]

KEYAKINAN AKAN KESELAMATAN

"Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal." (1Yoh 5:13)

Setiap orang Kristen ingin memiliki keyakinan akan keselamatan yaitu kepastian bahwa pada saat Kristus datang kembali atau maut tiba, dia akan berjumpa dengan Tuhan Yesus di sorga (.Fili 1:23). Maksud Yohanes dengan menulis surat ini ialah supaya umat Allah boleh memiliki keyakinan itu (.1Yoh 5:13). Perhatikan bahwa sepanjang surat ini Yohanes tidak pernah menyatakan bahwa suatu pengalaman pertobatan di masa lampau merupakan keyakinan atau jaminan keselamatan. Menganggap bahwa kita memiliki hidup kekal hanya berdasarkan pengalaman yang lampau atau iman yang tidak hidup lagi adalah suatu kesalahan yang serius. Surat ini memberikan sembilan cara bagi kita untuk mengetahui apakah kita memiliki hubungan yang menyelamatkan dengan Yesus Kristus.

1) Kita memiliki keyakinan akan hidup kekal jikalau kita percaya "kepada nama Anak Allah" (.1Yoh 5:13; bd. .1Yoh 4:15; 5:1,5). Tidak ada hidup kekal atau keyakinan akan keselamatan tanpa iman sungguh-sungguh pada Yesus Kristus yang mengakui Dia sebagai Anak Allah, diutus untuk menjadi Tuhan dan Juruselamat kita

2) Kita memiliki keyakinan akan hidup kekal jikalau kita menghormati Kristus sebagai Tuhan dalam kehidupan kita dan sungguh-sungguh berusaha untuk menaati perintah-Nya. "Dan inilah tandanya bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya. Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran. Tetapi barangsiapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah; dengan itulah kita ketahui bahwa kita ada di dalam Dia" (.1Yoh 2:3-5; bd. .1Yoh 3:24; 5:2; Yoh 8:31,51; 14:21- 24; .Yoh 15:9-14; Ibr 5:9).

3) Kita memiliki keyakinan akan hidup kekal jikalau kita mengasihi Bapa dan Anak dan bukan dunia, dan jikalau kita mengalahkan pengaruh dunia. "Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia" (.1Yoh 2:15-16; bd. .1Yoh 4:4-6; 5:4;

4) Kita memiliki keyakinan akan hidup kekal jikalau kita sudah biasa dan dengan tekun melakukan kebenaran dan bukan dosa. "Jikalau kamu tahu, bahwa Ia adalah benar, kamu harus tahu juga, bahwa setiap orang yang berbuat kebenaran, lahir daripada-Nya" (.1Yoh 2:29). Pada pihak lain, "barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis" (.1Yoh 3:7-10;1Yoh 3:9]

5) Kita memiliki keyakinan akan hidup kekal jikalau kita mengasihi sesama saudara seiman. "Kita tahu bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita ... Demikianlah kita ketahui, bahwa kita berasal dari kebenaran. Demikian pula kita boleh menenangkan hati kita di hadapan Allah" (.1Yoh 3:14,19; bd. .1Yoh 2:9-11; 3:23; 4:8,11-12,16,20; 5:1; .Yoh 13:34-35).

6) Kita memilki keyakinan akan hidup kekal jikalau kita sadar bahwa Roh Kudus berdiam di dalam diri kita. "Dan demikianlah kita ketahui bahwa Allah ada di dalam kita, yaitu Roh yang telah Ia karuniakan kepada kita" (.1Yoh 3:24). Lagi, "Demikianlah kita ketahui, bahwa kita tetap berada di dalam Allah dan Dia di dalam kita: Ia telah mengaruniakan kita mendapat bagian dalam Roh-Nya" ( .1Yoh 4:13).

7) Kita memiliki keyakinan akan hidup kekal jikalau kita berusaha sungguh mengikuti teladan Yesus dan hidup seperti Dia, "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup" (.1Yoh 2:6; bd. .Yoh 8:12).

8) Kita memiliki keyakinan akan hidup kekal jikalau kita percaya, menerima dan tetap tinggal di dalam "Firman hidup", yaitu Kristus yang hidup (.1Yoh 1:1), dan dalam berita asli dari Kristus dan para rasul PB. "Dan kamu, apa yang telah kamu dengar dari mulanya, itu harus tetap tinggal di dalam kamu. Jika apa yang telah kamu dengar dari mulanya itu tetap tinggal dalam kamu, maka kamu akan tetap tinggal di dalam Anak dan di dalam Bapa" (.1Yoh 2:24; bd. .1Yoh 1:1-5; 4:6).

9) Kita memiliki keyakinan akan hidup kekal jikalau kita sungguh merindukan dan mengharapkan kedatangan Kristus untuk membawa kita bersama-Nya. "Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya. Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada- Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci" (.1Yoh 3:2-3; bd. .Yoh 14:1-3).

GURU-GURU PALSU

"Sebab Mesias-Mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda dan mujizat-mujizat dengan maksud, sekiranya mungkin, menyesatkan orang-orang pilihan." (Mrk 13:22)

GAMBARAN

Orang percaya dewasa ini harus menyadari bahwa di dalam gereja-gereja masa kini mungkin sekali ada pekerja Firman Allah yang sikap dan hidupnya sama dengan guru-guru bejat yang mengajarkan Taurat Allah pada zaman Yesus (Mat 24:11,24). Yesus mengingatkan bahwa tidak semua orang yang mengaku percaya pada Kristus adalah orang yang sungguh-sungguh percaya, demikian pula tidak semua penulis Kristen, utusan gerejani, gembala sidang, penginjil, pengajar, penatua, dan pekerja gereja benar-benar menjadi hamba Allah.

1) Secara lahiriah para rohaniwan ini "tampak benar di mata orang" (Mat 23:28). Mereka datang "dengan menyamar seperti domba" (Mat 7:15). Mungkin saja mereka melandaskan berita mereka atas Firman Allah dan menyatakan standar tinggi yang benar. Mereka mungkin kelihatan sangat memperhatikan pekerjaan dan Kerajaan Allah dan memperlihatkan perhatian besar terhadap keselamatan jiwa-jiwa yang terhilang sambil mengaku bahwa mereka mengasihi orang banyak. Mereka mungkin tampak sebagai hamba Allah yang sungguh-sungguh, pemimpin rohani yang patut dihargai, dan diurapi oleh Roh Kudus. Mereka bahkan kelihatan sangat berhasil dan banyak orang mengikut mereka (Mat 24:11,24; 2 Kor 11:13-15, Mat 7:21-23]

2) Sekalipun demikian, orang-orang ini sangat mirip dengan nabi palsu dalam PL (Ul 13:3; 1Raj 18:40; Neh 6:12;Yer 14:14; Hos 4:15] dan orang Farisi dalam PB. Di dalam kehidupan mereka yang sesungguhnya, yaitu yang tidak tampak kepada umum, mereka dipenuhi "rampasan dan kerakusan" ( .Mat 23:25), "penuh tulang belulang dan berbagai jenis kotoran" ( .Mat 23:27), "penuh kemunafikan dan kedurjanaan" (.Mat 23:28). Kehidupan mereka di balik pintu yang terkunci menyangkut hal-hal seperti hawa nafsu, kebejatan, perzinahan, kerakusan, dan kegemaran yang memusat pada diri sendiri.

3) Penipu lihai ini memperoleh kedudukan yang berpengaruh di dalam gereja melalui dua cara.

(a) Beberapa guru/pengkhotbah palsu mengawali pelayanan mereka dengan kesungguhan hati, kebenaran, kemurnian, dan iman yang sungguh-sungguh kepada Kristus. Kemudian karena kesombongan dan keinginan mereka yang tak bermoral, kasih dan pengabdian mereka kepada Kristus semakin memudar. Sebagai akibatnya, hubungan mereka terputus dengan Kerajaan Allah (.1Kor 6:9-10; Gal 5:19-21; .Ef 5:5-6) sehingga mereka menjadi sarana Iblis sementara masih menyamar sebagai pelayan kebenaran (lih. .2Kor 11:15).

(b) Guru-guru/pengkhotbah palsu lainnya tidak pernah sungguh-sungguh percaya kepada Kristus. Iblis telah menanamkan mereka di dalam gereja sejak awal pelayanan mereka (.Mat 13:24-28,36-43) sambil menggunakan kecakapan dan karisma mereka serta membantu dalam keberhasilan mereka. Siasat Iblis ialah menempatkan mereka dalam kedudukan yang berpengaruh di dalam gereja agar mereka dapat merusak pekerjaan Kristus. Iblis mengetahui bahwa pada saat perbuatan mereka ketahuan, Injil dan nama Kristus akan sangat dipermalukan.

CARA-CARA MENGUJI.

Empat belas kali dalam kitab-kitab Injil, Yesus mengingatkan murid-Nya agar waspada terhadap pemimpin-pemimpin yang akan menyesatkan (.Mat 7:15; 16:6,11; 24:4,24; Mr 4:24; 8:15; 12:38-40; 13:5; .Luk 12:1; 17:23; 20:46; 21:8). Di tempat lain orang percaya dinasihati untuk menguji pengajar, pengkhotbah, dan pemimpin di dalam gereja (.1Tes 5:21; 1Yoh 4:1). Langkah-langkah berikut ini dapat dipergunakan untuk menguji guru palsu atau nabi palsu.

1) Perhatikan watak mereka. Adakah mereka itu berdoa dengan tekun serta mengabdi kepada Allah dengan tulus dan sungguh-sungguh? Apakah mereka sudah menyatakan buah Roh (.Gal 5:22-23), mengasihi orang berdosa (.Yoh 3:16), membenci kefasikan dan mengasihi kebenaran (Ibr 1:9] serta gigih menentang dosa (.Mat 23:1-39; Luk 3:18-20)?

2) Perhatikan motivasi mereka. Pemimpin Kristen yang sejati akan berusaha melakukan empat hal:

( a) menghormati Kristus (.2Kor 8:23; Fili 1:20);

( b) memimpin gereja kepada pengudusan (.Kis 26:18; 1Kor 6:18; .2Kor 6:16-18);

( c) menyelamatkan orang yang terhilang (.1Kor 9:19-22); dan

( d) memberitakan serta mempertahankan Injil Kristus dan ajaran para rasul (Fil 1:16; Yud 1:3]

3) Ujilah buah dalam kehidupan dan berita. Buah atau hasil pelayanan pekerja palsu ini sering kali terdiri atas orang bertobat yang tidak sepenuhnya menyerah kepada segenap Firman Allah (Mat 7:16]

4) Perhatikan tingkat ketergantungan pada Alkitab. Ujian ini sangat menentukan. Apakah mereka percaya dan mengajar bahwa penulisan asli dari PL dan PB sepenuhnya diilhami oleh Allah sehingga kita harus tunduk kepada seluruh ajarannya (.2Yoh 1:9-11;

Jika tidak, dapat dipastikan bahwa baik mereka maupun berita yang mereka sampaikan tidak berasal dari Allah.

5) Akhirnya, ujilah kejujuran mereka berkenaan dengan uang Tuhan. Apakah mereka menolak untuk mengambil banyak uang untuk diri mereka, mengatur semua keuangan dengan jujur dan penuh tanggung jawab, dan berusaha memajukan pekerjaan Tuhan dengan cara-cara yang sesuai dengan standar PB untuk para pemimpin (1Tim 3:3; 6:9-10)? Haruslah disadari bahwa kendatipun segala usaha orang percaya yang setia dalam menilai kehidupan dan berita seseorang, akan ada guru-guru palsu di dalam gereja, yang dengan bantuan Iblis, tetap tidak diketahui hingga tiba saatnya Allah memutuskan untuk menyingkapkan keadaan mereka yang sesungguhnya.
(cd SABDA 3.0)

10 ALASAN UNTUK MEMPERCAYAI ALLAH YANG MENGIJINKAN PENDERITAAN

1. Kebebasan Memilih dapat Mengakibatkan Penderitaan

2. Penderitaan dapat Memperingatkan Kita akan Adanya Bahaya

3. Penderitaan Menyingkapkan Isi Hati Kita

4. Penderitaan Membawa Kita ke Gerbang Kekekalan
5. Penderitaan Melepaskan Ikatan Kita Atas Dunia Ini
6. Penderitaan Memberi Kesempatan untuk Mempercayai Allah
7. Allah Menderita Bersama Kita di Dalam Penderitaan Kita
8. Penguatan dari Allah Lebih Besar Dibanding Penderitaan Kita
9. Dalam Waktu Krisis Kita Saling Mendekatkan Diri Satu Sama Lain
10. Allah Dapat Mengubah Penderitaan untuk Kebaikan Kita


1. KEBEBASAN MEMILIH DAPAT MENGAKIBATKAN PENDERITAAN

Orangtua yang mengasihi cenderung melindungi anak-anaknya dari penderitaan yang tidak perlu. Tetapi orangtua yang bijaksana mengetahui bahwa perlindungan yang berlebihan juga berbahaya. Mereka mengetahui bahwa kebebasan untuk memilih adalah hal hakiki dalam keberadaan manusia, dan bahwa suatu dunia tanpa pilihan akan lebih buruk daripada dunia tanpa penderitaan. Lebih buruk lagi suatu dunia yang dihuni oleh orang yang dapat membuat pilihan salah tanpa merasakan derita sedikitpun. Tak ada yang lebih berbahaya dibanding penipu, pencuri, atau pembunuh yang tidak merasakan kerugian yang dilakukannya terhadap dirinya sendiri dan orang lain. (.Kej 2:15-17)

2. PENDERITAAN DAPAT MEMPERINGATKAN KITA AKAN ADANYA BAHAYA

Kita tidak menyukai penderitaan, khususnya derita yang menimpa orang yang kita cintai. Namun bila tidak ada rasa sakit, orang sakit tidak akan pergi ke dokter, tubuh yang lelah tidak akan diberi istirahat, dan anak-anak akan menertawakan nasihat. Tanpa perasaan resah dalam hati nurani, tanpa perasaan tidak puas karena kebosanan hidup sehari-hari, atau tanpa perasaan hampa karena tidak berarti, manusia akan kurang merindukan kepuasan yang seharusnya ditemukannya di dalam Bapa yang kekal. Contoh Salomo, yang tergoda oleh kenikmatan dan mendapat pelajaran melalui penderitaannya, memperlihatkan kepada kita bahwa orang yang paling bijaksana sekalipun cenderung untuk menjauhkan diri dari hal yang baik dan dari Allah sampai akhirnya disadarkan oleh penderitaan yang diakibatkan oleh pilihan-pilihannya yang berwawasan sempit (Maz 78:34-35; Rom 3:10-18).

3. PENDERITAAN MENYINGKAPKAN ISI HATI KITA

Penderitaan sering disebabkan oleh orang lain. Namun penderitaan dapat menyingkapkan apa yang ada di dalam hati kita. Kemampuan untuk mengasihi, mengampuni, marah, iri hati, dan kesombongan yang terpendam akan muncul ke permukaan didorong oleh penderitaan. Kekuatan dan kelemahan hati tidak ditemukan ketika segalanya berjalan lancar tetapi ketika api penderitaan dan pencobaan menguji karakter kita. Sebagaimana emas dan perak dimurnikan oleh api, dan sebagaimana batu bara butuh waktu dan tekanan untuk menjadi berlian, demikianlah hati manusia tersingkap dan berkembang dalam tempaan waktu dan situasi-kondisi. Kekuatan karakter tampak bukan ketika segala sesuatu berjalan dengan baik tetapi ketika sakit dan penderitaan datang menimpa (Ayb 42:1-17; Rom 5:3-5; Yak 1:2-5; 1Pe 1:6-8).

4. PENDERITAAN MEMBAWA KITA KE GERBANG KEKEKALAN

Seandainya kematian adalah akhir segalanya, maka suatu kehidupan yang dipenuhi penderitaan adalah tidak adil. Namun jika akhir kehidupan ini membawa kita ke gerbang kekekalan, maka orang yang paling beruntung di dunia ini adalah mereka yang menemukan, melalui penderitaan, bahwa hidup di dunia ini bukanlah segalanya. Orang yang menemukan diri sendiri dan Allahnya yang kekal melalui penderitaan adalah orang yang tidak menyia-nyiakan penderitaannya. Mereka telah mengizinkan kemiskinan, kedukaan, dan kelaparannya untuk membawanya kepada Tuhan kekekalan. Mereka adalah orang-orang yang akan menemukan sukacita tak berkesudahan seperti yang dikatakan Yesus, "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga" (Mat 5:1-12; Rom 8:18-9).

5. PENDERITAAN MELEPASKAN IKATAN KITA ATAS DUNIA INI

Dengan berlalunya waktu, pekerjaan dan pemikiran kita akan semakin berkurang. Tubuh kita semakin memburuk. Berangsur-angsur tubuh menjadi usang. Sendi-sendi menjadi kaku dan nyeri. Mata semakin kabur. Pencernaan lambat. Tidur menjadi sulit. Masalah semakin membesar sementara pilihan semakin sedikit. Namun, jika kematian bukanlah akhir tetapi awal dari hari yang baru, maka masa tua juga suatu berkat. Setiap penderitaan yang baru akan membuat dunia ini kurang menarik dan membuat kehidupan yang akan datang lebih menarik. Dengan caranya sendiri, penderitaan membuka jalan untuk kita meninggalkan dunia dengan tenang (Pen 12:1-14).

6. PENDERITAAN MEMBERI KESEMPATAN UNTUK MEMPERCAYAI ALLAH

Penderita yang paling terkenal sepanjang masa adalah seorang laki-laki bernama Ayub. Menurut Alkitab, Ayub kehilangan keluarganya karena "angin ribut," kekayaannya terbang dan hangus, dan tubuhnya menderita bisul-bisul yang menyakitkan. Dalam kesemuanya itu, Allah tidak pernah memberitahu Ayub mengapa hal itu terjadi. Ketika Ayub menanggung tudingan teman-temannya, Surga tetap membisu. Ketika akhirnya Allah berbicara, Ia tidak memberitahukan Ayub bahwa musuh utama-Nya, si Iblis, telah menguji motif Ayub dalam melayani Allah. Tuhan juga tidak meminta maaf kepadanya karena Ia telah mengizinkan Iblis untuk menguji kesetiaan Ayub terhadap-Nya. Malahan, Allah berbicara tentang kambing-kambing gunung yang melahirkan, singa-singa muda yang memburu mangsanya, dan burung-burung gagak di sarangnya. Dia juga berbicara tentang perilaku burung unta, kekuatan lembu hutan, dan langkah kaki kuda. Allah berbicara tentang keajaiban langit, lautan, dan siklus musim-musim. Ayub diharap dapat menyimpulkan sendiri bahwa jika Allah mempunyai kuasa dan kebijaksanaan untuk menciptakan alam semesta, maka ada alasan untuk mempercayai Allah yang ini dalam masa-masa penderitaan (Ayub 1:1-42:17).

7. ALLAH MENDERITA BERSAMA KITA DI DALAM PENDERITAAN KITA

Tak seorang pun yang pernah menderita lebih daripada Bapa kita di Surga. Tak seorangpun yang pernah membayar harga dosa dunia lebih mahal daripada Dia. Tak seorangpun yang terus menerus sangat berduka ketika umat manusia semakin jahat. Tak seorangpun pernah menderita seperti Dia yang membayar dosa-dosa kita di dalam tubuh Putera-Nya sendiri, tubuh yang disalibkan. Tak seorang pun pernah menderita lebih daripada Dia yang, ketika membentangkan tangan-Nya dan mati, memperlihatkan betapa besar kasih-Nya kepada kita. Inilah Allah yang, dengan menarik kita kepada Diri-Nya, meminta kita untuk mempercayai-Nya ketika kita sedang menderita dan ketika orang-orang yang kita kasihi berkeluh-kesah di hadapan kita (.1Pe 2:21; 3:18; 4:1).

8. PENGUATAN DARI ALLAH LEBIH BESAR DIBANDING PENDERITAAN KITA

Rasul Paulus memohon kepada Tuhan untuk menyingkirkan sumber penderitaannya yang tidak jelas. Tetapi Tuhan malah berkata, "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." "Sebab itu," kata Paulus, "terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat." (.2Ko 12:9-10) Paulus belajar bahwa dia lebih suka bersama Kristus dalam penderitaan daripada tanpa Kristus dalam kesehatan yang baik dan keadaan yang menyenangkan.

9. DALAM WAKTU KRISIS KITA SALING MENDEKATKAN DIRI SATU SAMA LAIN

Tak seorang pun memilih sakit dan penderitaan. Namun ketika tidak ada pilihan lain, kita tetap masih memiliki penghiburan. Bencana alam dan waktu krisis membuka kesempatan untuk mempersatukan kita. Angin ribut, kebakaran, gempa bumi, kerusuhan, penyakit, dan kecelakaan, semuanya mempunyai jalan untuk menyadarkan kita. Tiba-tiba kita menyadari kefanaan kita dan bahwa manusia lebih penting daripada benda. Kita menyadari bahwa kita saling membutuhkan dan di atas segalanya kita membutuhkan Allah. Setiap kali kita mendapatkan penghiburan Allah di dalam penderitaan kita, kemampuan kita untuk menolong orang lain bertambah. Inilah yang ada dalam pikiran Rasul Paulus ketika dia menulis, "Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan, yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah." (2 Kor 1:3-4)

10. ALLAH DAPAT MENGUBAH PENDERITAAN UNTUK KEBAIKAN KITA

Alkitab memberikan banyak contoh mengenai kebenaran ini. Dalam penderitaan Ayub, kita melihat bahwa bukan hanya pemahamannya mengenai Allah menjadi lebih mendalam, tetapi ia juga menjadi sumber penguatan bagi orang lain dalam setiap generasi selanjutnya. Dalam penolakan, pengkhianatan, perbudakan, dan dimasukkan ke dalam penjara tanpa bersalah, yang terjadi atas Yusuf, kita menyaksikan seseorang yang akhirnya mampu berkata kepada mereka yang telah mencelakakannya, "Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan." (.Kej 50:20) Ketika segala sesuatu di dalam diri kita berteriak ke surga karena Allah mengizinkan kita menderita, kita memiliki alasan untuk berharap bahwa kita akan mendapatkan hasil abadi dan sukacita Yesus, yang di dalam penderitaan-Nya di kayu salib berteriak, "Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" (Mat 27:46)

ANDA TIDAK SENDIRIAN jika ketidakadilan dan penderitaan hidup membuat Anda tidak yakin bahwa Allah di Surga peduli kepada Anda. Tetapi renungkanlah kembali penderitaan Seseorang yang disebut oleh nabi Yesaya sebagai "Seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan." (Yes 53:3)

Renungkanlah punggung-Nya yang dicambuk, dahi-Nya yang berdarah, tangan dan kaki-Nya yang berlubang paku, lambung-Nya yang ditikam, pergumulan-Nya yang sangat berat di Taman Getsemani, dan tangis kepedihan-Nya karena ditinggalkan. Renungkanlah pernyataan Kristus bahwa Dia menderita bukan untuk dosa-dosa-Nya melainkan untuk dosa-dosa kita. Untuk memberikan kepada kita kebebasan memilih, Dia membiarkan kita menderita. Namun Dia sendiri yang menanggung penderitaan dan hukuman terakhir bagi semua dosa-dosa kita (.2Ko 5:21, 1Pe 2:24).

© 2000-2004 RBC Ministries Asia, Ltd. (cd SABDA 3.0)

10 ALASAN UNTUK MEMPERCAYAI ALLAH MENJADI MANUSIA

1. Seorang Perawan Mengandung
2. Seorang Nabi Perjanjian Lama Menubuatkan tentang Pribadi Allah-Manusia
3. Para Malaikat Mengumumkan Kelahiran Tersebut
4. Suatu Tanda Muncul di Langit
5. Waktunya Tepat
6. Yesus Mengklaim Diri-Nya Setara dengan Allah
7. Sahabat-Sahabat-Nya Menyembah Dia
8. Musuh-Musuh Yesus Menuduh Dia Menghujat Allah
9. Mujizat-Mujizat-Nya Mendukung Pernyataan-Pernyataan-Nya
10. Kepergian-Nya Lebih Besar/Agung daripada Kedatangan-Nya

10 ALASAN MEMPERCAYAI IMAN KRISTEN

1. Pendirinya dapat Dipercaya
2. Kitabnya dapat Dipercaya
3. Penjelasannya bagi Kehidupan
4. Kesinambungannya dengan Masa Lalu
5. Berita Utamanya sangat Mendasar
6. Kuasanya untuk Mengubah Kehidupan
7. Analisanya terhadap Sifat Dasar Manusia
8. Pandangannya terhadap Prestasi Manusia
9. Pengaruhnya terhadap Masyarakat
10. Keselamatan yang Ditawarkannya

10 ALASAN PERCAYA KEHIDUPAN SETELAH KEMATIAN

1. Ketidakadilan dalam Kehidupan

2. Keindahan dan Keseimbangan

3. Pengalaman-Pengalaman Menjelang Ajal
4. Suatu Tempat di Dalam Hati
5. Kepercayaan yang Universal
6. Allah yang Kekal
7. Nubuat-Nubuat Perjanjian Lama
8. Perkataan-Perkataan Kristus
9. Kebangkitan Kristus
10. Akibat-Akibat Praktis


1. KETIDAKADILAN DALAM KEHIDUPAN

Kita akan sulit percaya bahwa kehidupan ini benar-benar baik jika di balik
kuburan tidak ada apa-apa lagi sebagai kompensasi bagi masalah-masalah
ketidakadilan. Sementara sebagian orang kelihatannya ditakdirkan untuk
kebahagiaan, yang lainnya dilahirkan di dalam keadaan yang mengerikan. Jika kita
yakin tidak ada suatu apapun yang dapat menyeimbangkan ketidak-setaraan
pembagian penderitaan, maka banyak orang punya alasan untuk mengutuk hari
kelahiran mereka karena kehidupan sengsara yang mereka terima. (.Ayu 3:1-3)
Kita bisa menyetujui Raja Salomo, ketika pada suatu masa yang kelam dalam
kehidupannya, berkata, "Lagi aku melihat segala penindasan yang terjadi di bawah
matahari, dan lihatlah, air mata orang-orang yang ditindas dan tak ada yang
menghibur mereka, karena di fihak orang-orang yang menindas ada kekuasaan. Oleh
sebab itu aku menganggap orang-orang mati, yang sudah lama meninggal, lebih
bahagia dari pada orang-orang hidup, yang sekarang masih hidup. Tetapi yang
lebih bahagia dari pada kedua-duanya itu kuanggap orang yang belum ada, yang
belum melihat perbuatan jahat, yang terjadi di bawah matahari," (.Pen 4:1-3).

2. KEINDAHAN DAN KESEIMBANGAN

Ada banyak hal dalam kehidupan ini yang kelihatannya tidak sesuai dengan
masalah-masalah ketidakadilan dan penderitaan. Untuk segala sesuatu yang
menyakitkan dan tidak adil, ada keindahan dan keseimbangan. Untuk saat-saat
penuh ketakutan dan kekerasan, ada saat-saat penuh keharmonisan dan kedamaian.
Sementara tubuh-tubuh yang dimakan usia menyerah pada rasa sakit dan kelemahan,
anak-anak dan binatang-binatang muda dengan gembira bermain tanpa beban.
Kesenian manusia, dalam segala keagungannya, menyaingi burung-burung yang
beterbangan dan menyanyikan nyanyian pagi. Setiap saat matahari tenggelam dan
terbit memberikan suatu jawaban bagi kebutuhan alam untuk istirahat dan
pemulihan. Malam-malam gelap dan musim dingin yang beku datang dengan kesadaran
bahwa "semua ini juga akan berlalu." Jika tidak ada apapun di balik kuburan,
pola alam yang indah ini sama sekali tidak lengkap.

3. PENGALAMAN-PENGALAMAN MENJELANG AJAL

Bukti klinis tentang kehidupan setelah kematian bersifat subyektif dan dapat
dipertanyakan. Seringkali kita sulit menilai arti dari "pengalaman-pengalaman di
luar tubuh," misalnya, bertemu dengan sinar terang, terowongan panjang, atau
malaikat penuntun. Juga sulit untuk mengetahui bagaimana harus menanggapi mereka
yang berbicara tentang penglihatan-penglihatan tentang surga atau neraka ketika
mereka menjelang ajal. Apa yang kita ketahui adalah bahwa ada cukup banyak
pengalaman seperti ini untuk menciptakan suatu perpustakaan yang lumayan besar
untuk memuat topik ini. Secara keseluruhan, kumpulan dari bukti-bukti ini
menunjukkan bahwa ketika mendekati ajal, banyak orang yang merasakan mereka
bukan sedang menuju kepada akhir dari keberadaan mereka melainkan kepada awal
dari suatu perjalanan yang lain.

4. SUATU TEMPAT DI DALAM HATI

Hati manusia merindukan lebih dari apa yang dapat ditawarkan oleh kehidupan ini.
Setiap kita mengalami apa yang disebut oleh Raja Salomo sebagai "kekekalan di
dalam hati (kita)," (.Pen 3:11). Sekalipun sulit memahami maksud
Salomo, jelas bahwa ia sedang menunjuk pada kerinduan yang tak terhindarkan pada
sesuatu yang tidak dapat dipenuhi oleh dunia ini. Hal itu adalah suatu
kekosongan jiwa yang juga tidak dapat dihindari oleh Salomo. Untuk sesaat, ia
berusaha mengisi kekosongan batin tersebut dengan pekerjaan, alkohol, dan tawa.
Ia mencoba untuk memuaskan rasa rindu itu dengan filsafat, musik, dan hubungan
seksual. Tetapi kekecewaannya kian bertambah. Hanya ketika ia kembali pada
kepercayaan adanya penghakiman akhir dan kehidupan sesudah kematian, dia dapat
menemukan sesuatu yang cukup besar untuk memuaskan rasa rindunya pada makna
kehidupan (.Pen 12:14).

5. KEPERCAYAAN YANG UNIVERSAL

Sementara sebagian orang percaya pada ketidak-mungkinan mengetahui adanya
kehidupan sesudah kematian, kepercayaan kepada kekekalan adalah suatu fenomena
yang universal. Dari piramida-piramida Mesir sampai munculnya pemikiran Gerakan
Zaman Baru, orang dari segala zaman dan tempat telah percaya bahwa jiwa manusia
tetap hidup setelah kematian. Jika tidak ada kesadaran atau tawa atau penyesalan
di balik kubur, maka kehidupan telah membohongi hampir setiap orang dari Firaun
dari Mesir sampai Yesus dari Nazaret.

6. ALLAH YANG KEKAL

Alkitab mengajarkan bahwa Allah adalah sumber kekekalan. Sifat-sifat-Nya adalah
abadi. Alkitab yang sama memberitahu kita bahwa Allah menciptakan kita menurut
citra-Nya, dan bahwa rencana-Nya adalah untuk membawa anak-anak-Nya untuk masuk
ke dalam rumah-Nya yang kekal. Kitab Suci ini juga mengajarkan bahwa kematian
terjadi dalam kehidupan manusia karena nenek-moyang kita, yakni Adam dan Hawa,
telah melanggar larangan Allah. (.Kej 3:1-19) Implikasinya adalah
jika Allah membiarkan umat manusia hidup selamanya dalam kondisi memberontak
kepada Allah, kita akan memiliki kesempatan yang tak habis-habisnya untuk
mengembangkan diri menjadi ciptaan yang angkuh dan egois. Tetapi sebaliknya,
Allah mulai menyingkapkan suatu rencana yang pada akhirnya akan menghasilkan
pulangnya orang-orang ke rumah Allah yang kekal, yakni orang-orang yang memilih
hidup damai dengan Allah. (.Maz 90:1; Yoh 14:1-3)

7. NUBUAT-NUBUAT PERJANJIAN LAMA

Sebagian orang berargumentasi bahwa kekekalan adalah suatu pemikiran Perjanjian
Baru. Tetapi Daniel, seorang nabi Perjanjian Lama, telah berbicara tentang suatu
hari di mana mereka yang mati akan dibangkitkan, sebagian untuk mendapat hidup
kekal, dan sebagian lagi untuk mendapat kehinaan kekal. (.Dan 12:1-3)
Seorang penulis Mazmur juga berbicara tentang kehidupan setelah kematian. Dalam
.Maz 73, seorang bernama Asaf menggambarkan bagaimana ia hampir
kehilangan imannya kepada Allah ketika ia memikirkan orang fasik yang mengalami
kemujuran sementara orang benar menderita. Tetapi kemudian ia berkata bahwa ia
masuk ke dalam tempat kudus Allah. Dari perspektif ibadah, ia tiba-tiba melihat
orang fasik berdiri pada tempat yang licin dari kefanaan mereka. Dengan
pemahaman yang baru, ia mengakui, "Dengan nasihat-Mu Engkau menuntun aku, dan
kemudian Engkau mengangkat aku ke dalam kemuliaan. Siapa gerangan ada padaku di
sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi. Sekalipun
dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah
selama-lamanya,". (.Maz 73:24-26)

8. PERKATAAN-PERKATAAN KRISTUS

Sedikit orang yang akan menuduh Yesus sebagai orang jahat atau seorang guru
palsu. Bahkan orang-orang atheis dan orang-orang beragama non-Kristen pun
biasanya menyebut Yesus dengan hormat dan kagum. Tetapi Yesus tidak berpura-pura
atau menyembunyikan kenyataan adanya kelanjutan hidup setelah kematian. Ia
berkata, "Janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi
yang tidak berkuasa membunuh jiwa; tetapi takutlah terutama kepada Dia yang
berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka,". (.Mat 10:28)
Yesus menjanjikan Firdaus kepada penyamun yang bertobat yang hampir mati di
sisi-Nya. Tetapi Ia juga menggunakan Lembah Hinom, suatu tempat pembuangan
sampah yang menjijikkan di luar Yerusalem, sebagai suatu simbol tentang apa yang
menanti mereka yang tidak mempedulikan penghakiman Allah. Menurut Yesus,
menghadapi kenyataan kehidupan setelah kematian adalah hal yang paling penting
dalam hidup. Misalnya, Ia berkata, jika sebelah mata menghalangi Anda dari
Allah, Anda memiliki alasan untuk membuang mata tersebut. "... lebih baik engkau
masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua
dicampakkan ke dalam neraka,". (.Mar 9:47)

9. KEBANGKITAN KRISTUS

Tidak ada bukti yang lebih besar tentang adanya kehidupan setelah kematian dari
pada kebangkitan Yesus Kristus. Perjanjian Lama menubuatkan seorang Mesias yang
akan mengalahkan dosa dan yang mati bagi umat-Nya. (.Yes 53; Dan 9:26)
Para pengikut Yesus bersaksi bahwa itulah yang Dia lakukan. Ia dengan rela mati
di tangan orang-orang yang menyalibkan-Nya, dikuburkan dalam sebuah kuburan
pinjaman, dan 3 hari kemudian kuburan tersebut menjadi kosong. Para saksi
mengatakan bahwa mereka tidak hanya telah melihat kubur yang kosong tetapi juga
Kristus yang bangkit yang menampakkan diri kepada ratusan orang selama 40 hari
sebelum Dia naik ke surga (.Kis 1:1-11; 1Ko 15:1-8).

10. AKIBAT-AKIBAT PRAKTIS

Keyakinan adanya kehidupan setelah kematian merupakan suatu sumber rasa aman,
optimisme, dan pemulihan rohani bagi seseorang. (.1Yo 3:2) Tidak ada suatupun yang menawarkan lebih banyak kekuatan dan dorongan dari pada keyakinan bahwa ada suatu kehidupan yang lebih baik bagi mereka yang menggunakan masa sekarang untuk mempersiapkan hidup dalam kekekalan. Kepercayaan pada kesempatan-kesempatan yang tak terbatas dalam kekekalan telah memampukan banyak orang untuk mengorbankan nyawa mereka bagi kepentingan orang-orang yang dikasihi. Karena keyakinan-Nya pada kehidupan setelah kematian, maka Yesus mampu berkata, "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya?" (.Mat 16:26)
Kebenaran ini pula yang mendorong martir Kristen, Jim Elliot, yang dibunuh oleh
orang-orang Indian Auca pada tahun 1956, untuk mengatakan, "Dia, yang memberikan
apa yang tidak dapat dijaganya untuk memperoleh apa yang tidak dapat diambil
darinya, bukanlah orang yang bodoh."

ANDA TIDAK SENDIRIAN jika Anda secara jujur merasakan bahwa Anda belum
diyakinkan tentang kehidupan setelah kematian. Tetapi ingatlah bahwa Yesus
berjanji untuk memberikan pertolongan Ilahi kepada mereka yang ingin mengenal
kebenaran dan yang mau menaklukkan diri kepadanya. Ia berkata, "Barangsiapa mau
melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu entah ajaran-Ku ini berasal dari Allah,
entah Aku berkata-kata dari diri-Ku sendiri,". (.Yoh 7:17)

Bila Anda yakin pada bukti adanya kehidupan setelah kematian, ingatlah Alkitab
berkata bahwa Kristus mati untuk melunasi hutang-hutang dosa kita, dan bahwa
semua orang yang percaya kepada-Nya akan menerima karunia pengampunan dan
kehidupan kekal. Keselamatan yang ditawarkan Kristus bukanlah upah untuk usaha
kita, tetapi suatu anugerah bagi mereka yang, melalui bukti-bukti tersebut,
percaya kepada-Nya.

© 2000-2004 RBC Ministries Asia, Ltd.(cd SABDA 3.0)


10 ALASAN UNTUK MEMPERCAYAI KEBERADAAN ALLAH

1. Iman yang tak Terhindarkan
2. Keterbatasan Ilmu Pengetahuan
3. Masalah-Masalah Evolusi
4. Kecenderungan-Kecenderungan Hati
5. Latar Belakang Kitab Kejadian
6. Bangsa Israel
7. Klaim-Klaim tentang Kristus
8. Bukti dari Mukjizat-Mukjizat
9. Detil-Detil dari Alam Semesta
10. Kenyataan dari Pengalaman

10 ALASAN UNTUK PERCAYA ALKITAB

1. Kejujurannya
2. Ketahanannya
3. Pernyataannya Mengenai Dirinya Sendiri
4. Mukjizatnya
5. Kesatuannya
6. Keakuratannya dari Segi Sejarah dan Geografi
7. Rekomendasi dari Kristus
8. Keakuratan Ramalannya
9. Keberlangsungannya
10. Kuasanya untuk Mengubah Hidup Manusia


1. KEJUJURANNYA

Alkitab sungguh jujur. Alkitab memperlihatkan Yakub, bapak dari "bangsa pilihan," sebagai seorang penipu. Alkitab juga menggambarkan Musa, sang pemberi Hukum Taurat, sebagai seorang pemimpin yang merasa tidak aman dan keras kepala, yang dalam usaha pertamanya untuk menolong bangsanya sendiri, membunuh seorang laki-laki dan kemudian lari menyelamatkan diri ke padang gurun. Alkitab menggambarkan Daud bukan hanya sebagai raja yang paling dikasihi, panglima perang, dan pemimpin rohani, tetapi juga sebagai orang yang mengambil isteri orang lain dan kemudian, untuk menutupi dosanya, bersekongkol untuk membunuh sang suami. Pada satu sisi, Kitab Suci pernah menilai bahwa umat Allah, bangsa Israel, begitu buruk sehingga Sodom dan Gomora tampak baik bila dibandingkan dengan mereka. {.Yeh 16:46-52} Alkitab memperlihatkan bahwa sifat alamiah manusia memusuhi Allah. Alkitab memprediksikan masa depan yang penuh dengan masalah. Alkitab mengajarkan bahwa jalan ke Surga sempit dan jalan ke Neraka lebar. Jelaslah, Kitab Suci ini tidak ditulis untuk mereka yang hanya menginginkan jawaban sederhana atau pandangan terhadap agama dan manusia yang ringan dan serba optimis.

2. KETAHANANNYA

Ketika negara Israel yang modern muncul kembali setelah ribuan tahun orang Israel tercerai-berai, seorang gembala Beduin menemukan satu dari harta karun arkeologis yang paling penting di zaman ini. Dalam sebuah gua di tepi Barat Daya Laut Mati, di dalam sebuah buli-buli yang pecah ditemukan dokumen-dokumen yang telah disembunyikan selama dua ribu tahun. Temuan-temuan tambahan menghasilkan salinan-salinan naskah yang umurnya seribu tahun lebih tua dari salinan-salinan tertua yang diketemukan sebelumnya. Satu dari yang paling penting adalah salinan kitab Yesaya. Isinya ternyata sama dengan kitab Yesaya yang ada di Alkitab kita. Gulungan-gulungan naskah Laut Mati itu muncul dari debu bagaikan jabatan tangan yang bersifat simbolik untuk mengucapkan selamat datang kepada bangsa Israel yang baru kembali ke tanah airnya. Gulungan-gulungan itu menyingkirkan pendapat dari sebagian orang yang mengatakan bahwa Alkitab yang asli sudah hilang ditelan waktu dan sudah rusak.

3. PERNYATAANNYA MENGENAI DIRINYA SENDIRI

Apa yang dikatakan Alkitab tentang dirinya sendiri adalah hal yang penting untuk diketahui. Jika para penulis Kitab Suci sendiri tidak pernah mengklaim bahwa mereka berbicara bagi Allah, tentunya kita berbuat lancang jika kita membuat klaim itu bagi mereka. Mungkin kita juga akan menghadapi persoalan lain. Kita mungkin akan menghadapi sejumlah misteri yang tidak terpecahkan, yang terkandung di dalam tulisan yang bersifat historis dan etis. Dan kita tidak akan mempunyai sebuah buku yang telah mengilhami munculnya sinagoga dan gereja yang tidak
terhitung jumlahnya di seluruh dunia. Suatu Alkitab yang tidak mengklaim bahwa ia berbicara atas nama Allah tentunya tidak akan menjadi fondasi bagi iman ratusan juta orang Yahudi dan Kristen (.2Pe 1:16-21). Namun, dengan didukung oleh bukti dan argumentasi yang cukup, para penulis Alkitab telah mengklaim bahwa mereka diilhami oleh Allah. Berhubung jutaan orang telah mempertaruhkan kehidupan mereka saat ini dan saat kekekalan pada klaim-klaim itu, Alkitab bukanlah buku yang baik jika para penulisnya berbohong secara konsisten tentang sumber informasi mereka.

4. MUKJIZATNYA

Peristiwa keluarnya Israel dari Mesir memberikan dasar historis untuk mempercayai bahwa Allah telah menyatakan Diri-Nya sendiri kepada Israel. Seandainya Laut Merah tidak terbelah sebagaimana yang diceritakan Musa, Perjanjian Lama kehilangan otoritasnya untuk berbicara atas nama Allah. Demikian pula Perjanjian Baru juga bergantung pada mukjizat. Seandainya Yesus secara badani tidak bangkit dari kematian, Rasul Paulus mengatakan bahwa iman Kristen
didirikan di atas kebohongan. (.1Ko 15:14-17) Untuk memperlihatkan kredibilitasnya, Perjanjian Baru menyebutkan saksi-saksinya, dan ini dilakukannya di dalam kerangka-waktu yang memungkinkan klaim-klaim itu diuji kebenarannya. (.1Ko 15:1-8) Banyak dari para saksi itu akhirnya mati sebagai martir, bukan untuk membela keyakinan moral atau rohani yang abstrak
tetapi untuk klaim mereka bahwa Yesus telah bangkit dari kematian. Memang mati sebagai martir bukan hal aneh, namun tetaplah penting untuk menyadari apa yang menyebabkan mereka rela kehilangan nyawanya. Banyak orang rela mati untuk sesuatu yang mereka percaya sebagai kebenaran. Dan tidak ada yang rela mati untuk sesuatu yang mereka tahu sebagai kebohongan.

5. KESATUANNYA

Empat puluh pengarang yang berbeda menulis 66 kitab dalam Alkitab selama lebih dari 1.600 tahun. Empat ratus tahun yang hening memisahkan 39 kitab Perjanjian Lama dari 27 kitab Perjanjian Baru. Namun demikian, dari Kejadian sampai Wahyu, semua kitab menceritakan satu cerita yang utuh. Bersama-sama mereka memberikan jawaban yang konsisten terhadap pertanyaan-pertanyaan terpenting yang dapat kita tanyakan: Mengapa kita di sini? Bagaimana kita dapat mengatasi rasa takut? Bagaimana kita dapat berhasil? Bagaimana kita bisa bangkit dari keadaan kita yang buruk dan tetap berpengharapan? Bagaimana kita dapat berdamai dengan Pencipta kita? Jawaban-jawaban Alkitab yang konsisten terhadap pertanyaan-pertanyaan ini memper lihatkan bahwa Kitab Suci bukanlah banyak buku melainkan satu buku.

6. KEAKURATANNYA DARI SEGI SEJARAH DAN GEOGRAFI

Selama berabad-abad banyak orang meragukan keakuratan Alkitab dari segi sejarah dan geografi. Namun para arkeolog modern berulang-ulang telah menggali dan menemukan bukti mengenai orang-orang, tempat-tempat, dan kebudayaan-kebudayaan yang digambarkan dalam Kitab Suci. Dari waktu ke waktu, deskripsi dalam Alkitab telah dibuktikan sebagai catatan yang lebih dapat diandalkan daripada spekulasi para ahli. Turis masa kini yang mengunjungi musium dan tempat-tempat yang dilukiskan di Alkitab mau tak mau sangat terkesan dengan latarbelakang geografis dan historis dari teks Alkitab yang ternyata riil.

7. REKOMENDASI DARI KRISTUS

Banyak orang telah mengatakan hal yang baik mengenai Alkitab, tetapi tidak ada yang memberi rekomendasi sekuat yang diberikan Yesus dari Nazaret. Ia merekomendasikan Alkitab bukan hanya dengan ucapan-Nya tetapi juga dengan kehidupan-Nya. Pada saat-saat pencobaan-Nya, pengajaran di hadapan orang banyak, dan penderitaan-Nya, Yesus dengan jelas memperlihatkan bahwa Ia mempercayai Kitab Suci Perjanjian Lama lebih dari sekadar tradisi nasional.

(Mat 4:1-11; 5:17-19) Yesus percaya bahwa Alkitab adalah buku tentang Diri-Nya sendiri. Kepada orang-orang senegeri-Nya Ia berkata, "Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa olehnya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu." (Yoh 5:39-40)

8. KEAKURATAN RAMALANNYA

Dari zaman Musa, Alkitab telah meramalkan peristiwa-peristiwa yang tak seorang pun ingin mempercayainya. Sebelum Israel masuk ke Tanah Perjanjian, Musa meramalkan bahwa Israel akan tidak setia, bahwa Israel akan kehilangan tanah yang Allah berikan kepadanya, dan bahwa Israel akan tercerai-berai ke seluruh dunia, dikumpulkan kembali, dan kemudian dibangun kembali (Ula 28-31). Pusat dari ramalan Perjanjian Lama adalah janji tentang Mesias yang akan
menyelamatkan umat Allah dari dosa-dosa mereka dan pada akhirnya membawa penghakiman dan kedamaian bagi seluruh dunia.

9. KEBERLANGSUNGANNYA

Kitab-kitab Musa ditulis 500 tahun sebelum kitab-kitab Hindu yang paling awal. Musa menulis kitab Kejadian 2.000 tahun sebelum Muhammad menulis Quran. Selama masa yang panjang itu, tak ada buku yang dikasihi atau dibenci seperti Alkitab. Tak ada buku yang secara konsisten telah dibeli, dipelajari, dan dikutip seperti Alkitab. Sementara jutaan judul-judul lain muncul dan tenggelam, Alkitab tetap merupakan buku yang menjadi ukuran bagi buku-buku lain. Sekalipun sering diabaikan oleh orang yang merasa tak nyaman dengan ajaran-ajarannya, Alkitab tetap merupakan buku utama dari peradaban Barat.

10. KUASANYA UNTUK MENGUBAH HIDUP MANUSIA

Orang yang tidak percaya sering menunjuk kepada mereka yang mengatakan bahwa mereka percaya Alkitab tetapi hidupnya tidak berubah. Tetapi sejarah juga ditandai oleh mereka yang kehidupannya menjadi lebih baik oleh karena buku ini. Sepuluh Perintah Allah telah menjadi sumber pengarahan moral bagi banyak orang yang tak terhitung jumlahnya. Mazmur-mazmur Daud telah memberikan kekuatan pada waktu kesulitan dan kehilangan. Khotbah Yesus di Bukit telah menjadi obat bagi jutaan orang untuk mengatasi kesombongan dan sikap legalisme. Uraian Paulus mengenai Kasih di .1Kor 13 telah banyak melunakkan hati yang sedang marah. Perubahan hidup dari orang-orang seperti Rasul Paulus, Agustinus, Martin Luther, John Newton, Leo Tolstoy, dan C.S. Lewis menunjukkan perubahan yang dapat dilakukan Alkitab. Bahkan satu bangsa atau suku seperti Celtic di Irlandia, Viking yang liar di Norwegia, atau Indian Auka di Equador telah diubah oleh Firman Allah dan kehidupan serta karya Yesus Kristus yang tak terbandingkan.

ANDA TIDAK SENDIRIAN jika Anda masih meragukan Alkitab. Alkitab, sama seperti dunia di sekitar kita, memang mengandung unsur-unsur misteri. Namun demikian, jika Alkitab benar-benar seperti yang dikatakannya, Anda tidak perlu memilah-milah sendiri bukti-bukti yang ada. Yesus justru menjanjikan pertolongan ilahi bagi mereka yang ingin mengenal kebenaran tentang diri-Nya dan ajaran-Nya. Sebagai tokoh utama dari Perjanjian Baru, Yesus berkata, "Barangsiapa mau melakukan kehendak Allah, ia akan tahu entah ajaran-Ku ini berasal dari Allah, entah aku berkata-kata dari diri-Ku sendiri." (.Yoh 7:17)

Satu kunci penting untuk mengerti Alkitab adalah bahwa Alkitab tidak pernah bermaksud untuk menarik kita kepada dirinya sendiri. Setiap prinsip di dalam Alkitab memperlihatkan kebutuhan kita akan pengampunan yang disediakan Kristus bagi kita. Alkitab memperlihatkan mengapa kita perlu membiarkan Roh Kudus hidup melalui kita. Untuk hubungan yang seperti inilah Alkitab diberikan kepada kita.

© 2000-2004 RBC Ministries Asia, Ltd. (cd SABDA 3.0)