Thursday, February 12, 2009

KESALAHAN TULIP: UNCONDITIONAL ELECTION (Bag 1)

Hampir semua Kalvinis bergantung kepada point ini. Unconditional Election dibangun atas dasar Total Depravity. Ini merupakan konsekuensi dari kebobrokan total yang dipercayai oleh Kalvinis. Bila manusia tidak bisa merespon, tidak bisa percaya dan tidak bisa melakukan yang baik dan benar, maka tidak ada cara lain yang Allah pakai selain memilih siapa yang Ia suka tanpa melihat kondisinya. Inilah pengertian dari unconditional election. Allah memilih orang untuk masuk Surga tanpa melihat kondisi atau tanpa kondisi. Apakah orang itu jahat, salah dan tidak mengenal kebenaran tidak menjadi patokan bagi Allah asalkan Allah sudah pilih, maka ia pasti masuk Surga.

Benarkah manusia tidak bisa merespon, tidak bisa percaya dan tidak bisa berbuat yang baik? Pertanyaan ini menentukan kebenaran poin kedua dari Kalvinisme. Bila Total Depravity yang Kalvinis jabarkan salah atau tidak Alkitabiah, maka point kedua ini perlu diragukan. Karena TULIP yang Kalvinis ajarkan adalah doktrin yang saling kait-mengkait satu dengan yang lain. Bila satu salah, maka yang lain juga salah.

Dalam pemahaman Kalvinis, Election (pemilihan) sama dengan Decree of God. Di mana mereka menjabarkan keputusan Allah sebagai keputusan yang Allah buat dalam kekekalan berdasarkan kedaulatanNya yang bebas, dimana Ia memilih bagi diriNya suatu umat yang akan Ia kasihi dan Ia tebus dari dosa dan maut melalui Yesus Kristus ke dalam kemuliaan kekal. 

Bila hanya kepada orang yang Ia kasihi dan yang Ia pilih masuk ke Surga, bagaimana dengan mereka yang tidak Allah pilih masuk Surga? Bila ini ditanya kepada mereka yang percaya Unconditional Election mereka akan berkata bahwa itu berdasarkan foreknowledge of God ( pengetahuan Allah sebelumnya)

Menurut Kalvinis, Decree Of God bersifat:
1. Singular (Allah hanya memiliki satu dekret saja)
2. Eternal (kekal)
3. Sovereign (berdaulat)
4. All-Compassing (mencakup, melingkupi segalanya)

Komentar Kalvinis: keputusan Allah itu tunggal, tetapi banyak manifestasi. Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini sudah Allah tentukan.

Berikut ini beberapa komentar tokoh Kalvinis mengenai keputusan Allah:
Buswell “Keputusan Allah tidak akan berubah dari kekal hingga kekal dan menyangkut segala sesuatu yang kompleks. ”Allah menentukan segala sesuatu termasuk di dalamnya:
1. Pikiran manusia
2. Tindakan manusia
3. Setiap kejadian
Melanthon “Segala sesuatu terjadi atas keputusan ilahi termasuk apa yang ada di dalam dan di luar pikiran manusia.”
Arthur Pink “Adalah kehendak Allah dosa masuk ke dalam dunia, kalau tidak demikian dosa tidak akan masuk ke dalam dunia, ini suatu keputusan Allah.”
Palmer “adalah Alkitabiah untuk mengatakan, bahwa Allah menetapkan lebih dahulu dosa masuk ke dalam dunia.”
Boettner “ketika kita berhenti merenung, untuk mengamati di antara non-Kristen misalnya agama Muhammad ada sejumlah agama yang percaya takdir dan dipegang oleh negara non-kristen. Perlu kita pelajari dan tidak perlu menolaknya.”

Dari beberapa hal di atas, saya mengajak kita untuk menganalisa
Benarkah bahwa keputusan Allah itu tunggal?
Benarkah bahwa keputusan Allah tidak berubah?
Decree Of God (keputusan Allah) dalam KJV ada 56 decree. Di mana 46 kali berhubungan dengan manusia. Artinya bukan berhubungan dengan Allah. 8 kali berhubungan dengan keputusan Allah, yakni:
1. Ayub 28:26 “ketetapan Allah atas hujan, angin dan alam”
2. Ayub 38:10 “Allah menetapkan batas laut”
3. Amsal 28:29 “Allah menetapkan batas laut”
4. Mazmur 2:7 “Menceriterakan ketetapan Yesus Kristus”
5. Mazmur 148:6 “ketetapan untuk tidak dapat dilanggar”
6. Yesaya 10:22 “ketetapan Allah akan datangnya kebinasaan”
7. Yeremia 5:22 “membuat ketetapan batas laut”
8. Daniel 4:24 “Inilah keputusan yang Mahatinggi”

Dari hal ini kita dapat menyimpulkan:
Ternyata keputusan Allah tidak tunggal (singular) seperti yang terdapat dalam contoh di atas.
Ternyata keputusan Allah dapat berubah. Karena dunia ciptaan Tuhan akan berlalu.

Apakah Kedaulatan Allah mutlak? Ya! Saya mengimani Allah berdaulat penuh atas apapun (akan di bahas dalam postingan berikut), tetapi ada beberapa hal yang harus diperhatikan
Tidak ada keputusan Allah agar dosa masuk ke dalam dunia.
Tidak ada keputusan Allah agar manusia masuk Surga dan Neraka.
Tidak ada keputusan Allah, bahwa manusia tidak bisa percaya.
Kalvinis selalu berkelit dengan berkata: Manusia itu tidak bisa berkehendak bebas, tetapi manusia harus mempertanggungjawabkan segala sesuatu yang ia lakukan.

Ini adalah doktrin yang sangat berbahaya yang dibangun untuk menghancurkan iman kekristenan. Kalvinis cenderung tidak konsisten terhadap doktrin-doktrinnya.

Kalvinis sangat mengagumi sifat kedaulatan Allah, sehingga Allah hanya berdaulat kalau Ia menetapkan segala sesuatu terlebih dahulu. Konsep ini sangat menghina Allah karena Allah akan berdaulat bila menetapkan sesuatu. Konsekuensi dari itu adalah Allah tidak akan berdaulat bila Ia tidak menetapkannya terlebih dahulu. Pengertian lain dari itu adalah Allah Mahatahu karena Ia sudah tetapkan. Akibatnya, bila Allah tidak menetapkannya lebih dahulu, maka Allah itu tidak tahu atau tidak akan pernah mengetahuinya.

Kembali kaum Kalvinisme berkomentar:
Gunn “Ide bahwa Allah mengetahui masa depan tanpa merencanakannya itu tidak ada dalam Alkitab”
David West “Jika Allah tidak menetapkan segala sesuatu, maka Ia tidak mengetahui masa depan. Allah lebih dahulu tahu karena Ia sudah tetapkan.”
Arthur Pink “Pengetahuan lebih dahulu ini dilandaskan kepada ketetapan-ketetapan Allah lebih dahulu.”

Pandangan yang Alkitabiah “Allah tahu manusia akan jatuh ke dalam dosa, karena manusia itu memang akan memakan buah itu atas dasar keinginan manusia itu sendiri dan sesuai dengan kehendak bebas yang Allah berikan kepada manusia sejak semula. Hal ini pasti terjadi karena Allah telah melihatnya demikian dan bukan atas ketetapanNya. Hal itu tidak harus Adam dan Hawa lakukan, tetapi itu pasti terjadi karena mereka akan melakukannya atas keinginan hatinya sendiri.

Timbul pertanyaan. Kalau Allah sudah mengetahui sebelum penciptaan, mengapa Ia menciptakan mereka? Bukankah lebih baik jika mereka tidak diciptakan sehingga tidak ada yang binasa? Menurut manusia memang baiknya begitu. Tetapi Ia adalah Allah yang Mahakuasa yang berhak menciptakan apa saja. Sekalipun manusia itu akan jatuh ke dalam dosa yang mengakibatkan kebinasaan, Allah berhak menciptakannya dan Allah memiliki cara bagaimana supaya manusia itu selamat..

Para penganut Covenat Theology berpendapat, bahwa tujuan akhir Allah atas manusia adalah untuk Keselamatan. Tetapi bagaimana setelah manusia itu diselamatkan berhentikah sampai di sana? Pandangan Dispenzationalism Keselamatan adalah fase awal bagi manusia untuk melihat kemuliaan Allah yang akan Ia nyatakan kepada manusia.

Jadi tujuan akhir Allah bagi manusia adalah untuk menyatakan kemuliaanNya.

No comments: