Saturday, December 20, 2008

TOILET SEBAGAI SEKOLAH KESABARAN


Nampaknya kita masih harus belajar mengembangkan kesabaran dan mematikan dorongan kepentingan diri sendiri. Kata “sabar” itu sendiri berarti: tenang, tidak tergesa-gesa, tidak terburu nafsu, tidak cepat marah, tabah. Sifat ini merupakan salah satu segi dari buah Roh yang seharusnya dihasilkan oleh setiap orang percaya.

Gejala ketidaksabaran dan mementingkan diri sendiri beberapa kali saya temukan di toilet umum yang ada di pusat perbelanjaan, rumah sakit maupun di kantor-kantor. Suatu hari ketika sedang antre di toilet, tiba-tiba seorang ibu datang mengetok-ngetok salah satu pintu toilet sambil berteriak, “Siapa di dalam, lama amat sih?” Padahal ibu itu baru saja dating dan ia tidak mungkin tahu apakah orang yang ada di dalam sudah lama atau belum. Salah seorang ibu yang kesal melihat ulah ibu ini kemudian menjawab, “Memangnya ibu tahu kalau dia sudah lama masuk?” Ibu itu terdiam dengan wajah cemberut. Hal semacam ini merupakan cerminan ketidaksabaran seseorang. Antre di toilet saja sudah tidak sabar, bagaimana jika diperhadapkan dengan masalah hidup yang lebih berat dari sekedar antre di depan toilet.

Masih seputar toilet, beberapa kali saya merasa tidak nyaman berada di dalam toilet karena ulah orang-orang yang tidak sabar dan terlalu mementingkan diri sendiri. Waktu itu saya baru saja masuk toilet. Tiba-tiba seseorang datang dan langsung bertanya, “Siapa sih di dalam? Kencing juga ya. Jangan lama-lama ya.” Karena kesal saya tidak menjawab apa-apa. Orang itu sengaja mondar-mandir di depan toilet sambil ngomel-ngomel. Di dalam hati saya berpikir betapa sulitnya menemukan kesabaran di dalam diri manusia. Mungkin ada sebagian orang yang sudah melatih dirinya untuk bersabar, tetapi sebagian lagi tidak. Pengalaman di toilet itu tidak hanya menjelaskan mengenai ketidaksabaran seseorang, tetapi juga sifat mementingkan diri sendiri. Kata-kata seperti, “Siapa sih di dalam, seharusnya kan saya. Kenapa kamu ikut-ikutan kencing juga, seharusnya saya dong yang duluan.” Marilah sejenak kita merenungkan tentang sifat buruk ini, yang mungkin masih terus kita kembangkan hingga sekarang. Tuhan mengingatkan kita untuk bersabar dan menganggap yang lain lebih penting. Ketika menunggu di depan toilet, kita juga seharusnya menyadari bahwa tidak ada orang waras yang akan berlama-lama di toilet yang pengap. Kalau dia sudah selesai, dia pasti keluar. Kata-kata apa pun yang kita lontarkan kepadanya, jika ia belum selesai maka ia tiak akan keluar. Belajarlah bersabar dan tidak mementingkan diri sendiri.

Gantikan ketidaksabaran dengan hati yang tenang menanggung segala sesuatu tanpa marah atau mengomel. Jika kita tekun melatih diri untuk bersabar, niscaya kita akan memiliki kesabaran dan hati yang “seluas samudera”, yang mampu menanggung segala kesulitan.

DOA
Tuhan, tambahkanlah kesabaran di dalam diriku agar aku bias menghadapi segala keadaan dengan hati yang tenang. Dalam nama Tuhan Yesus aku berdoa. Amin.
Pahlawan yang sesungguhnya adalah orang yang mampu mengalahkan sifat buruk di dalam dirinya. (Galatia 5:22, Kolose 3:12)

Sumber: Manna Sorgawi, Kamis, 18 Desember 2008

AMSAL 23:23 Belilah kebenaran dan jangan menjualnya; demikian juga dengan hikmat, didikan dan pengertian.

www.webkristiani.co.cc (memuat 3000 Situs Kristiani)
http://dedewijaya.multiply.com (memuat 270 Artikel)
http://dedewijaya83.multiply.com (memuat 360 Artikel)
http://www.in-christ.net/blog/dedewijaya (memuat 100 Artikel) Diskusi/Debat/Tanya Jawab
Milist: diskusi-alkitab@googlegroups.com

No comments: