Saturday, August 29, 2015

Berita Bulan SEPTEMBER 2014

PARA WANITA DALAM PEKERJAAN TUHAN
(Berita Mingguan GITS 20 September 2014, sumber: www.wayoflife.org)
Kaum perempuan sangatlah penting bagi pekerjaan Tuhan. Mereka tidak dipanggil untuk menjadi pemimpin jemaat (1 Timotius 2:12), tetapi mereka bisa melakukan banyak hal. Seperti yang dikatakan oleh almarhum R. G. Lee, “...kami dengan senang membuat pernyataan bahwa ada bunga-bunga yang paling indah dan paling wangi yang tumbuh di kebung Allah, dan ada buah-buah yang paling manis dan ranum yang matang di ladang rohani Allah, yang ada di sana karena iman wanita, kasih wanita, doa wanita, kesalehan wanita, air mata wanita, devosi wanita bagi Kristus” (Payday Someday). Perhatikan peran wanita dalam kehidupan bumi Yesus. Wanita di sumur membawa seluruh desanya keluar untuk mendengarkan Yesus (Yoh. 4:28-30). Banyak wanita yang menolong Yesus selama pelayananNya di bumi (Luk. 8:2-3). Para wanita membuka rumah mereka untuk menampung Yesus (Luk. 10:38-42). Ada seorang wanita yang mengurapi Yesus untuk penguburanNya menjelang kematianNya (Mat. 26:6-13). Ada para wanita (kebanyakan) yang berdiri di kaki salib (Mat. 27:55-56). Adalah wanita yang pertama datang ke kubur yang kosong dan yang pertama mempercayai kebangkitanNya (Mat. 28:1-6). Adalah wanita yang melaporkan kebangkitanNya kepada para Rasul (Mat. 28:7-8). Kaum wanita memainkan peran yang besar dalam jemaat-jemaat mula-mula. Mereka ada di ruang atas pada hari Pentakosta (Kis. 1:14). Mereka penuh dengan pekerjaan baik (Kis. 9:36). Mereka bekerja bersama Paulus dalam Injil (Fil. 4:3). Mereka mendidik anak-anak dan cucu-cucu mereka (2 Tim. 1:5). Para wanita yang tua mengajar wanita-wanita muda (Titus 2:3-5). Para wanita menjadi pembawa pesan bagi jemaat-jemaat (Rom. 16:1-2). Mereka membantu suami-suami mereka dalam mendirikan jemaat-jemaat (Rom. 16:3-5; Kis. 18:24-26). Para wanita adalah buah pertama pemberitaan Injil di banyak tempat (Kis. 16:14). Wanita-wanita menunjukkan kebaikan bagi para pengkhotbah (Kis. 16:14-15).

HAKIM MENGANULIR HUKUM POLIGAMI DI NEGARA BAGIAN UTAH
(Berita Mingguan GITS 6 September 2014, sumber: www.wayoflife.org)
Seorang hakim federal menganulir Undang-Undang Utah yang melawan poligami sebagai sesuatu yang tidak konstitusional. Hakim District Court AS, Clark Waddoups membuat keputusan bertentangan dengan klausa dalam undang-undang tersebut yang menyatakan adalah ilegal bagi seorang individu untuk hidup bersama seseorang yang tidak dia nikahi. Waddoups memutuskan bahwa undang-undang yang tidak memperbolehkan kohabitasi ini (EDITOR: kasarnya kumpul kebo), melanggar Amandemen Pertama dan “mengacaukan hak privasi” seseorang, suatu konsep yang diciptakan begitu saja melalui keputusan judisial ini, dan sama sekali tidak dilindungi oleh UUD AS. Hakim tersebut masih mengiyakan bagian dari undang-undang Utah yang tidak memperbolehkan bigami (menikah dengan dua orang sekaligus). Kasus ini bermula ketika sebuah keluarga poligamis menuntut negara bagian Utah pada tahun 2011 setelah seorang jaksa penuntut di daerah itu mengancam akan menuntut mereka. Kody Brown secara legal menikah dengan seorang wanita, tetapi juga hidup dengan tiga wanita lainnya dalam suatu “persatuan rohani.” Dia memiliki 17 anak dari empat wanita tersebut. Hakim memerintahkan negara bagian untuk membayar biaya pengacaranya Brown. Jaksa Penuntut Umum Utah, Sean Reyes, telah mengindikasikan bahwa dia akan naik banding atas keputusan tersebut, tetapi kami tidak berharap muluk-muluk bahwa pengadilan tinggi di AS hari ini akan membuat keputusan yang sesuai dengan prinsip-prinsip konstitusi, apalagi mengukuhkan moralitas Alkitab.

Orang-orang Mormon fundamentalis, seperti Apostolic United Brethren Church, yaitu gereja tempat keluarga Brown menjadi anggota, adalah pecahan dari Gereja Mormon yang resmi, dan mereka percaya bahwa pernikahan poligami akan mengakibatkan seseorang ditinggikan di sorga. Matt Barber, seorang pengacara dan kolumnis, mengobservasi, “Jangan salah, kecuali jika bom yang secara eufimistik disebut 'kesetaraan pernikahan' ini dijinakkan, fondasi dasar dari institusi pernikahan dan keluarga suatu hari tidak akan dapat kita kenali lagi. Suatu masyarakat yang menolak kekudusan pernikahan dan keluarga tidak bisa bertahan lama di dunia” (“Judge Issues Final Order,” Christian News Network, 29 Agus. 2014). Kehendak Allah dari semula adalah agar pernikahan menerapkan suatu perjanjian yang kudus dan seumur hidup antara satu lelaki dan satu perempuan (Kej. 2:20-25). Sejak kejatuhan dalam dosa, manusia selalu ingin merusak rencana pernikahan Allah. Lamekh, keturunan dari putra sulung Adam, Kain, adalah poligamis pertama (Kej. 4:16-19). Beberapa orang kudus Perjanjian Lama juga poligamis, tetapi itu bukan kehendak Allah, dan mendatangkan banyak masalah. Anak Allah menegaskan bahwa kehendak Allah dalam pernikahan adalah satu lelaki dan satu perempuan (Mat. 19:3-9).

SALAM KEPAUSAN BAGI GEREJA-GEREJA WALDENSIAN
(Berita Mingguan GITS 13 September 2014, sumber: www.wayoflife.org)
Paus Fransiskus mengirim suatu salam kebapaan kepada gereja-gereja Metodis dan Waldensian dalam rangka acara sidang sinode tahunan mereka, 24-29 Agustus lalu, di Torre Pellice, Italia. Pesan itu berbunyi “Bapa yang Kudus berdoa agar Tuhan, melalui permohonan Perawan Maria, memberikan kepada semua orang Kristen kemajuan dalam jalur menuju persekutuan penuh, untuk bersaksi bagi Tuhan Yesus Kristus dan untuk menawarkan terang dan kekuatan InjilNya kepada lelaki dan perempuan di zaman kita” ("Pope Francis Sends Message," Zenit, 25 Agus. 2014). Bahwa kaum Waldensis menerima pesan yang sedemikian sesat ini dari “bapa yang kudus,” yang disampaikan melalui doktrin Maria yang penuh hujat, adalah bukti nyata akan kehancuran rohani mereka.

Persatuan Gereja-Gereja Metodis dan Waldensian dibentuk pada tahun 1975 melalui merger dari Waldensian Evangelical Church dengan Italian Methodist Church. Sebelum kesesatan mereka di zaman modern ini, gereja-gereja Waldensis pernah berdiri teguh membela iman Perjanjian Baru dan melawan Roma dan berbagai kesesatannya, sambil menerima penganiayaan yang hebat dari Roma. Sebagai contoh, Pengakuan Iman Waldensis (1120 dan 1150 M) menyatakan bahwa keselamatan adalah melalui kasih karunia Yesus Kristus saja dan bahwa hanya Alkitab adalah Firman Allah dan satu-satunya standar penghakiman, menolak Maria buatan Roma, klaim paus terhadap posisi tertinggi, keharusan tidak menikah, purgatori, misa bagi orang mati, penghormatan bagi santo-santa, dan sebaliknya berpegang pada perintah baptisan dan Perjamuan Tuhan saja. Dalam pengakuan-pengakuan iman Waldensis yang kuno tersebut, Gereja Roma Katolik disebut sebagai “pelacur Babel.” Kami telah memberikan banyak kutipan dari dokumen-dokumen kuno mengenai hal-hal ini dan juga tentang banyak penganiayaan terhadap kaum Waldensian dalam A History of the Churches from a Baptist Perspective, dan dalam Rome and the Bible: Tracing the History of the Roman Catholic and Its Persecutions of the Bible and of Bible Believers.

PENGANIAYAAN WALDENSIAN
(Berita Mingguan GITS 13 September 2014, sumber: www.wayoflife.org)
Salah satu kubu kuat kaum Waldensis, kelompok kuno yang percaya Alkitab, adalah di pegunungan Alps, Italia utara. Istilah “Waldensis” mengacu kepada “orang-orang lembah,” dan ada empat lembah utama di Cottian Alps yang menjadi rumah bagi kaum Waldensian ini: Val Germanasca, Val Chisone, Val Angrogna, dan Val Pellice. Ke sebelah utara adalah Switzerland, dan ke barat Perancis. Pada tahun 2003, kami naik mobil ke dua dari lembah-lembah ini. Bahkan sampai hari ini pun tidak ada banyak jalan ke sana. Khususnya, kami mengunjungi kota-kota dan desa-desa berikut: Torre Pellice, Villar Pellice, Luserna, Gianavella, Bobbio Pellice, Rora, Lorenzo, Chanforan, dan Serra. Semua lembah-lembah ini pernah menjadi tempat penganiayaan Roma Katolik yang luar biasa kejar pada abad-abad 15-17. Kekejaman kepausan yang dilakukan terhadap orang-orang yang percaya Alkitab sungguh mengerikan.

Berikut ini adalah kisah singkat dari beberapa saja tindakan-tindakan yang menakutkan itu yang diceritakan oleh seorang gembala sidang Waldensis: “Tidak ada satu kotapun di Piedmont, di bawah seorang gembala sidang Vaudois, yang tidak merasakan beberapa saudara kita dihukum mati ... Hogo Chiamps dari Finestrelle dicabik-cabik ususnya dari perutnya di kota Turin. Peter Geymarali dari Bobbio, dengan cara yang sama, dicabik ususnya di Lucerna, dan seekor kucing yang ganas dimasukkan ke perutnya untuk menyiksa dia lebih lanjut; Maria Romano dikuburkan hidup-hidup di Rocco-patia; Magdalen Foulano menjalani nasib yang sama di San Giovanni; Susan Michelini diikat tangan dan kakinya, dan dibiarkan mati karena kedinginan dan kelaparan di Saracena. Bartholomew Fache, disayat dengan pedang, dan lukanya ditaburi air basa, dan dengan demikian mati kesakitan di Fenile; Daniel Michelini dipotong lidahnya di Bobbio karena memuji Allah. James Baridari mati penuh dengan korek api sulfur, yang dipaksakan ke bawah kulitnya di bawah kuku jari, di antara jari-jarinya, di dalam hidungnya, di bibirnya, dan di seluruh tubuhnya, yang kemudian dinyalakan. Daniel Revelli mengalami mulutnya diisi oleh bubuk mesiu, yang ketika dinyalakan, menghancurkan kepalanya berkeping-keping. Maria Monnen, yang ditangkap di Liousa, mengalami daging pipi dan dagunya dipotong, sehingga rahangnya terbuka, dan dia ditinggalkan untuk mati demikian. Paul Garnier perlahan-lahan dipotong-potong di Rora. Thomas Margueti dimutilasi dengan cara yang tidak dapat digambarkan di Miraboco, dan Susan Jaquin dipotong kecil-kecil di La Torre. Sara Rostagnol dibelah dari kaki hingga ke dada, dan dibiarkan mati demikian di jalan antara Eyral dan Lucerna. Anne Charbonnier ditusuk dengan kayu dan dibawa seperti bendera, dari San Giovanni ke La Torre. Daniel Rambaud, di Paesano, dicabut kuku-kukunya, lalu jari-jarinya dipotong, lalu kaki dan tangannya, lalu lengan dan pahanya, bertahap demikian setiap kali ia menolak untuk menyangkali Injil” (Alexis Muston, The Israel of the Alps: A History of the Waldenses).

KESESATAN WALDENSIAN
(Berita Mingguan GITS 13 September 2014, sumber: www.wayoflife.org)
Pada abad 16 dan 17, kaum Waldensis bergabung dengan kaum Protestan Reformed di Jerman dan Perancis. Pada waktu itu, mayoritas mereka sudah menerima baptisan bayi. Masuk ke zaman modern, mereka semakin lama semakin lemah, dan hari ini kaum Waldensis berada di garis terdepan kesesatan ekumenis dan theologis. Pada tahun 1975, gereja-gereja Waldensis di Italia bergabung dengan kaum Metodis yang liberal di sana. Waldensis menjadi anggota dari WCC (World Council of Churches) yang liberal radikal. (Pertemuan Keenam WCC di Vancouver, British Columbia, tahun 1987, dibuka dengan pengorbanan kafir oleh orang-orang Indian Amerika Utara sambil mereka menari mengelilingi api “suci”). Buku You Are My Witnesses: The Waldensians across 800 Years, yang saya beli saat di Museum Waldensian di Torre Pellice, menghilangkan keraguan tentang kesesatan kaum Waldensis hari ini. Pada tahun 1947, mereka membentuk pusat ekumenis Agape, yang pembangunannya “mengakhiri secara definit sifat konservatif gereja tersebut” dan “mendorong gereja itu ke arah yang jauh lebih liberal, bahkan radikal” (You Are My Witnesses, hal 277). Sejak awal 1980an, Agape “telah menyelenggarakan konferensi-konferensi ekumenis untuk kaum homoseksual” (hal. 303). Pada tahun 1962, sinode Waldensian memvoting untuk menahbiskan wanita sebagai gembala sidang, dan hari ini 14% gembala dan kira-kira 50% murid theologi adalah wanita (hal. 298). Valdo Viney, mantan dekan dari Seminary Waldensian, mengatakan bahwa waktu bagi penginjilan tradisional “sudah berlalu dan kini diperlukan bagi kaum Waldensian untuk menjadi ragi yang kritis dalam kekristenan Italia dan budaya” (hal. 283). Kesesatan kaum Waldensian modern yang sedemikian parah digambarkan dalam paragraf berikut, pada ujung dari buku You Are My Witnesses: “Secara kultural, Italia adalah masyarakat yang pluralistik, tempat semua pengakuan iman dapat hidup dengan damai berdampingan, orang percaya dengan orang tidak percaya, Kristen dengan Muslim, Yahudi dengan Katolik, Ortodoks dengan Protestan, Mormon dengan Saksi Yehovah. Siapakah yang lebih baik, daripada Gereja Waldensian yang kuno, yang berakar di sepanjang semenanjung dan Sisilia, untuk menyimbolkan sikap terbuka kepada pluralisme ini, untuk melegitimasinya, dan memberikannya perspektif historis yang setua negara ini sendiri?” (hal. 293). Ini terdengar seperti “gereja esa-sedunia” yang bersifat pelacur dan sinkretistik, yang ada dalam Wahyu 17, dan kaum Waldensis, setelah menolak warisan rohani mereka yang mulia, ada persis di tengah-tengah semua itu.

MEGACHURCH ALABAMA MEMBUKA PUSAT ENTERTAINMENT SEHARGA $26 JUTA
(Berita Mingguan GITS 13 September 2014, sumber: www.wayoflife.org)
Faith Chapel Christian Center, dekat Birmingham, Alabama, telah membuka sebuah pusat entertainment seharga $26 juta. Fasilitas tersebut memiliki tempat bowling 12 jalur, sebuah lapangan basket, sebuah pusat fitness, sebuah ruang pesta dan kafe, sebuah club dansa untuk remaja, dan sebuah night club khusus dewasa yang bebas alkohol dan rokok. Gembala sidang Michael Moore menjelaskan nama fasilitas itu, yaitu The Bridge, sebagai berikut: “Kami percaya kami bisa memenuhi kebutuhan komunitas. Fasilitas ini akan menjembatani orang-orang dari dunia kepada Kerajaan” (“Alabama Megachurch Builds $26 Million," Christian News Network, 27 Agus. 2014). Ini lebih parah dari sekedar konyol dan bodoh. Ini adalah kesesatan. Tidak ada sedikitpun petunjuk dalam Amanat Agung Kristus tentang menghibur orang-orang tidak percaya atau membawa mereka kepada injil melalui program entertainment. Perintah Kristus tidak mengajar gereja-gereja untuk memikat orang-orang berdosa melalui cara-cara duniawi; melainkan memerintahkan gereja-gereja untuk pergi dan memberitakan Inijl kepada orang-orang berdosa. Amerika (dan dunia) sudah dihibur habis-habisan, dan kebanyakan gereja hanyalah dunia yang dipoles sedikit dengan hal-hal Kristiani. Ada program sport Kristen, media sosial Kristen, musik rock Kristen. Apapun yang dimiliki dunia, ada versi Kristen-nya. Hasilnya adalah semakin kecilnya kuasa dan pengruh rohani. “Jika kita memenangkan orang dengan sensasionalisme, kita memerlukan sensasionalisme untuk mempertahankan mereka. Orang yang datang karena roti dan ikan, harus dipertahankan dengan roti dan ikan” (John Phillips).

WORLD COUNCIL OF CHURCHES TERUS TERSANDUNG DALAM KEGELAPAN
(Berita Mingguan GITS 20 September 2014, sumber: www.wayoflife.org)
Saya telah berlangganan publikasi dari WCC (World Council of Churches) selama 35 tahun, dan publikasi mereka ini menjadi jendela untuk melihat inti kesesatan akhir zaman. Sebagai contoh, WCC Weekly Summary yang terbit minggu lalu menyerukan agar semua “gereja” mendirikan jembatan-jembatan yang tidak menghakimi satu sama lain, dan lebih lagi kepada agama-agama lain dan untuk tidak menyinggung pihak lain dengan dogmatisme. Lalu ada panggilan untuk merayakan ciptaan dan menghormati “pesta Assisi, santo pelindung binatang dan lingkungan.” Lalu ada seruan untuk “puasa bagi Iklim,” yang adalah “suatu inisiatif antar-agama, mendorong orang-orang dari iman yang berbeda-beda untuk puasa, sebagai suatu latihan rohani, sebagai bentuk solidaritas bagi korban-korban perubahan iklim.” Lalu ada pengumuman tentang Hari Internasional Berdoa untuk Damai, 21 September, yang dilaksanakan berhubungan dengan Hari Damai Internasional yang dibuat oleh PBB. Beberapa hal yang tidak ada dalam publikasi-publikasi WCC, tetapi yang menjadi tema-tema besar dalam iman Perjanjian Baru, adalah sebagai berikut: kekudusan Allah dan kondisi manusia yang penuh dosa; penghakiman kekal; injil tentang keselamatan pribadi melalui iman dalam darah Kristus; urgensi pemberitaan Injil ini ke semua jiwa di seluruh bangsa; panggilan agar semua orang bertobat dan percaya Injil ini; membongkar dan menegor doktrin yang salah; hidup Kristiani yang kudus dan separasi dari dunia; kedatangan Kristus kembali yang bisa terjadi kapan saja; Hari Tuhan yang sedang datang untuk menghakimi dosa manusia; kerajaan Kristus yang mulia yang akan datang.

LEBAH SELANGKAH LEBIH MAJU DARI ILMUWAN
(Berita Mingguan GITS 20 September 2014, sumber: www.wayoflife.org)
Berikut ini dari www.creationmoments.com, 2 Jan. 2014: “Para ilmuwan telah sejak lama menyadari bahwa lebah adalah makhluk-makhluk yang pintar. Bersamaan dengan itu, mereka percaya bahwa intelijensi ini adalah hasil jutaan tahun seleksi alam. Kemampuan belajar lebah yang amat cepat membuat kita ragu akan jutaan tahun tersebut atau memperlihatkan tangan sang Pencipta. Para peneliti di Princeton University memutuskan untuk mencari tahu apakah lebah cukup pintar untuk menemukan sumber makanan mereka jika dipindahkan. Para ilmuwan memindahkan sumber utama makanan mereka 50 meter lebih jauh dari sarang. Mereka menemukannya, dan mereka memerlukan waktu kurang dari satu menit untuk mendapatkan lokasi makanan yang baru. Karena para ilmuwan ingin teliti, mereka lalu memindahkan lagi sumber makanan lebah itu, 50 meter lagi. Para lebah masih memerlukan waktu kurang dari semenit untuk menemukan lokasi sumber makanan itu. Dua kali lagi sumber makanan itu dipindahkan, setiap kali persis 50 meter, dan hasilnya sama. Namun rupanya para lebah juga telah mempelajari para ilmuwan itu! Sebelum para peneliti itu selesai memindahkan sumber makanan 50 meter lagi, mereka menemukan bahwa para lebah sudah menebak pola yang terjadi dan sudah menunggu di lokasi yang baru! Allah adalah Pencipta kita, dan dia telah dengan sangat berhikmat meninggalkan bukti-bukti karya tanganNya – sidik jariNya, begitulah – dalam ciptaan itu sendiri. Bagi yang memiliki mata untuk melihat, hal ini membuat kita kagum, dan mengasihi Allah Pencipta yang telah terlebih dahulu mengasihi kita.

PELAWAK TERKENAL DAN KEGILAAN
(Berita Mingguan GITS 27 September 2014, sumber: www.wayoflife.org)
Berikut ini disadur dari “Robin Williams: The Sad Truth the Media Won't Tell You” oleh Joe Schimmel, goodfight.com: “Semua orang saat ini berbicara mengenai Robin Williams dan tindakan bunuh dirinya yang tragis. ...Robin Williams mengakui bahwa dia telah membuka dirinya bagi kuasa-kuasa iblis yang transformatif, yang membantu dia saat di panggung. ...Williams juga menyadari bahwa kuasa-kuasa ini telah menunjukkan suatu pengaruh yang sangat jahat di panggung dan bahwa bisa jadi ada harga yang mahal untuk bantuan mereka. Williams memberitahu James Kaplan dari US Weekly: 'Ya! Secara literal, itu seperti dirasuki – tiba-tiba anda masuk, dan karena ini di depan penonton langsung, anda tiba-tiba mendapat energi ini dan bisa berlanjut terus dan terus...Tetapi ada juga hal itu – yaitu dirasuki. Di zaman dulu, kamu bisa dibakar karena hal ini. ...Tetapi ada sesuatu yang memberi kuasa dari semua ini. Maksud saya, ini adalah suatu tempat anda bisa masuk total – ini seperti Dr. Jekyll dan Mr. Hyde, tempat anda bisa menjadi kuasa yang lain ini. Mungkin itulah sebabnya saya tidak perlu memainkan peran karakter jahat [di film-film], 'karena terkadang di atas panggung kamu bisa melewati garis itu dan kembali lagi. Klub-klub adalah semacam lingkungan aneh mirip di laboratorium. Maksud saya, di situ orang-orang bisa berubah menjadi segelap mungkin dalam komedi – atas nama komedi, berbicara tentang hal-hal yang sangat tidak baik dan dengan suatu cara bisa keluar dari sisi yang satu lagi' ('Robin Williams,' US Weekly, Januari 1999, hal. 53). Pernyataan Williams menjawb pertanyaan mengapa kuasa-kuasa satanik menggunakan para penghibur. Tujuan mereka akan mempromosikan kejahatan dan kegelapan dan meningkatkan pemberontakan manusia terhadap Allah. Williams lanjut untuk mengatakan setelah pengakuan itu: 'Orang-orang yang saya kagumi – Jonathan [Winters], pada hari-hari terbaiknya, berada di luar. Hilang. Tetapi harga yang dia bayar sungguh mendalam.' Sedihnya, sepertinya harga yang dibayar Robin Williams sekarang juga sedalam idolanya, Jonathan Winters. ...Seperti Robin Williams, Jonathan Winters harus berurusan dengan kuasa iblis yang menyiksa yang dia pakai untuk mendapatkan ketenaran dan harta. 'Suara-suara ini selalu berteriak-teriak minta keluar,' Winters memberitahu Fort Worth Star-Telegram, mengakui lebih lanjut lagi, 'Mereka mengikuti saya hampir sepanjang hari dan malam.' Pada puncak kesuksesan Winter, dia dengan sukarela memasukkan dirinya sendiri ke bangsal psikiatris selama delapan bulan. ...Adalah di [klub-klub] komedi stand-up Williams, dia akan masuk ke kondisi maniknya, meluncurkan celotehan penuh bahasa yang vulgar, seksualitas yang menyimpang dan pemuliaan obat-obat terlarang dan kemabukan. Banyak orang menyatakan diri syok setelah melihat komedi stand-up Williams, tidak menyadari bahwa dia begitu menyimpang.

Ironi yang sangat menyedihkan adalah bahwa banyak dari para pelawak ini, seperti Robin Williams dan Jonathan Winters, secara publik digambarkan sebagai orang-orang yang senang, ceria, penuh dengan tawa, padalah sebenarnya adalah jiwa-jiwa yang paling tersiksa dan tanpa sukacita di bumi. Yesus memberikan peringatan yang penting, “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya” (Mar. 8:36). ...Beberapa pelawak terkenal lainnya telah didiagnosis dengan penyakit mental dan menderita depresi berat. Beberapa nama yang terkena antara lain: John Cleese, Paul Merton, Jim Carrey, Stephen Fry, Ruby Wax, Dave Chappelle, Chevy Chase, Charlie Chaplin, Buster Keaton, Hugh Laurie, David Walliams, dan Maria Bamford. Tony Hancock, yang dianggap sebagai aktor lawak paling lucu di zamannya, akhirnya membunuh dirinya sendiri sementara membuat sebuah seri televisi di Australia tahun 1968. Kita tidak bisa benar-benar damai sampai kita memiliki hubungan dengan sang Raja Damai (Yes. 9:6). ...Yesus – bukan obat atau alkohol – adalah Juruselamat dunia dan satu-satunya yang dapat membebaskan kita dari hukuman dosa, neraka, kematian, dan perbudakan kuasa Iblis. Yesus mendeklarasikan: “Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (Yoh. 10:10).”

ILMUWAN DIPECAT KARENA MENEMUKAN FOSIL YANG LUAR BIASA
(Berita Mingguan GITS 27 September 2014, sumber: www.wayoflife.org)
Berikut ini disadur dari “Evolutionists Evade Critical Thinking,” Christian News Network, 6 Sept. 2014: “Seorang penulis Kristen dari Pacific Northwest menambahkan suaranya kepada diskusi yang semakin berkembang di seantero negeri (AS), ketika seorang ilmuwan dari California State University sedang mengadukan mantan atasannya di pengadilan, setelah ia dipecat karena mempresentasikan bukti fosil yang merusak teori 'jutaan tahun' dalam evolusi. Sebagaimana pernah kami laporkan, Mark Armitage adalah seorang ilmuwan di California State University – Northridge (CSUN) hingga 2 tahun yang lalu. Di sana ia bekerja sebagai seorang peneliti dan dia mengawasi laboratorium mikroskop elektron milik sekolah tersebut. Dia tiba-tiba diberhentikan setelah dia menemukan jaringan lunak di sebuah fosil Triceratops, dan penemuan tersebut dipublikasikan dalam jurnal ilmiah yang peer-reviewed. ...Dia menyatakan bahwa karena penemuannya dan laporan setelah itu, supervisornya masuk ke laboratorium dan mendeklarasikan, 'Kami tidak akan mentoleransi agamamu di departemen ini!'

Armitage baru-baru ini muncul di sebuah program radio Creation Moments setelah para pendengar mengirimi dia ratusan surat dukungan berhubung dengan pengaduan hukumnya. 'Kami membuat para evolusionis melarikan diri,' dia berkata. 'Mereka sedang kalang kabut mencoba menjelaskan adanya sel-sel dan jaringan-jaringan yang rapuh dan mirip hidup ini, yang tidak mungkin bisa bertahan untuk waktu yang sangat lama.' ...'Beritahu kepada teman-temanmu yang belum diselamatkan bahwa kamu memiliki seorang teman (saya) yang telah ikut serta menggali fosil dinosaurus, dan telah menemukan dan mempublikasikan penemuannya tentang jaringan lunak. ...Beritahu mereka bahwa jika jaringan lunak biasa ditemukan pada fosil, maka Bumi tidak mungkin tua sekali, dan bahwa tiba-tiba kitab Kejadian menjadi dapat dipercaya dan adalah sejarah sebenarnya.' ...Daniel Greenup, penulis dari Generation Why? memberitahu Christian News Network pada hari Jumat bahwa dia tidak terkejut bahwa Armitage dipecat karena penemuannya karena para evolusionis takut terhadap pemikiran yang kritis. 'Kita semua diberitahu di sekolah tentang pentingnya sikap bebas berpikir, berpikir kritis dan adanya keberagaman, tetapi sebenarnya semua itu palsu,' demikian dia katakan. 'Universitas-universitas pada umumnya suka keberagaman warna kulit dan keberagaman orientasi seksual, tetapi mereka tidak tertarik dengan keberagaman pendapat. Mereka ingin kamu percaya apa yang mereka percaya, dan mereka jelas tidak mau kamu memikirkannya secara kritis. Jadi, sangat tidak mengherankan bahwa Mr. Armitage dipecat kerana penemuannya.'”

KEANGGOTAAN GEREJA: ALKITABIAH VS. MURAHAN
(Berita Mingguan GITS 27 September 2014, sumber: www.wayoflife.org)
Berikut ini disadur dari Bob Kirkland, “Biblical Qualifications for Church Membership,” Lifting Up the Standard, 1 Sept. 2014, www.fairhavensbaptist.net: “Dua ribu tahun yang lalu, ketika seseorang dibaptis, secara umum menyatakan imannya kepada Kristus, mereka rela mati bagi Tuhan. Hari ini kita tidak dalam situasi seperti itu [minimal belum di Amerika, Indonesia, dll]; tetapi, seharusnya tidak boleh ada orang yang dianggap sebagai bagian dari gereja lokal Tuhan hari ini jika ia tidak mau hidup bagiNya. Di FairHavens Baptist Church, kami mengharuskan semua anggota jemaat setia datang kebaktian jemaat. Para simpatisan yang berpotensi menjadi jemaat diajarkan bahwa mereka memiliki tanggung jawab yang sama dengan gembala sidang. Jika seorang gembala sidang tidak ikut kebaktian karena dia mau menonton suatu acara olahraga, atau karena dia mau mengunjungi seorang kerabat, maka gereja itu sepantasnya mencari gembala yang baru. Jika seorang anggota jemaat bolos kebaktian karena hal-hal seperti itu, maka anggota jemaat itu harus ditegor atau dia mencari gereja lain yang mengizinkan keanggotaan murahan. Jelas, akan ada saat-saat ketika seorang gembala atau anggota jemaat tidak bisa kebaktian; tetapi jika jemaat yang telah Kristus 'beli dengan darahNya sendiri' tidak lebih dari suatu aktivitas tambahan dalam hidup ini, ini adalah penghinaan bagi Tuhan. Di FairHavens Baptist Church, anggota-anggota jemaat diharuskan setia kepada gembala dan kepada satu sama lain. Itu tidak berarti tidak pernah ada ketidakcocokan pendapat. Artinya adalah mereka akan berbeda pendapat secara alkitabiah. Artinya jika ada masalah, mereka akan “membicarakannya empat mata terlebih dulu” (Mat. 18:15). Mereka yang “menabur bibit perpecahan” di antara saudara-saudara, akan didisiplin jemaat.”

Editor: Dr. Steven E. Liauw
Graphe International Theological Seminary (www.graphe-ministry.org)
(Didistribusikan dengan gratis, dengan mencantumkan informasi sumber di atas)
Untuk berlangganan, pilih opsi “Join Group” di: http://groups.yahoo.com/group/gits_buletin/ dan ikuti petunjuk selanjutnya di layar komputer

No comments: