Tuesday, April 12, 2011

Berita Bulan Maret 2011

Sungai Besar Kesesatan
Di zaman kita ini, kejahatan berkuasa, kesesatan sangat agresif, dan kompromi ada di mana-mana di udara. Kita berada di dunia yang jahat ini dan di zaman yang sesat ini entah kita suka atau tidak, dan kita harus mengalahkannya atau hal-hal itu akan mengalahkan kita. Kesesatan akhir zaman adalah seperti sungai besar yang deras menyapu segala sesuatu di dalam arusnya, dan gereja-gereja Perjanjian Baru yang Alkitabiah adalah seperti sebuah perahu. Jika kita tidak dengan usaha keras mendayung ke hulu – melalui hal-hal seperti pertobatan yang sejati, hidup Kristiani yang serius dan terpisah dari dunia, dan khotbah-khotbah yang tidak berkompromi – kita akan terbawa oleh arus. Tidak ada netralitas, tidak ada relaksasi, tidak ada pensiun. Jika kamu capek bekerja dan menurunkan dayung separasi dan nasihat-nasihat saleh, kamu akan segera bergerak sesuai dengan arus. Selama 20 tahun terakhir, banyak gereja-gereja Baptis fundamental telah berhenti mendayung. Ketika hal itu terjadi pertama kali, semua orang senang.

Tentu ada beberapa jiwa yang khawatir tentang perubahan yang terjadi dan mereka membuat semua orang tidak nyaman pada awalnya dengan keluhan-keluhan mereka, tetapi karena gembala sidang tidak khawatir dan menekankan bahwa “tidak ada yang berubah,” semua orang rileks dan orang-orang kuno yang masih mau mendayung diperingatkan agar tidak memiliki “mata yang kritis” atau untuk tidak “menembaki” pelayan Tuhan. Jika mereka tidak menenangkan diri dan menikmati perjalanan mengikuti arus, mereka segera mendapatkan bahwa mereka tidak lagi diterima dan mereka pergi untuk mencari perahu kecil lain di suatu tempat yang masih mendayung ke arah hulu…Dengan “para pengeluh” hilang, akhirnya gereja tersebut dapat menikmati suasana baru. Sepertinya ini adalah solusi win-win. Daripada mendayung dengan sekuat tenaga dan menjadikan diri sangat capek, mereka dapat rileks dan menikmati pemandangan, dan tidak ada lagi seorang pengkhotbah yang akan meneriaki mereka untuk mendayung lebih kuat. Mereka sangat senang dan merasa ingin nge-rock. Mereka tidak lagi tanggung-tanggung dan main-main dengan sekedar “mengadaptasi” CCM. Mereka mengeluarkan rock band, menyetel gitar bass, mengencangkan peralatan drum, meningkatkan amplitudo loud speaker, menyajikan tim penyembahan (memastikan bahwa minimal satu dari anggotanya adalah seorang wanita atraktif yang berbusana sesensual yang diperbolehkan oleh gembala), dan membiarkan pujian meledak agar mereka semua dapat “merasakan Allah” melalui penyembahan yang sejati. Kini mereka dapat menikmati hidup daripada diikat oleh aturan dan dibatasi oleh separasi. Mereka memperhatikan bahwa ke arah manapun mereka memandang ada banyak perahu lain yang dengan senang mengikuti arus. Tentunya semua orang itu tidak mungkin salah. Ya, di situ ada perahunya Rick Warren yang besar. Wow, mereka nge-rock hebat! Dan ada perahu Franklin Graham. Dia terlihat bahagia! Bayangkan pengkhotbah-pengkhotbah dulu yang suka mendayung sering memperingatkan tentang ayahnya, Billy Graham. Sungguh menggelikan. Akhirnya, orang-orang di perahu itu mendapatkan bahwa mereka adalah bagian dari mayoritas dan tidak lagi menjadi bahan tertawaan perahu-perahu lain. Lalu mereka memperhatikan bahwa ada banyak cabang-cabang di sungai itu, dan mereka semua terlihat menarik, walaupun hutan belantara di tepi-tepi sungai itu terlihat gelap dan menakutkan; dan untuk sesaat – tetapi pasti itu hanyalah tipuan imajinasi – sepertinya ada monster-monster yang bergerak di bawah air yang gelap itu. Tetapi tidak, gembala baru kita (anak dari pendiri) memberitahu kita bahwa semua cabang-cabang itu baik-baik saja dan kita memiliki banyak sekali kebebasan. Allah berpikiran luas dan mengasihi semua cabang itu. Ada cabang emerging dan cabang meditasi dan cabang hedonisme Kristen dan cabang Bapa-Bapa Gereja dan banyak lagi yang pernah mereka lihat sebagai sesuatu yang berbahaya tetapi kini mereka dapat melihat bahwa semua itu cabang Kristiani yang baik-baik saja. Satu hal yang selalu diulangi oleh orang-orang adalah kini hidup terasa begitu menyenangkan dan mereka tidak perlu mendayung. Sungguh enak akhirnya dapat membuat keputusan sendiri dan tidak perlu dibatasi oleh teriakan-teriakan pengkhotbah yang fanatik. Mereka kini begitu bersemangat karena rock band, begitu tenggelam dalam “penyembahan,” begitu sibuk menyelidiki cabang-cabang yang berbeda-beda, sehingga mereka tidak menyadai bahwa sungai itu kini mengalir lebih cepat dan pemandangan mulai berubah. Kini ada bagian jeram yang berbatu-batu. Mereka mulai merasa sedikit tidak nyaman, dan ada yang menyarankan bahwa mungkin mereka kini perlu mendayung sedikit lagi, tetapi hal ini dianggap sebagai sikap Farisi. Bahkan ada yang berkomentar, “Apa berikutnya kamu mau mengundang David Cloud, si hyper-legalis dan penyerang pengkhotbah lain itu?” Semua orang tertawa. Tetapi, bagaimanapun juga kini sudah terlambat. Mereka sudah melaju terlalu kencang. Sungai itu kini menguasai mereka. Tidak ada tempat berbalik. Lalu mereka mendengar sesuatu di kejauhan, semacam bunyi deru, dan semakin lama semakin nyaring. Semakin nyaring. Dan akhirnya mereka melihatnya. Air itu bergejolak dan berbuih-buih menuruni air terjun yang besar. Mereka kini tidak berdaya, dalam genggaman sesuatu yang terlalu kuat untuk dilawan. Waktu untuk berbalik sudah lewat, dan mereka meluncur menuruni air terjun dan hancur di bebatuan di bawahnya. Tetapi sebelum mereka terjun, gembala sidang mereka yang cool itu berteriak, “Tetapi yang kita lakukan hanyalah berhenti mendayung!!!” Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng (2 Timotius 4:3-4).
EDITOR: Dr. David Cloud dalam artikel ini memperingatkan tentang bahaya kompromi yang dihadapi oleh setiap gereja Baptis Independen yang Alkitabiah. Hal ini terutama dimulai dalam bidang musik. Kompromi hampir tidak pernah terjadi sekaligus, tetapi perlahan. Berhenti menyerang kesesatan secara aktif sudah merupakan suatu kompromi. Setiap orang Kristen perlu memastikan dirinya berada di gereja yang Alkitabiah. Lalu, setelah berada di gereja yang Alkitabiah, dia perlu memastikan gerejanya tidak berkompromi. Ini adalah pekerjaan yang melelahkan memang dan ibarat mendayung. “Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita dengar, supaya kita jangan hanyut dibawa arus” (Ibrani 2:1).

Bahaya “Mengadaptasi” CCM – Peringatan Dari Gordon Sears
Banyak gereja Baptis Independen yang masih mengaku bahwa mereka memiliki keyakinan melawan CCM, tetapi ternyata mereka mengadaptasi lagu-lagu CCM itu, memakai kata-katanya dan melembutkan ritmenya. Mereka mencoba untuk mengeluarkan elemen “rock” dari Christian rock. Mereka berpikir dapat menjinakkan binatang ini dan mengubah lagu praise Kharismatik menjadi lagu pujian Fundamentalis. Ini mengakibatkan penerimaan yang perlahan dan semakin banyak dipakainya lagu-lagu CCM (Contemporary Christian Music), perlahan-lahan membiarkan ritme-ritme yang sensual, dan tindakan terus menerus mencoba untuk melewati batas. Banyak orang dengan pikiran rohani telah memberikan peringatan tentang lereng yang licin ini, termasuk almarhum Penginjil Gordon Sears: “Ketika standar musik DITURUNKAN, maka standar pakaian juga diturunkan. Ketika standar pakaian diturunkan, standar perilaku juga diturunkan. Ketika standar perilaku diturunkan, maka penilaian akan kebenaran Allah juga diturunkan” (buletin Songfest, April 2001). Saudara Sears, yang pernah saya jumpai, adalah seorang lelaki Kristen yang penuh kasih yang mengasihi Tuhan dan mengasihi gereja-gereja Tuhan, dan dia sangat prihatin atas apa yang terjadi di kalangan Baptis Fundamental. Dia dan anak-anaknya yang sangat berbakat musik sering berpergian bersama sebagai Keluarga Sears. Saya pertama kali mendengar mereka di Highland Park Baptist Church di Chattanooga tahun 1970an. Tetapi pada tahun 1990an, Saudara Sears tidak lagi memiliki banyak pelayanan musik karena begitu banyak gereja yang telah mengubah standar musik mereka, dan mereka tidak ingin mengundang seorang Penginjil untuk datang dan menggoyang perahu mereka. Perhatikan bahwa ini adalah seorang Penginjil yang saleh, yang telah memiliki puluhan tahun pengalaman dalam menggunakan indera dia untuk membedakan yang baik dan yang buruk (Ibrani 5:12), mengatakan bahwa standar musik tidak perlu diubah secara radikal. Cukup DITURUNKAN saja, dan itu akan memicu progesi ke bawah yang akhirnya akan berujung pada penurunan nilai kebenaran itu sendiri. Sebuah gereja dapat saja memegang kebenaran, maksudnya berkomitmen terhadap kebenaran doktrinal, tanpa benar-benar menghargainya secara mendalam, dan itu terjadi ketika gereja tersebut ikut dalam filosofi CCM bahwa “kasih” dan “persatuan” dan “hati” (yang selalu didefinisikan tidak sesuai dengan Alkitab tentunya) adalah lebih penting dari kemurnian doktrin, dan filosofi tersebut akan perlahan menyebar di gereja itu.

Bunga Tercepat di Hutan
Berikut ini dari Creation Moments, 4 Februari 2011: “Suasana damai dan sepi di hutan-hutan cemara Amerika Utara hanya sesekali terusik oleh rusa-rusa yang lewat. Kira-kira seperti itulah pikiran kebanyakan orang. Sebenarnya, ada banyak hal yang terjadi di hutan-hutan itu yang dapat membuat kita tercengang. Bunga “bunchberry dogwood” hanyalah setinggi sepersepuluh inci (sekitar 2,5 milimeter). Para ilmuwan tahu bahwa bunga ini mekar dengan cara yang sangat “ekplosif.” Hal ini dilakukan oleh sang bunga untuk melontarkan serbuk-serbuk sarinya lebih jauh. Para ilmuwan memutuskan untuk mencari tahu seberapa cepat pastinya bunga ini mekar. Jadi mereka memutuskan untuk merekam proses mekarnya setangkai bunga kecil ini dengan kamera kecepatan tinggi yang dapat merekam 1.000 gambar dalam satu detik. Tetapi kamera itu ternyata terlalu pelan. Barulah setelah memakai kamera yang dapat mengambil 10.000 gambar per detik mereka dapat melihat apa yang terjadi dengan jelas. Mereka melihat kuncup bunga tersebut membuka, dan sambil itu terjadi, tangkai stamen (benang sari) dari bunga meluncur sedemikian cepat sehingga serbuk-serbuk sari yang ada di tangkai itu terlontar ke udara. Semua ini terjadi dalam waktu 0,4 dari seperseribu detik. Itu lebih dari 100 kali lebih cepat dari gerakan lidah bunglon ketika menangkap makan siangnya. Benang sari bunga itu meluncur sedemikian cepat mereka memberikan gaya lebih dari 2.400 kali gravitasi terhadap serbuk-serbuk sari. Tidak ada batas pada keajaiban-keajaiban yang Allah dapat lakukan dan ciptakan. Yang paling ajaib adalah belas kasihNya yang menghasilkan pengampunan dan keselamatan.”

Para Atheis Marah Terhadap Allah
Judul yang luar biasa dari sebuah laporan CNN baru-baru ini adalah “Amarah Terhadap Allah Banyak Terjadi, Bahkan Di antara Atheis” (1 Januari 2011). Serangkaian penelitian di Jurnal Personality and Social Psychology telah menemukan bahwa manusia sering sekali marah terhadap Allah dan “para atheis dan agnostik [Editor: Orang yang mengatakan bahwa mereka tidak tahu ada Allah atau tidak] melaporkan lebih banyak amarah terhadap Allah dalam hidup mereka daripada orang-orang yang percaya ada Allah.” Di sisi lain, “orang-orang yang religius lebih cenderung melihat maksud-maksud Allah sebagai sesuatu yang baik.” Yang tidak diteliti lebih lanjut adalah poin aneh bahwa mengapakah seorang atheis perlu marah terhadap suatu mitos [mereka percaya Allah adalah mitos]. Tebakan saya adalah bahwa karena “Allah” yang menjadi sasaran amarah para atheis dan agnostik adalah Allah yang terdapat dalam Alkitab, Allah Pencipta Mahakuasa, dan bukanlah Zeus atau Kali atau Gaia atau suatu kuasa New Age. Ini sekali lagi membuktikan kebenaran dan realita Alkitab, yang mengatakan bahwa orang beballah yang bersikukuh tidak ada Allah dan bahwa manusia sebenarnya memiliki pengetahuan tentang Allah dalam hati dan hati nurani mereka tetapi mereka telah memberontak terhadap Dia dan sedang bermusuhan terhadap dia (lihat Mazmur 14:1; Roma 3:18-21; 8:7). Kita mengucap syukur bahwa Kabar Baik adalah keselamatan tersedia melalui Yesus Kristus bagi orang berdosa yang mau bertobat, mengakui pemberontakannya dan berserah kepada otoritas Allah, dan menaruh iman mereka dalam karya Penebusan Kristus yang Dia bayar di kayu salib. “Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya” (Roma 3:25).

Paus Mengatakan Bahwa Orang Yahudi Tidak Bersalah Atas Kematian Yesus
Dalam sebuah buku baru, Paus Benediktus membebaskan orang Yahudi dari kesalahan dan tanggung jawab atas kematian Yesus. Dalam volume kedua dari buku “Jesus of Nazareth,” sang paus mempersalahkan kematian Yesus pada “aristokrasi Bait Suci” dan bukan bangsa Yahudi secara keseluruhan. Pemimpin-pemimpin Yahudi telah meresponi hal ini dengan sangat antusias. Elan Steinberg dari organisasi American Gathering of Holocaust Survivor, mengatakan, “Ini adalah penolakan pribadi terhadap dasar theologi yang telah menghasilkan berabad-abad sikap anti-semit [anti-Yahudi]” (“Pope Book Says Jews Not Guilty,” Reuters, 2 Maret 2011). Anti-semitisme dan kebencian terhadap orang Yahudi yang dimiliki oleh Gereja Roma Katolik, dan Ortodoks Timur, dan Lutheran, dan banyak lagi yang lain, adalah dosa dan noda yang besar bagi pekerjaan Kristus. Para Katolik yang ikut dalam Perang Salib membantai Yahudi, dan hal-hal seperti ini telah merusak citra “kekristenan” dalam pikiran banyak orang. Yang tidak mereka ketahui, tentunya, adalah bahwa Perang Salib tidak dilakukan oleh orang-orang Kristen yang percaya Alkitab. Mereka adalah orang-orang gila yang terbakar oleh hasutan paus! Tanpa sikap anti-semit, Alkitab dengan jelas sebenarnya menyatakan bahwa bukan hanya para pemimpin Bait Suci yang menghukum Yesus; khalayak ramai Yahudi waktu itu setuju. Memang benar sekali bahwa “ imam-imam kepala menghasut orang banyak” (Markus 15:11), tetapi itu tidak membenarkan tindakan bangsa Yahudi menolak Mesias mereka sendiri ketika Ia sudah memenuhi semua tanda Mesias yang dinubuatkan dalam Kitab Suci. Ketika Pilatus mencoba untuk menenangkan gerombolan Yahudi dan melepaskan Yesus, “mereka makin keras berteriak: “Salibkanlah Dia!”” (Markus 15:14). Mereka bahkan bertindak lebih jauh lagi. Alkitab mengatakan, “Dan SELURUH RAKYAT ITU menjawab: “Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!”” (Matius 27:25). Lebih lanjut lagi, orang-orang Yahudi terus menerus mengejar dan menganiaya pengikut-pengikut Kristus seperti Paulus di mana pun dan kapan pun ada kesempatan. Kita perlu melihat semua ini dari perspektif Allah, bukan melalui perspektif Yahudi atau Paus atau media massa. Yesus mengklaim diri sebagai Anak Allah, Mesias yang dinantikan. Ia dilahirkan di tempat yang benar, di waktu yang tepat, dengan cara yang benar. Ia mengucapkan kata-kata yang benar, melakukan mujizat-mujizat yang benar, menunjukkan semangat yang benar bagi hukum Allah dan belas kasihan yang benar bagi jiwa-jiwa manusia, mati dengan cara yang benar, dan bangkit lagi dengan cara yang benar. Ada lebih banyak bukti dan yang lebih baik bahwa Yesus bangkit dari antara orang mati daripada kejadian apapun juga dalam sejarah dunia kuno, dan kebangkitanNya membuktikan tanpa keraguan bahwa Dia adalah sebagaimana yang Dia katakan, yaitu Anak Allah yang kekal, Pencipta, satu-satunya Tuhan dan Juruselamat. Orang-orang Yahudi jelas menyalibkan Kristus, tetapi bukan hanya orang Yahudi. Kerajaan Romawi menyalibkan Yesus melalui Pilatus dan prajurit-prajurit Roma, tetapi lebih lagi dari itu, seluruh dunia menyalibkan Kristus, karena adalah untuk dosa setiap manusia Dia mati. Ini adalah untuk menggenapi nubuat agung Yesaya 53. “Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.” Kata “kita” dalam ayat ini menunjuk kepada baik orang Yahudi maupun orang berdosa seluruh dunia.

SERANGAN BARU ROB BELL TERHADAP NERAKA
Buku baru Rob Bell yang berjudul Love Wins telah menimbulkan kontroversi besar, yang cukup membingungkan. Orang tersebut telah menyangkal adanya suatu neraka yang berapi-api kekal dan mengajarkan iman universalism (bahwa semua orang pada akhirnya akan masuk Surga) sejak lama. Dalam suatu wawancara tahun 2005 dengan Beliefnet, Bell mengatakan "gereja harus berhenti melihat semua orang dalam kategori masuk atau keluar, selamat atau tidak selamat, orang percaya atau orang bukan percaya." Dalam bukunya yang berpengaruh, Velvet Elvis, yang populer di kalangan Southern Baptist, dia menggambarkan suatu pernikahan yang dia laksanakan bagi dua orang yang tidak percaya yang memberitahu dia bahwa "mereka tidak mau Yesus atau Allah atau Alkitab atau agama dibicarakan" tetapi mereka mau dia membuat pernikahan itu "serohani mungkin" (hal. 76). Bell setuju dengan permintaan yang sangat konyol ini dan mengatakan bahwa teman-teman kafirnya itu "bergema dengan Yesus, entah mereka mau mengakuinya atau tidak" (hal 92). Buku Bell yang paling baru, Love Wins, meneruskan hal-hal yang sama. Bukan hanya dia mengajarkan hampir-universalisme (dia menyangkal mengajarkan universalisme, tetapi pada kenyataannya memang demikian), ia memberitakan allah palsu, kristus palsu, injil palsu, surga palsu, dan neraka yang palsu. Ia sangat ahli dalam hal mengutip Alkitab di luar konteks dan memasukkan kesesatan-kesesatannya ke dalam teks. Walaupun Bell menyangkal dia percaya universalisme, dengan jelas dia mendukung hal itu dalam buku ini, walaupun dia bisa saja menyisakan ruang bagi orang-orang tertentu untuk masuk ke semacam neraka untuk sementara waktu. Perhatikan dua dari sekian banyak kutipan sebagai bukti: "Penekanan bahwa Allah akan bersatu dan berdamai dengan semua manusia adalah suatu tema yang para penulis dan para nabi ulangi terus menerus . . . Allah yang Yesus ajarkan tidak pernah menyerah hingga segala sesuatu yang terhilang telah ditemukan. Allah ini tidak pernah menyerah. Tidak pernah" (Love Wins, Kindle location 1259-1287). "Kasih Allah akan melumerkan semua hati yang keras, dan bahkan 'orang berdosa yang paling parah' sekalipun pada akhinrya akan menyerah dalam perlawanan mereka dan kembali kepada Allah. Dan demikianlah, mulai dari gereja awal, ada tradisi Kristen yang sejak kuno bahwa Allah pada akhirnya akan merestorasi segala sesuatu dan semua orang" (Love Wins, location 1339-1365) Bell bahkan mengklaim bahwa Sodom dan Gomora akan direstorasi (location 1057-1071, 1071-1082). Bell hanya punya olok-olok bagi berita Injil bahwa Yesus mati bagi dosa-dosa manusia dan bahwa mereka yang bertobat dan percaya (dan hanya mereka yang bertobat dan percaya) akan diselamatkan. Sebagaimana gaya kebanyakan penyesat, Bell meredefinisi ulang istilah-istilah Alkitab. Ia mendefinisikan baik surga maupun neraka sebagai realita di bumi ini. Ia mengatakan bahwa pernyataan-pernyataan dalam Alkitab mengenai neraka sebagai tempat api dan penyiksaan hanyalah puisi.

ALLAH BARU ROB BELL 
Dalam buku barunya, Love Wins, Rob Bell bukan hanya menolak doktrin Alkitab mengenai neraka; dia menolak Allah dalam Alkitab dan dalam aksinya itu ia menolak Allah yang disembah oleh kakek neneknya. Allah-nya Bell bukanlah Pemberi Hukum yang kudus, kudus, kudus, yang membenci dosa. Dalam buku Love Wins, ada foto akan sebuah lukisan yang tergantung di rumah nenek Bell. Lukisan itu menggambarkan surga sebagai suatu kota yang bersinar-sinar di ujung jauh dari sebuah jurang yang gelap dan membara. Membentangi jurang itu adalah sebuah salib di atas mana orang-orang dapat berjalan menuju selamat. Bell mengklaim bahwa Allah yang digambarkan oleh lukisan ini tidaklah agung atau berkuasa (Love Wins, location 1189-1229). Ia menyebut tindakan pemberitaan neraka yang kekal sebagai sesuatu yang "salah dan beracun," suatu "pandangan murahan tentang Allah," dan "mematikan" (location 47-60, 2154-2180). Ia mengimplikasikan bahwa Allah seperti ini bukanlah teman sejati dan pelindung; ia mengatakan bahwa ada yang salah dengan Allah semacam ini dan menyebutNya "menakutkan dan membuat trauma dan menyebalkan" (location 1273-1287, 2098-2113). Dia bahkan mengatakan bahwa jika seorang ayah di bumi berlaku seperti Allah yang mengirim orang ke neraka, "kita akan menelpon petugas sosial sesegera mungkin" (location 2085-2098). Jelas sekali bahwa Bell sama sekali tidak mau berurusan dengan Allah yang disembah oleh nenek moyangnya. Allahnya Bell lebih mirip allah New Age yang panentheistik daripada Allah Alkitab. Ia menggambarkan Allah sebagai "suatu kuasa, suatu energi, suatu pribadi yang memanggil kita dalam berbagai bahasa, menggunakan berbagai cara dan tindakan" (Love Wins, location 1710-1724). Bell juga menyembah suatu kristus yang palsu. Yesus dia adalah "di atas budaya … hadir dalam semua budaya … menolak untuk dimiliki oleh budaya manapun … Dia bahkan tidak pernah menyatakan bahwa mereka yang datang kepada Bapa melalui Dia akan tahu bahwa mereka hanya bisa datang melalui Dia … hanya ada satu gunung, tetapi banyak jalan. ...Orang datang kepada Yesus melalui berbagai jalan … Kadang-kadang orang memakai namaNya; di saat lain mereka tidak memakai namaNya" (Love Wins, location 1827-1840, 1865-1878, 1918-1933).

BAGAIMANA DENGAN MEREKA YANG TIDAK PERCAYA YESUS SECARA PRIBADI? 
Apakah semua orang yang tidak beriman kepada Kristus akan masuk neraka, apa itu neraka, dan apakah penghakiman itu kekal sifatnya, adalah topik-topik yang penting dalam pemberitaan Injil. Apakah Allah "menyelamatkan sebagian orang yang tidak pernah beriman kepada Yesus Kristus?" Alkitab mengatakan sama sekali tidak! Efesus pasal dua memberitahu kita tentang kondisi setiap individu di luar iman yang menyelamatkan dalam Kristus Yesus. Dia mati dalam pelanggaran dan dosa (ay. 1), dikuasai dan hidup menurut kuasa Setan (ay. 2), orang durhaka (ay. 2), menuruti hawa nafsu daging (ay. 3), pada dasarnya orang yang harus dimurkai (ay. 3), tanpa Kristus (ay. 12), tidak mendapat bagian dalam janji Allah (ay. 12), TANPA PENGHARAPAN (ay. 12), TANPA ALLAH DI DALAM DUNIA (ay. 12), jauh dari Allah (ay. 13). Alkitab sama sekali tidak memberikan pengharapan bagi mereka yang mati tanpa iman pribadi kepada Kristus. Tuhan Yesus Kristus telah menuntaskan masalah ini sebelum kitab Efesus ditulis. Dalam percakapanNya dengan Nikodemus, Kristus mengatakan dengan tegas, "Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah" (Yoh. 3:3). Nikodemus adalah seorang Yahudi yang sangat beragama dan tulus, dan jikalau ada tipe orang yang bisa ke Surga tanpa lahir kembali, mestinya itu adalah orang seperti dia. Yesus Kristus mengatakan bahwa itu tidak akan terjadi. Dalam percakapan yang sama Yesus mengatakan, "Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia TELAH BERADA DI BAWAH HUKUMAN, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah" (Yoh. 3:18), dan "Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya" (Yoh. 3:36). Puji Tuhan untuk keselamatan penuh yang dibeli oleh darah Yesus Kristus bagi semua yang mau berseru kepadaNya dalam pertobatan dan iman. Allah ADALAH BAIK; Dia membayar harga penuh keselamatan dengan diriNya sendiri. Kita berdosa, tetapi Allah menderita menggantikan kita. Tidak ada tuduhan ketidakbenaran yang dapat dilontarkan kepada Allah. Marilah kita yang mengenal Tuhan tidak bersalah dalam hal malas memberitakan Injil ke segala penjuru bumi.
PRESIDEN FULLER SEMINARY MEMUJI BUKU ROB BELL
Richard Mouw, Presiden dari Fuller Theological Seminary, memberitahu USA Today bahwa "buku baru Rob Bell, Love Wins, adalah buku yang bagus dan bahwa saya pada dasarnya setuju dengan theologinya" ("The Orthodoxy of Rob Bell," Christian Post, 20 Maret 2011). Ini memberitahu kita betapa jauhnya Fuller Seminary telah meninggalkan akarnya yaitu pelayanan penginjilan "hanya melalui darah" yang dilakukan oleh Charles Fuller. Mouw setuju dengan Bell bahwa adalah salah untuk mengatakan, "Terima Yesus sekarang juga, karena jika sepuluh menit dari sekarang kamu mati tanpa menerima tawaran ini Allah akan menghukummu selamanya dalam api neraka." Mouw berkomentar, "Allah seperti apa yang kita presentasikan kepada orang tersebut?" Jawabannya adalah Allah Alkitab dan Allah yang dikhotbahkan oleh pendiri Fuller Theological Seminary. Adalah Bell dan Mouw yang memiliki allah baru. Mouw mengatakan bahwa setelah seorang teman dia, seorang rabbi, meninggal, dia "berharap bahwa ketika dia melihat Yesus dia akan mengakui bahwa selama ini Dialah yang benar, dan bahwa Yesus akan menyambut dia ke lingkup surgawi." Saya tidak pernah membaca hal seperti itu dalam Alkitab, tetapi C.S. Lewis mengajarkan hal ini. Mouw mengatakan bahwa mereka yang mempertanyakan keselamatan Bunda Teresa hanya karena dia percaya Injil palsu seharusnya malu akan diri mereka sendiri. Mouw mengimplikasikan bahwa para pengritik Bell hanya mau membuat orang tidak masuk Surga, yang jelas adalah tuduhan yang konyol dan fitnah. Mouw ingin kita percaya bahwa dia lebih kasih daripada Yesus, yang dengan tajam berkata, "Jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian" (Lukas 13:3, 5). Baik Bell maupun Mouw komplain tentang "pengritik" mereka, tetapi mereka tidak segan-segan untuk menyerang dengan hebat para "fundamentalis." Bell menyebut khotbah tentang api neraka sesuatu yang "mematikan," "beracun," "tidak mengasihi," "menakutkan," suatu "pandangan murahan tentang Allah." Hey, tidak ada yang menghakimi siapapun kan! Semuanya hanyalah dialog yang penuh kasih dan toleran!

PENGARUH C.S. LEWIS DALAM MEMBUAT KAUM INJILI LEMAH MENGENAI NERAKA
C.S. Lewis (1898-1963) disebut "Superstar" oleh majalah Christianity Today. Dalam sebuah jajak pendapat tahun 1998, C.S. Lewis mendapat suara sebagai penulis Injili yang paling berpengaruh, dan mengingat betapa kacaunya kondisi rohani-doktrinal-moral kaum Injili hari ini, hasil jajak pendapat ini sungguh mencelikkan. Salah satu cara Lewis telah mempengaruhi Injili adalah dalam hal yang sangat fondasional yaitu neraka dan eksklusivitas keselamatan melalui nama Kristus. Lewis mengatakan bahwa tidaklah terlalu salah untuk berdoa kepada Apollo, karena melakukan itu adalah "berbicara kepada Kristus sub specie Apollonius" (C.S. Lewis kepada Chad Walsh, 23 Mei 1960, dikutip dari George Sayer, Jack: A Life of C.S. Lewis, 1994, hal. 378). Lewis di tempat lain mengklaim bahwa para pengikut agama-agama kafir dapat diselamatkan tanpa iman pribadi dalam Kristus Yesus (C.S. Lewis, Mere Christianity, HarperSanFrancisco edition, 2001, hal. 64, 208, 209). Dalam seri Narnia yang populer, yang telah mempengaruhi banyak sekali anak-anak, Lewis mengajarkan bahwa mereka yang melayani Setan dengan tulus (yang disebut Tash) sebenarnya melayani Kristus (Aslan) dan pada akhirnya akan diterima oleh Allah. "Tetapi saya kata, 'Ah, sayang sekali, Tuhan, saya bukan anakmu melainkan hamba Tash.' Dia menjawab, 'Anak, semua yang kau lakukan bagi Tash, saya hitung sebagai pelayanan terhadap ku.' ….Jadi, jika seseorang bersumpah demi Tash dan menepati sumpahnya demi sumpah itu, sebenarnya dia bersumpah demiku, walaupun dia tidak mengetahuinya, dan adalah Aku yang memberinya pahala" (The Last Battle, pasal 15, "Further Up and Further In"). Jadi, tidaklah mengherankan bahwa Lewis dikutip sebagai pengaruh yang besar oleh para Injili yang lunak perihal neraka. Clark Pinnock mengatakan, "Ketika saya seorang percaya yang muda pada tahun 1950an, C.S. Lewis membantu saya mengerti hubungan antara kekristenan dan agama-agama lain dengan cara yang inklusif" ("More Than One Way? Zondervan, 1996, hal. 107). Richard Mouw mengatakan, "Jika saya diberi tugas untuk menulis suatu esai theologis tentang "Eskatologinya Rob Bell," saya akan mulai tugas itu dengan membeberkan dasar-dasar perspektif C.S. Lewis mengenai surga dan neraka" ("The Orthodoxy of Rob Bell," Christian Post, 20 Maret 2011). Dalam bagian Ucapan Terima Kasih dalam buku Love Wins, Rob Bell menulis, "....kepada orang tua saya, Rob dan Helen, karena menyarankan ketika saya SMA untuk membaca C.S. Lewis." Hati-hati terhadap C.S. Lewis. Bahwa dia dicintai sama rata oleh "Injili yang konservatif," para emergent yang menolak neraka, rocker Kristen, Katolik, Mormon, dan bahkan sebagian Atheis, sudah cukup sebagai peringatan bagi mereka yang memiliki telinga untuk mendengar.
Editor: Dr. Steven E. Liauw
Graphe International Theological Seminary (www.graphe-ministry.org)
(Didistribusikan dengan gratis, dengan mencantumkan informasi sumber di atas)
Untuk berlangganan, pilih opsi "Join Group" di: http://groups.yahoo.com/group/gits_buletin/ dan ikuti petunjuk selanjutnya di layar komputer

No comments: