Saturday, July 03, 2010

The Book of Eli: Kitab Allahku

www.terangdunia.com, Denzel washington, dikenal sebagai seorang aktor yang setia beribadah di The Crystal Cathedral Church Ministries. Pada film The Book of Eli yang diproduserinya ini, ia mencoba mengungkapkan keyakinan yang selama ini diyakininya. Film The Book of Eli berkisah tentang “pasca semi-kiamat” yang terjadi di bumi ini pada tahun 2043 dan sejak itu sosok Eli (Denzel Washington) memulai perjalanannya selama 30 tahun untuk mengantar sebuah Kitab Suci satu-satunya yang masih tersisa.

Pengetahuan adalah sumber kekuasaan, itulah tema yang diangkat dalam film “The Book of Eli”. Dan buku yang sedang dibawa oleh Eli adalah buku dari segala sumber pengetahuan dan hikmat. Ada permainan kata pada judul “The Book of Eli”, ‘Eli’ adalah sebuah kata yang dijadikan nama dalam bahasa Ibrani yang bermakna ‘Allah-ku’ (berasal dari EL, Allah, dengan akhiran “yod” menjadi ELI, Allahku). Maka The Book of Eli bermakna harfiah ‘Kitab Allahku’ yang tentu saja merujuk kepada Alkitab.

Film ini boleh dibilang sebuah film religius terutama karena rujukan Kitab Suci itu sendiri dan beberapa quote yang diambil dari ayat-ayat Alkitab. Namun demikian, menurut Denzel Washington dalam sebuah wawancaranya di NBC mengatakan bahwa film ini bukanlah film yang hanya fokus pada Alkitab, melainkan bercerita tentang kekuasaan, kejahatan dalam dunia ini dan seorang pria dengan sebuah misi khusus untuk menyelamatkan peradaban manusia. Karena itu, film ini tidak dikemas secara gamblang merujuk kepada agama tertentu atau berisi wejangan-wejangan agamawi yang mungkin terkesan menggurui, tapi lebih dikemas secara menarik dalam action ala ninja/ kungfu yang cukup menghibur.

Adegan-adegan action dalam film ini mengundang decak kagum, aksi bela diri Denzel Washington cukup terlihat cool banget. Denzel Washington di usianya yang sudah tidak lagi muda, namun ia mampu beradegan fisik yang menggambarkan karakter seorang pendekar dengan total dalam performance and act yang sangat meyakinkan.

Tentang visual-sinematografi yang disajikan, sutradara kembar Albert dan Allen Hughes dan team-nya menghadirkan setting dunia pasca-perang nuklir: sunlight, shadows and silhouettes, clouds, dimanipulasi sedemikian rupa sehingga gambar-gambar yang disajikan memberikan kesan dunia yang rusak, keras dan kejam. The Hughes Brothers menuangkannya dalam gambar-gambar berwarna sepia cenderung ke arah hitam-putih. Semuanya itu untuk menggambarkan bahwa bumi telah luluh lantak dan hanya menyisakan kegersangan dimana-mana. Ketika bumi musnah dengan segala keindahannya dan yang tertinggal hanyalah debu, kesemrawutan dan sulitnya makanan dan juga air. Sinar Matahari dikesankan sangat tidak bersahabat sehingga orang-orang harus memakai kacamata hitam untuk menahan radiasi sinar matahari. Digambarkan juga langkanya air bersih, kanibalisme, pemerkosaan, pembunuhan, perdagangan sistem barter, yang semuanya itu merupakan gambaran dunia masa depan yang rusak.

Perang Nuklir terjadi dan menyisakan kerusakan total di atas seluruh bumi. Dunia menjadi reruntuhan, peradaban sudah mati, manusia tinggal sedikit dan kembali ke hukum rimba. Alam telah berubah, yang ada hanya puing-puing sisa kejayaan peradaban modern yang tadinya sangat dibanggakan umat manusia di masa lalu. Eli adalah satu dari sedikit orang di jaman tersebut yang masih beriman akan adanya Tuhan. Hal ini dapat dimengerti karena Eli hidup sebelum perang nuklir itu terjadi. Dan yang lebih penting sosok Eli di sini dilukiskan sebagai ‘pewaris tunggal’ dari peradaban dan keyakinan akan Tuhan yang pernah ada di muka bumi ini.

Sosok Eli digambarkan sebagai seorang pendekar penjaga warisan kitab suci satu-satunya yang berkelana sendirian di tanah (yang dulunya disebut) Amerika Serikat. Eli mendapat panggilan melalui suara hatinya yang tentu saja berasal dari kuasa Tuhan yang membisikan ke dalam sanubari Eli suatu tugas suci. Eli dalam panggilannya itu ditugasi untuk menyelamatkan sebuah Kitab Suci untuk dibawa menuju ke Barat. Kitab Suci itu adalah cetakan tersisa satu-satunya, secara implisit diungkapkan bahwa setiap eksemplarnya sengaja dimusnahkan/dibakar karena Kitab tersebut dianggap sebagai asal-muasal terjadinya perseteruan dan peperangan. Alasan tersebut dapat diterima dengan menimbang banyaknya perseteruan antar manusia selama ribuan tahun terhadap keyakinannya, manusia berperang karena agama.

Eli dalam perjalanannya hanya membawa perlengkapan seadanya, berbagai senjata untuk bertahan hidup. Eli adalah seseorang yang cinta damai dan hanya menyerang apabila diserang untuk pertahanan diri. Di dunia yang telah rusak itu manusia tidak lagi mengenal hukum, alam semesta tidak bersahabat, tanah tidak ada tanaman dengan dedaunannya yang hijau, air dan makanan sangat langka, dan itu membuat sebagian manusia menjadi kanibal saling membunuh untuk bertahan hidup. Di film ini digambarkan cara mengetahui seorang kanibal atau bukan adalah dengan mengecek tangan tiap orang. Manusia kembali ke zaman batu, manusia hanya dapat menggunakan peralatan sisa-sisa zaman modern. Perdagangan tidak lagi menggunakan alat tukar uang, tetapi dengan barter, tidak ada pendidikan, banyak manusia yang buta huruf, kekacauan terjadi karena tidak ada hukum sipil yang mengatur komunitas manusia.

Dalam perjalanan membawa Kitab Suci itu Eli banyak bertemu dengan banyak komunitas manusia yang sudah rusak dalam komunitas-komunitas kecil yang berseteru satu sama lain. Eli bertahan hidup dengan ketangkasannya bela-diri dan inilah poin yang sangat menghibur dalam film ini, kita disuguhi aksi pendekar yang berkungfu dengan kecepatan tangan ala Bruce Lee dan bermain senjata pedang dan panah ala Ninja. Sampai kemudian pada suatu saat Eli bertemu dengan penguasa komunitas gangster bersenjata yang buta huruf, yang sangat mengincar Kitab Suci yang dibawa Eli, dia adalah Carnegie (Gary Oldman).

Perjalanan Eli ini terhadang oleh Carnegie yang menginginkan Kitab Suci tersebut untuk kepentingan pribadinya. Di dalam komunitas yang dikepalai oleh Carnegie, terlihat hanya dialah yang bisa membaca. Carnegie berfikir apabila dia dapat memiliki Kitab Suci itu, maka kitab itu akan dapat memperlengkapi kekuatannya untuk dapat mengendalikan “rakyat”nya, dan dengan Kitab tersebut dia berencana akan membuat tatanan “dunia baru” dan tidak ada orang yang akan berani melawannya. Karena Kitab Suci itu, terjadilah pertaruhan nyawa antara Eli dan Carnegie dan dalam film ini kita akan sungguh menikmati akting dari dua aktor senior kaliber oscar.

“Apakah kamu suka membaca buku?” tanya Carniege, dan Eli menjawab bahwa ia selalu membaca setiap hari. Kemudian Carniege menyambung “Hanya orang-orang seperti kita, yang suka membaca buku yang bisa menentukan masa depan.” Eli dan Carnegie digambarkan sebagai sosok yang sama-sama pernah mengalami hidup sebelum peristiwa kehancuran dunia terjadi, dan mereka tahu ada suatu saat di masa lalu di mana di dunia ini pernah terjadi suatu peradaban yang sangat tinggi dalam tatanan dunia yang terkendali dan serba modern.

Manusia hidup dalam kenyamanan dan memperoleh kemudahan dalam teknologi dunia modern. Mereka sama-sama mengetahui kekuatan Kitab Suci tersebut, sebab kitab itu berisi tentang hukum dasar yang mengantar manusia untuk hidup dalam tatanan komunitas yang tertata rapi dalam bermasyarakat. Pendeknya mereka menyadari kekuatan Kitab tersebut sebagai sumber peradaban hidup manusia. Kitab tersebut juga merupakan sumber bagi manusia-manusia yang haus akan kebutuhan spiritual, haus akan kebenaran.

Eli berusaha tetap maju terus pantang mundur mencapai tujuannya untuk mengantarkan Kitab Suci ke Barat. Karena Eli tidak mau menyerahkan kitabnya, jelas pertumpahan darah takkan terhindarkan. Dalam perseteruannya dengan Carnegie ini, Eli dipertemukan dengan Claudia (Jennifer Beals) seorang wanita tuna-netra dan anak perempuannya Solara (Mila Kunis). Carnegie adalah ayah tiri dari Solara. Claudia menimbang bahwa bersama Eli, Solara akan mendapat kehidupan yang lebih aman. Eli sedikit banyak memberikan pengaruh dalam diri Solara, seorang gadis yang hidup tanpa pengetahuan sama sekali tentang ketuhanan, dan ia adalah seorang gadis yang buta huruf. Ia terkesima doa yang diucapkan Eli ketika mensyukuri makanan sebelum makan, ia tersentuh dengan sebuah puisi yang diucapkan Eli yang diambil dari Mazmur 23. Kata-kata itu bagaikan sebuah siraman air di tanah yang tandus, bukan sekedar kata-kata biasa sebab semuanya itu adalah Firman Allah yang mempunyai kekuatan.

Perjalanan Eli bersama Solara banyak terhadang oleh banyak kekerasan dan ancaman termasuk dari gangguan para perampok dan kelompok kanibal, sementara itu Carnegie terus bersemangat memburu Eli dan Kitab yang dibawanya. Sampai pada suatu saat Eli harus kalah dan merelakan Kitab itu. Carnegie pun membawa pulang Kitab itu, dan membiarkan Eli tergeletak di tengah padang pasir. Namun, tanpa disangka setelah Carnegie membuka gembok Kitab tersebut ia mendapati halaman demi halaman dalam Kitab tersebut ditulis dalam huruf Braille yang tak dapat ia baca.

Aha… Eli selama ini ternyata adalah seorang tunanetra… Kehilangan Kitab tersebut, tak membuat semangat Eli sang pendekar itu surut, ia tetap menuju ke arah Barat sebagaimana bisikan yang memerintahkannya. Akhirnya sampai di suatu tempat yang kita kenal sebagai penjara di masa lalu “Alcatraz,” Eli mengakhiri perjalanannya di sini. Memasuki tanah Alcatraz yang dijaga superketat. Eli mengungkapkan bahwa ia mempunyai King James Bible lengkap. Alcatraz dikelola oleh Lombardi (Malcolm McDowell) yang mengoleksi/mencetak ulang macam-macam buku-buku berharga dan mengoleksi benda-benda warisan abad modern yang hampir musnah. Lombardi sangat antusias dengan King James Bible yang dibawa oleh Eli, ia mengatakan bahwa ia telah mengumpulkan banyak buku-buku berharga di masa lalu, Shakespeare, seri lengkap Encyclopedia Britannica, buku musik karya Mozart, dll. dan mencetaknya ulang, namun selama ini ia belum pernah menemukan Bible/Alkitab.

Penonton agak dibuat bingung dengan pernyataan Eli tersebut bahwa ia membawa King James Bible lengkap, kita tahu buku itu telah dirampas Carnegie. Ada kejutan di film ini, dimana Eli kemudian meminta kepada Lombardi untuk mengambil kertas dalam jumlah banyak dan alat tulis untuk menulis semua isi dari Alkitab. Ternyata Eli mendiktekan ayat demi ayat dari King James Bible yang berhasil dia hafalkan selama 30 tahun pengembaraan. Di akhir film, Eli akhirnya mati karena luka-lukanya, dan sebelum kematiannya itu, ia telah menyelesaikan pengungkapan seluruh isi King James Bible lengkap kepada Lombardi yang dengan tekun mencatat ayat-demi-ayat yang didiktekan kepadanya.

Ada suatu ending yang manis di film ini yaitu narasi yang diucapkan Eli yang mengambil dari ayat Alkitab yang mau tak mau membuat penonton tersentuh: “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.” (2 Timotius 4:7). Kalimat kemenangan ini diucapkan setiap abdi Allah ketika ia menyelesaikan misi yang diembankan kepadanya.

Kemudian King James Bible tersebut dapat kembali dicetak. Kitab itu ditempatkan oleh Lombardi pada sebuah rak buku. The King James Bible ditempatkan berjejer dengan Kitab Tanakh, Kitab Torah, History of the Jew, Al-Quran, dll. yang sudah dia dapatkan sebelumnya. The Book of Eli – ‘Kitab Allahku’
menjadi awal dan tanda bagi terciptanya kembali abad yang baru setelah bumi ini rusak oleh kejamnya perang. Sebuah tatanan dunia yang baru yang diawali dengan Firman Allah “In the beginning God created the heaven and the earth” (Genesis 1:1). Bunyi ayat ini terasa kuat dan menggetarkan dalam narasi yang dicapkan Eli…. sosok karakter sempurna abdi Allah yang berhasil dibawakan dengan baik oleh seorang aktor Denzel Washington, bravo! (Bagus Pramono)

Genre: Action/Adventure, Science Fiction/Fantasy
Pemain: Denzel Washington, Gary Oldman, Mila Kunis, Jennifer Beals, Malcolm McDowell, Michael Gambon, Ray Stevenson
Sutradara: Albert & Allen Hughes
Distributor: Warner Bros Pictures
Produksi: Silver Pictures, Alcon Entertainment
Penulis: Gary Whitta
Durasi: 118 menit

http://www.youtube.com/watch?v=2ud4gZQcPac&feature=player_embedded

No comments: