PRAKATA
Judul dari meditasi ini menandai keterbatasannya, dan menunjukkan jangkauannya. Ini bukanlah suatu usaha pembelaan pernyataan Perjanjian Baru yang berbunyi, “Sabda telah menjadi daging”. Hal itu dianggap pasti benar.
Tambahan lagi, di sini tidak terdapat suatu usaha untuk menjelaskan metode Misteri Kudus. Itu diakui sebagai Misteri: sebuah fakta yang berada diluar jangkauan pengertian atau penjelasan manusia. Jangkauannya adalah mempertimbangkan dalam garis besar persiapan pengajaran sederhana Perjanjian Baru mengenai maksud-maksud dari Inkarnasi.
Keterbatasannya yang terakhir adalah kependekannya. Namun, apabila maksudnya adalah untuk menimbulkan suatu perasan heran lebih dalam mengenai keajaiban fakta inti yang besar dari Iman kita yang sederhana dan dengan demikian lebih membangkitkan meditasi, maka tujuan itu akan tercapai.
I N K A R N A S I
Seluruh ajaran Injil Kudus menempatkan Inkarnasi sebagai inti dari cara-cara Allah menghadapi sebuah bangsa berdosa. Menuju Inkarnasi itulah segalanya bergerak berjalan hingga penyelesaiannya, dan menemukan di dalamnya kepuasan serta penjelasan.
Pesan-pesan dari para nabi dan ahli peramal, serta nyanyian-nyanyian para pemazmur bergetar dengan sedikit atau banyak kepastian menuju musik akhir yang mempermaklumkan kedatangan Kristus. Seluruh hasil dari pesan-pesan yang sebagian-sebagian dan terpotong ini dari msa lalu menuntun kepada Inkarnasi. Sama benarnya bahwa dari Inkarnasi itu telah dimulai semua gerakan berikutnya, dengan mengandalkannya dalam hal arah dan dinamika. Cerita-cerita Injil semua menyangkut kedatangan Kristus, dengan misi-Nya dan Pesan-Nya. Surat-surat di Perjanjian Baru semua berhubungan dengan fakta Inkarnasi, dan doktrin-doktrin serta tugas-tugasnya yang berkaitan. Kitab terakhir dari Alkirab adalah sebuah kitab dengan judul yang sebenarnya Pembukaan Selubung Kristus.
Bukan hanya pesan-pesan yang sebenarnya sajalah yang telah diikat menjadi sebuah Perpustakaan Ilahi, tetapi semua hasil yang telah diperoleh darinya, pada hakekatmya adalah hasil yang datang dari Kristus yang sama ini. Oleh karena itu, pentinglah kiranya, kita mengerti tujuan-tujuannya di dalam ekonomi Allah.
Terdapat empat kali lipat penyebutan tujuan di dalam Perjanjian Baru: tujuan untuk mengungkapkan Sang Bapa; tujuan untuk menghilangkan dosa; tujuan untuk menghancurkan pekerjaan iblis; dan tujuan untuk mendirikan Kerajaan Allah di dunia dengan kedatangan kembali.
Kristus bertentangan dengan segala hal yang kebalikannya dari pada tujuan-tjuan Allah di dalam kehidupan pribadi, sosial, nasional dan rasial. Terdapat perasaan di mana ketika kita mengatakan hal ini, kita telah menyebutkan seluruh arti kedatangan-Nya. Pengungkapan Sang Bapa adalah menuju kepada akhir ini; menghilangkan dosa merupakan bagian dari proses ini; dan kedatangan-Nya yang kedua akan untuk perobohan sempurna dan final dari semua pekerjaan iblis.
1. UNTUK MENGUNGKAPKAN SANG BAPA
“Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah, tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya”. (Yoh. 1:18).
“Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa (Yoh. 14:9).
Yang kedua ini adalah pernyataan Kristus sendiri tentang kebenaran hal ini, dan bercirikan kesederhanaan dan kemahamuliaannya. Di antara semua yang telah diucapkan oleh Yesus mengenai hubungan-Nya dengan Bapa-Nya, tak ada yang lebih komprihensif, ingklusif, dan mendalam daripada ini.
Jam-jam terakhir Yesus dengan para pengikut-Nya sedang mendekati akhir. Dia berbicara dengan mereka , dan lebih dari empat kali mereka menyela Dia. Kata Filipus “Tuhan, unjukkan Bapa kepada kami, dan itu akan cukup”. Penyelaan Filipus pertama-tama, disebabkan oleh sebuah keyakinan mengenai hubungan Kristus dengan Bapa. Ia telah begitu lama bersama Yesus sehingga telah menjadi terbiasa dalam beberapa hal dengan garis pemikiran-Nya. Sangatlah mungkin Filipus sedang menanyakan agar diulang kepadanya dan rombongan kecil pengikut itu, sesuatu yang begitu hebat seperti yang telah mereka baca mengenai riwayat bangsa mereka; seperti ketika para penatua suatu hari memanjat gunung dan melihat Allah; atau ketika Nabi melihat Tuhan duduk di atas sebuah tahta, terangkat tinggi, dan para pengkutnya memenuhi kuil; atau seperti ketika Ehezekiel melihat Allah di atas api, dan roda-roda, dalam keagungan dan kemuliaan.
Saya tidak dapat membaca jawaban Yesus umtuk permintaan itu tanpa merasakan bahwa Ia membebaskan Diri-Nya dengan suatu maksud, dari sesuatu yang mendekati berbicara dengan cara agung, dan turun kepada cara berbicara teman dengan teman, seperti ---- melihat kembali air muka Filipus yang menyuarakan – meskipun ia sendiri tidak mengetahui itu, penderitaan mendalam hati manusia, kelaparan sangat jiwa manusia, Ia berkata, “Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun kau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa”. Tuntutan itu telah dipertahankan selama berlalunya zaman.
PENGUNGKAPAN KEPADA UMAT MANUSIA
Oleh karena itu, kita pertama-tama akan melihat pengungkapan Allah ini, apa artinya untuk umat manusia. Dan kemudian, apa artinya bagi perorangan.
Jadi, pertama, gambaran apa tentang Allah dimiliki umat manusia sebelum kedatangan Kristus? Mengambil cara berpikir Ibrani tentang Allah, biarlah saya mengemukan seluruh kebenaran seperti yang saya lihat menjadi satu pernyataan komprihensif. Sebelum Inkarnasi telah terjadi suatu keprihatinan intelektual yang meningkat tentang kebenaran mengenai Allah, dibarengi oleh suatu akibat moral yang menurun. Tidak mungkin mempelajari Perjanjian Lama tanpa melihat bahwa lambat laun suatu terang menembus kabut-kabut mengenai Allah. Fakta kesatuan Allah; fakta kekuatan Allah; fakta kekudusan Allah, fakta kebaikan Allah; hal-hal inilah akhirnya manusia melihat seraya berjalannya proses zaman-zaman.
Seiring dengan pendekatan intelektual kepada Allah yang meningkat, terdapat suatu menurunan hasil moral, karena tidak mungkinlah membaca cerita rakyat Ibrani kuno tanpa melihat bagaimana mereka semakin mundur dalam semua hal moral. Hidup moral Abraham jauh lebih murni daripada hidup semasa raja-raja. Hidup pada zaman raja-raja yang duluan jauh lebih murni daripada keadaan yang pada akhirnya dipaparkan oleh para nabi. Dalam perbandingan, seraya manusia bertumbuh dalam pengertiannya mengenai Allah, semakin tak masuk akal bahwa Dia perduli akan hidup mereka sehari-hari. Moralitas menjadi sesuatu yang tidak berhubungan dekat dengan-Nya, dan oleh karenya jauh lebih tidak berarti.
Ingat saja dunia besar kaum fakir, waktu dulu dan sekarangpun masih sama, kecuali di mana telah sampai pesan Pembawa Injil. Kita telah memiliki guru-guru yang begitu hebat seperti Zoroaster, Buddha, Confucius; orang-orang yang membicarakan banyak hal benar, menyala bersinar namun, meskipun demikian, suatu pengabaian moral terus menerus dan penurunan keagamaan yang merata. masih terjadi secara universal. Kegagalan ini selalu adalah akibat dari tidak didapatnya pengetahuan final mengenai Allah.
Pada akhirnya datanglah nyanyian para malaikat, dan kelahiran Putera Allah, yang karena Inkarnasi-Nya dan pelayanan-Nya sampailah kepada manusia kesadaran baru tentang Allah.
Ia memasukkan ke dalam ajaran dan pewujudan-Nya semua hal diperlukan yang telah dipelajari manusia selama masa-masa lama yang telah lewat. Ia tidak menyangkal kebenaran tentang kesatuan Allah; Ia menekankannya kembali. Ia tidak menyangkal kekuasaan Allah; Ia menyatakannya dan mewujudkannya di dalam banyak sentuhan halus kekuatan-Nya yang tak terhingga. Ia tidak menyangkal kekudusan Allah; Ia menekannya di dalam mengajar dan di dalam hidup, dan terakhir oleh misteri kematian. Ia tidak menyangkal kemurahan hati Allah; Ia mengubah kata dingin kemurahan hati menjadi kata yang berdenyut dengan hati Dewayang tak terhingga – Kasih. Lebih banyak lagi yang Ia lakukan. Yang oleh manusia diutarakan dengan tak sempurna di dalam nyanyian dan peramalan, Ia datang dan menyatakan --- “Barangsiapa telah melihat Aku, dia telah melihat Bapa” – bukan Elohim, bukan Yehovah, bukan Adonai; tak satupun dari nama-nama besar dari waktu lalu, meskipun mereka semua memberi petujuk. Di dalam dan melalui Dia kebenaran keBapaan itu diungkapkan. KeBapaan berarti jauh lebih banyak daripada yang kadang-kadang kita bayangkan. Bukan hanya sebuah kata kelembutan; ia juga sebuah kata hukum dan disiplin.Tetapi di atas segalanya keBapaan berarti bahwa jika anak jalannya menyimpang, Bapa akan melakukan segalanya untuk menyelamatkan dan membawanya pulang lagi. Di dalam bidang agama yang telah terungkap kebenaran ini muncul, bahwa satu satunya Allah, berkuasa, kudus, darmawan, adalah Bapa yang akan mengorbankan diri-Nya untuk menyelamatkan anak-Nya.
Di situ manusia menemukan titik kontak, dalam kasih yang tak terhingga, yang tak pernah mengabai-kannya tak pernah meninggalkannya. Itu adalah kebenaran yang, muncul di dalam agama yang terungkap, menyelamatkannya dari “Menyelamatkannya dari kekhawatiran intelektual, minus dinamika moral, dan dikirim mengalir melalui semua kehidupan manusia dari pembersihan, pembaruan, regenerasi.” Di mana Kristus datang kepada orang-orang yang tak pernah mengalami wahyu langsung, pertama-tama Ia datang sebagai pemenuhan segala hal yang di dalam pikiran dan rencana mereka, adalah benar. Tambahan lagi. Ia datang untuk memperbaiki segala yang tidak benar di dalam pikiran dan rencana mereka. Semua yang mendasari kesadaran manusiawi mengenai Allah disentuh dan terjawab dan diangkat sampai terdapat kesadaran mutlak bilamana Allah terlihat di dalam Kristus.
Semua pancaran sinar yang telah berkilat melewati kesadaran umat manusia bergabung menjadi sinar di kala Ia diperkenalkan. Kristus datang bukan untuk membantah kebenaran dasar Buddhisme, tetapi untuk melengkapinya. Ia datang bukan untuk merampas orang Tionghoa dari rasa hormatnya kepada orangtuanya, seperti diajarkan oleh Confucius, tetapi untuk melengkapinya, dan untuk mengangkatnya melalui hormatnya itu kepada hormat bagi Bapa besar yang Satu itu: Allah. Ia selalu datang untuk memenuhi. Di mana Ia datang; di mana Ia diperkenalkan; di manapun manusia baik yang rendah ataupun yang tinggi di dalam skala intelektual, telah melihat Allah di dalam Kristus, tangannya membuka dan mereka melepaskan fetish-fetish mereka, dan juga berhala mereka, dan menyerahkan dirinya kepada-Nya. Jikalau dunia tidak datang kepada Allah melalui Dia, itu adalah karena dunia belum melihat Dia; dan apabila dunia belum melihat Dia, salahnya adalah pada Gereja Kristen
Isu-isu luas mengenai pewujudan Allah di dalam Kristus adalah penggabungan rasa prihatin dan perbaikan moral, dan hubungan agama dengan kehidupan. Di dalam sistem keagamaan manapun di dunia tidak terdapat gagasan bahwa Allah menggabungkan agama dengan moral, kecuali di dalam pewujudan Allah di dalam Yesus Kristus.
PENGUNGKAPAN KEPADA PERORANGAN
Kedua, efek manifestasi kepada perorangan tak dapat lebih jelas digambarkan daripada mengambil Pilipus, orang yang kepadanya Kristus berbicara. Permintaan Filipus “Tuhan, tunjukkanlah Bapa kepada kami, itu sudah cukup bagi kami”, dijawab oleh Yesus “Telah sekian lama Aku bersama-sama dengan kamu, Filipus, namun kamu tidak mengenal Aku? “. Arti pertanyaan itu jelas ialah , Kamu telah cukup melihat Aku, Filipus, jikalau kamu telah sungguh-sungguh melihat Aku, untuk menemukan apa yang kamu minta -- yaitu gambaran Allah.
Lalu - apa yang telah dilihat oleh Filipus? Pengungkapan-pengungkapan ketuhanan apa telah sampai kepada manusia ini yang mengira ia tidak melihat dan tidak mengerti? Kita akan mengikuti apa yang diceritakan oleh Injil mengenai apa yang telah dilihat oleh Filipus.
Seluruh ceritanya berada di Yohanes. Filipus disebut oleh Matius, Markus dan Lukas sebagai salah satu di antara sejumlah rasul tetapi tidak dengan cara lain. Yohanes bercerita tentang empat peristiwa di mana Filipus terlihat bersama dengan Kristus. Filipus adalah orang pertama yang dipanggil Yesus untuk ikut Dia; bukan orang pertama yang mengikuti Dia. Terdapat dua orang lain yang mendahului Filipus, menguikuti Yesus oleh karena ajaran Yohanes. Tetapi Filipus adalah orang pertama kepada siapa Kristus menggunakan rumus besar untuk memanggil orang yang telah menjadi begitu berharga dengan berlalunya waktu -- “Ikutlah Aku” Apa yang terjadi? Filipus menemukan Nathanael, dan mengatakan “Kita telah menemukan Dia yang disebut oleh Musa di dalam hukumnya, dan para nabi”. Itu adalah hal pertama yang telah dilihat oleh Filpus di dalam Kristus menurut pengakuannya sendiri: yang mewujudkan semua idaman Musa dan para nabi.
Selanjutnya, kita menemukan Filipus di pasal 6, ketika banyak orang mengerumuni Kristus, dan mereka sedang lapar. Filipus yang menganggap tak mungkinlah memberi makan kerumunan orang sebanyak itu, sekarang melihat bagaimana Seseorang Yang dengan cara mujizat cukup berdaya untuk memuaskan rasa lapar manusiawi. Lalu Filipus mendengarkan Yesus berceramah dengan cara yang tak tertandingi bagamana Ia memindahkan pikiran dari lapar jasmaniah kepada kebutuhan spiritual, dan menyatakan “Akulah roti kehidupan”. Dengan demikian, penglihatan kedua yang Filipus dapat dari Yesus, menurut catatan, adalah gambaran Dia penuh dengan akal dan mampu memuaskan rasa lapar, bak jasmaniah maupun rohaniah.
Lalu selanjutnya, kita melihat Filipus di pasal 12. Orang-orang Yunani datang kepadanya dan berkata “Pak, kami ingin ketemu Yesus”. Filipus datang kepada Yesus dengan Andrew, dan bertanya agar Dia menemui orang-orang Yunani. Dari apa yang terjadi kemudian Filipus melihat bahwa Orang ini mempunyai hubungan erat dengan Bapa, dan bahwa terdapat keserasian sempurna di antara mereka, tak ada perselisihan, tak ada sengketa. Tambahan pula ia melihat bahwa berdasarkan hubungan itu dengan Bapa-Nya, dan pula harmoni itu, nada suara-Nya berubah dari kesedihan menjadi kemenangan, -- “Sekaranglah penilaian dunia ini: sekarang putera mahkota dunia ini akan di buang. Dan Aku, bila Aku diangkat dari dunia ini, akan menarik semua orang kepada-Ku”. Itu adalah ketiga kalinya Filipus melihat Yesus. Itu adalah gambaran Seorang yang bertindak dalam keserasian sempurna dengan Allah, membungkuk kepada dukacita yang membanjiri jiwa-Nya, agar oleh karenanya Ia dapat menyelesaikan penyelamatan manusia. Sekarang kita kembali kepada adegan yang terakhir. Flipus memohon, “Tunjukkan Bapa kepada kami, itu akan cukuplah” Mencakup segala sesuatu yang telah lewat, Kristus melihat wajah Filipus dan menjawab: “Telah sekian lama Aku bersama- sama dengan kamu, dan kamu tidak mengenal Aku”. Tidak, Filipus tidak melihat hal-hal itu. Hal-hal itu berada di sana untuk dilihat, dan sedikit demi sedikit, ketika pekerjaan Kristus yang tak terhitung banyaknya, telah selesai, dan kemuliaan Pantekosta telah menyingsing di atas dunia, Filipus melihat semua itu; melihat arti dari kejadian-kejadian yang telah ia lihat dan tak pernah melihat; hal-hal yang telah ia saksikan , dan tak pernah mengerti.
Ia menemukan bahwa dengan melihat Yesus ia sebenarnya telah melihat Allah; bahwa ketika ia memandang yang Satu Yang mewujudkan di dalam pribadi-Nya sendiri semua fakta hukum dan kebenaran; Yang mampu memuaskan segala rasa lapar kemanusiaan; Yang dalam kerjasama dengan Allah telah dikirim untuk mengambil bagian dalam penderitaan manusia untuk menarik mereka mendekat kepada-Nya dan untuk menyelamatkan mereka; ia telah melihat Allah.
Manifestasi ini memenangkan ketundukan akal-budi; menarik kasih dari hati; menuntut penyerahan kemauan. Di sinilah terletak nilai Inkarnasi sebagai pengungkapan Allah.
Marilah kita menyingkirkan ingatan kita mengenai penerapan khusus dalam hal Filipus, dan memikirkan apa itu artinya bagi kita. Apakah benar bahwa manifestasi ini memenangkan ketundukan akal budi kita; menarik kasih dari hati kita, meminta penyerahan kemauan kita?
Jika demikian untuk menolak Allah di dalam Kristus berarti menyalahi kemanusiaan kita sendiri. Untuk menolaknya kita harus menyalahi akal budi, yang telah terpesona oleh pengungkapan itu; atau kita harus menundukkan perasaan yang timbul di hati kita dalam kehadiran pengung- kapan itu ; atau kita harus menolak untuk menyerahkan kemauan kita kepada tuntutan dari manifestasi itu. Semoga Allah membuat kita lebih memandang muka-Nya dan berseru “Tuhanku dan Allahku”. Dengan demikian kita akan menemukan istirahat kita dan hati kita akan merasa tenteram. Cukuplah itu karena kita akan melihat Bapa di dalam Kristus.
2. UNTUK MENGHAPUS DOSA-DOSA
“Dan kamu tahu, bahwa Dia telah menyatakan diri-Nya supaya dia mengahus segala dosa dan di dalam Dia tidak ada dosa”. (1 Yoh.3:5)
Pada ayat ini kita mendekati pengertian tentang tujuan Inkarnasi bagaimana ia menyentuh kebutuhan manusia. Tema sederhana dan mencakup segalanya yang dikesankan adalah, pertama, bahwa tujuan in- karnasi adalah penghapusan dosa, dan kedua, bahwa proses penyelesaian itu adalah penyelesaian inkarnasi.
TUJUANNYA
Jadi pertama, kita mengambil tujuan seperti dinyatakan “Dia telah menyatakan diri-Nya supaya Dia menghapus segala dosa”. Untuk memahami ini, kita harus mengambil ayat ini dengan segala kesederhaannya, dan dengan sangat hati-hati agar mengerti apa artinya. Apa yang dimaksud dengan kata “dosa”. Total seluruhnya dari segala tindakan yang melawan hukum. Tak dapat dibayangkan jumlahnya kalau kita mengingat bangsa, namun marilah kita mengingat bahwa di tengah apa yang menyergap kita in dalam pikiran kita, adalah dosa kita sendiri.
“Dosa” – tidak kenanya sasaran, baik dengan sengaja ataupun karena tidak-mengetahuan, pada saat ini tidak menjadi soal. Kata itu mencakup segala pikiran dan kata-kata dan tindakan di mana kita tidak mengenai sasaran tujuan Ilahi dan idaman Ilahi; hal-hal yang memisahkan manusia dari Allah, sehingga manusia menjadi takut akan Allah; hal-hal yang memisahkan manusia dari sesamanya, sehingga manusia menjadi takut akan sesamanya, karena sadar ia telah merugikannya dalam sesuatu hal; hal-hal yang memisahkan manusia dari keberhasilannya sendiri. Sebut saja kegagalan jika anda suka; beri nama apa saja yang anda suka ; sehingga anda mengerti maksud kata tersebut.
Kalimat “to take away” menyatakan suatu hasil, bukan suatu proses. Padan kata dari “take away” terdapat di dalam cerita tentang orang yang bersalah. Di tentukan bahwa yang bersalah itu harus diusir ke rimba sebuah ‘negara yang terpencil”. Ini menunjukkan bahwa dosa harus diangkat dari orang yang satu dan dipindahkan kepada yang lain, dan oleh yang satu itu dibawa ke luar dari pengalaman, keluar dari kesadaran. Ini merupakan arti yang sederhana dari pernyataan, “Ia diwujudkan untuk memikul dosa” – untuk mengangkat dosa. Ia diwujudkan agar Ia dapat masuk ke dalam hubungan dengan kehidupan manusia, dan lewat di bawah beban dosa manusia, mengangkatnya, menghapusnya.
Salah satu dari dua hal: ini adalah Injil yang paling mulia yng pernah didengar oleh manusia, atau ia adalah kebohongan yang paling besar yang pernah didengar oleh manusia. Dalam hati setiap laki-laki dan wanita terdapat suatu kesadaran akan dosa. Tak seorangpun akan bersedia mengatakan, saya tak pernah dengan sengaja melakukan sesuatu yang saya tahu tak boleh saya lakukan. Itu namanya kesadaran akan dosa. Kita dapat berpura-pura mencari alasan. Kita mungkin siap untuk memberi alasan sebagai penyebab persoalannya, tetapi jika dapat kita ingin meniadakannya. Mungkin kita bisa berpura-pura kita meninggalkan kebenaran-kebenaran evangelikal ini, padahal kita tahu bahwa kita telah berbuat dosa dan kita ingin kita tidak melakukannya.
Untuk sementara mari kita meninggalkan laki-laki dan perempuan di pinggiran luar , yang agak teledor mengenai hal ini, beralih kepada jiwa-jiwa yang menderita mengenai hal ini; yang mengetahui dosa mereka dan membencinya; yang memikul kesadaran dosa dari tahun-tahun yang telah lalu sebagai suatu beban terus-menerus di atas jiwanya; yang membenci ingatan mereka kepada dosa mereka sendiri -- bagi mereka, pernyataan seperti ini merupakan kata yang paling kejam. Atau yang paling manis yang dapat diucapkan. Kejam andaikata ia palsu, tetapi manis dengan kemanisan hati Allah, apabila ia benar. Andaikata benar bahwa Ia dengan suatu cara telah diwujudkan, dalam suatu misteri yang tak mungkin kita mengerti sepenuhnya, untuk sampai ke bawah dosa-dosaku, pikiranku yang tak murni, kata-kataku yang sengit, kelakuanku yang tak kudus, dan mengangkatnya dan disingkirkannya – itu adalah satu-satunya Ecangel yang paling kuinginkan. Lebih berharga bagiku, seorang pendosa, daripada apapun yang dapat Ia lakukan untukku, adalah satu hal ini.
PROSESNYA
Kedua, agar tujuan besar dari Inkarnasi, seperti dinyatakan, dapat dipahami lebih kuat dan lebih jelas, marilah kita dengan hormat melihat proses penunjukan yang kita dapatkan di dalam teks khusus ini, “Ia telah diwujudkan untuk menghapus dosa-dosa”. Siapakah Orang itu? Sangat jelas di sini bahwa Yohanes, seperti biasa, menatap Orang dari Nazareth; dan juga sama jelasnya bahwa ia melihat Allah melalui Yesus dari Nazareth. Itulah arti dari kata “diwujudkan” di sini. Ia adalah Firman yang menjadi daging. Ia adalah daging, namun Ia adalah Firman. Ia adalah Seorang yang diketahui oleh Yohanes melalui perasaannya, namun Ia adalah Seorang yang Diketahui Yohanes lebih-lebih oleh karena Roh.
Perhatikan bahwa, setelah ia menyatakan, “Ia telah diwujudkan untuk menghapus dosa-dosa”, ia menambahkan kata-kata yang hebat ini, “Di dalam-Nya tak ada dosa”; atau “Tidak-mengenai sasaran tak ada di dalam Diri-Nya.”. Orang yang di dalam Dirinya tidak terdapat tidak-mengenai sasaran telah diwujudkan untuk tujuan khas untuk mengangkat, menghapus, menghilangkan, ketidak- mengenai sasaran orang lain.
“Ia telah diwujudkan” – dan saya mohon dengan sangat agar janganlah kata “Ia” diartikan sesuatu yang kecil atau sempit. Jika itu yang kita lakukan, kita akan langsung dibawa ke suatu tempat di mana kita harus menolak pernyataan bahwa Ia dapat menghapus dosa. Jikalau Ia hanya seorang manusia seperti saya, lalu meskipun Ia sempurna dan tidak berdosa, Ia tidak dapat menghapus dosa. Apabila di dalam kata “Ia” kita mau membaca segala hal yang jelas dimaksud oleh Yohanes menurut kesaksian tulisannya sendiri, kita akan mulai memahami sekelumit dari gagasan yang luar biasa, dan sedikit dari kemungkinan mempercayai pernyataan “Ia diwujudkan untuk menghapus dosa-dosa.”
Pertimbangkanlah pewujudan dan dosa-dosa, dalam hubungan dengan manusia. Kata-kata perjanjian akhir adalah, “Engkau akan menamakan Dia JESUS, oleh karena Dialah yang akan menyelamatkan orang-orangnya dari dosa-dosa mereka.” Ketika lagu-lagu yang terdengar, didengarkan oleh para gembala, apa yang mereka katakan? “Telah lahir bagimu hari ini seorang Penyelamat, yang adalah Kristus Tuhan”. Janji Inkarnasi adalah datangnya Seorang yang akan menghapus dosa-dosa.
Selama hidup-Nya dan pelayanan-Nya ucapan-ucapan Yesus adalah sabda yang mengungkapkan arti dari dosa; kata-kata yang ditujukan untuk menegur dosa dan untuk menjauhkan manusia dari dosa. Karya Yesus – dan dengan karya saya maksudkan keajaiban dan tanda-tanda mujizat – hanyalah karya-karya yang menyusul akibat-akibat dosa. (????). Keajaiban-keajaiban Yesus bukan hal-hal mujizat dalam pengaruhnya atas manusia; itu selalu merupakan pengembalian dari keadaan yang tidak wajar kepada keadaan wajar. Ketika Ia menyembuhkan penyakit, itu merupakan pengembalian manusia kepada kondisi fisiknya yang normal. Ia menghilangkan akibat-akibat dosa.
Sekarang sampailah saya kepada hal terakhir dari manifestasi ini – proses kematian; karena pada jam penyaliban yang khidmat, dan sepi serta tak terdekati itu, terdapat pemenuhan final dari gembar-gembor bentara di tepi sungai Yordan, “Lihatlah Domba Allah, yang menghilangkan dosa dunia!”. Ungkapan “Domba Allah” hanya dapat berarti satu hal untuk pendengaran orang-orang yang mendengarnya. Ini adalah suara seorang nabi Ibrani yang berbicara kepada kaum Ibrani, dan ketika ia menyebut domba yang menghilangan dosa, mereka tidak punya pilihan lain kecuali mengingat garis panjang pengorbanan-pengorbanan simbolis yang telah di persembahkan , dan yang menurut ajaran mereka menyelubungi suatu keajaiban Ilahi besar, di mana dosa dapat ditangani. Jadi – pada jam kematian-Nya kita menemukan arti pokok dari kata besar itu. Sedangkan oleh karena pewujudan, dari awal hingga akhir, Ia senantiasa mengurusi dosa dan dengan mengangkat, memperbaiki, memberhentikan dosa dan, dengan pancaran cahaya mengusulkan kepada manusia arti yang terdalam dari misi-Nya; ketika kita sampai kepada saat rasa kesepian-Nya yang tak terucapkan, dan kegelapan dan passion-baptism, bahwa kita melihat bagian manifestasi di mana kita melihat, dan tidak terdapat di tempat lain manapun, dan tidak pernah terjadi sebelumnya, arti dari ungkapan, “Ia telah diwujudkan untuk menghilangkan dosa”.
Dengan khusyuk mari kita maju lagi satu langkah. Pewujudan dan dosa dalam hubungan dengan Allah. Yang diwujudkan itu adalah Allah. Sekalinya hal itu telah dimengerti, maka untuk seterusnya kita akan melihat kembali Orang Nazareth itu pada waktu kelahiran-Nya, hidup-Nya, penyaliban-Nya, hanya sebagai suatu pewujudan. Seluruh kejadiannya tidak dapat dilihat, namun seluruh kejadian dibawa kepada titik visibilitas oleh adanya Inkarnasi. Jika Orang ini benar-benar Allah terwujudkan, maka ingat hal ini: seluruh kemusiaan berada di dalam diri-Nya, dan jauh lebih dari seluruh kemanusiaan. Melebihi batas-batas penciptaan, adalah Allah. Seluruh ciptaan, di surga maupun di bumi, matahari-matahari dan bintang-bintang serta sistem-sistem, malaikat-malaikat dan malaikat-malaikat besar, penguasa-penguasa dan kekuatan-kekuatan, hirarki-hirarki tentang mana telah kita dengar tetapi tak mampu menjelaskan sifat dan urutannya, segala itu ada di dalam-Nya, namun Ia berada jauh di atas itu semua.
Saya mulai berpikir. Dengan terheran-heran saya percaya akan kemungkinan diangkatnya beban dosa saya. Salib seperti segala hal lain, adalah sebuah pewujudan. Di dalam salib Yesus terdapat terjadinya penampakan hal-hal abadi. Kasih dan terang di dalam keberadaan dosa berubah menjadi duka – lalu menjadi keriangan! Di dalam salib saya melihat dukacita Allah, dan di dalam salib saya melihat keriaan Allah. karena “menyenangkan hati Allah untuk melukainya”. Di dalam sallib saya melihat kasih Allah bekerja melalui nasfsu dan kuasa bagi penebusan manusia. Di dalam salib saya melihat sinar Allah menolak bekerja sama dengan ketidakadilan, dan dosa dan kejahatan. Salib adalah pengungkapan historis dari fakta-fakta yang berada di hati Allah. Pengukuran salib adalah Allah. Jika seluruh ukuran kemanusiaan berada di dalam Allah, dan Ia melebihi itu, dan pengukuran salib adalah Allah, maka ukuran salib meliputi seluruh kemanusiaan, sehingga tak seorangpun berada di luar tujuan dan kekuatannya. Dia yang telah diwujudkan adalah Allah. Ia dapat mengumpulkan ke dalam hidup-Nya yang abadi seluruh bangsa dengan dukanya dan dosanya, dan menanggungnya.
Namun, ingat, bahwa dosa tidak dihapus oleh fakta-fakta abadi itu, tetapi oleh pewujudan fakta-fakta itu. Kalimat ini tidak menegaskan , dan tak ada kalimat apapun yang dapat menegaskan, bahwa Dia, sebelum Dia diwujudkan, menghapus dosa. Terdapat suatu perasaan bahwa itu adalah benar; tetapi “Dia telah diwujudkan untuk menghapus dosa”. Nafsu yang diperlihatkan di dalam kayu salib memang nafsu Allah, namun nafsu Allah menjadi dinamis di dalam hidup manusia ketika diwujudkan melalui bentuk manusia, di dalam kesempurnaan hidup, dan misteri kematian.
Kemauan manusia adalah faktor yang selalu diperhitungkan, dan oleh karena dosa manusia telah ditampung di dalam kesadaran Allah, dan menciptakan duka Allah dari permulaan, maka hanya ketika kenyataan duka ketuhanan itu telah ditampakkan oleh pewujudan, barulah dapat kemauan manusia ditangkap atau dipaksa hingga posisi mempercayai dan mentaati yang dibutuhkan bagi pengembaliannya yang praktis dan berguna kepada kebenaran. Ketika manusia menyerahkan dirinya demikian, penuh percaya – itulah syaratnya – dosanya dihapus, diangkat.
Apabila dikatakan, bahwa Allah mungkin mengadakan penyelamatan diri ini tanpa penderitaan, jawaban kita adalah orang yang mengatakan demikian, sama sekali tidak mengerti tentang dosa. Dosa dan penderitaan ada bersama-sama. Saat terjadi dosa, muncullah penderitaan. Saat terjadi dosa dan penderitaan di dalam seorang manusia, hal itu di dalam Allah terlipatganda. “Domba ……….(????) Mulai dari saat manusia menjadi anak duka di dalam dosanya, duka itu sangat dirasakan di surga. Orang yang memikul perasaan berdosa akan saya minta untuk merenungkan Persona yang telah diwujudkan.Tak ada satupun di antara kita yang tidak hidup dan bergerak dan berada di dalam Allah. Allah jauh, jauh melebihi saya, jauh, jauh lebih dari bangsa manusia dari bagian pertama hingga yang terakhir. Jika lebih jauh tak terjangkau, maka seluruh hidupku berada di dalam-Nya. Jikalau di dalam misteri Inkarnasi menjadi nyata kebenaran bahwa Iam Allah, mengangkat dosa, maka aku dapat percaya. Jika itu adalah pembelahan batu karang, maka aku dapat berseru: “Batu Karang Abadi, yang telah dibelah bagi saya, biarlah saya bersembunyi di dalam-Nya”.
Ia telah diwujudkan, dan oleh karena pewujudan itu aku melihat kebenaran yang tak terhingga dari kasih Allah yang kita sebut penebusan.
3. UNTUK MEMBINASAKAN PERBUATAN IBLIS
“Untuk inilah Anak Allah menyatakan diri-Nya, yaitu supaya Ia dapat membinasakan perbuatan-perbuatan iblis itu”.
Tak dapat diragukan Siapa Orang yang dimaksud Yohannes ketika ia mengatakan, “Anak Allah”. Di dalam semua tulisan Yohanes jelaslah bahwa matanya tertuju kepada orang Yesus. Kadang-kadang ia bahkan tidak menyebut nama-Nya, tidak merujuk kepada-Nya dengan sebuah kataganti, hanya menunjuk-Nya dengan sebuah kata yang hanya dapat digunakan apabila anda memandang seseorang atau barang. Umpamanya, “Hal yang telah kita lihat dengan mata kita, hal yang telah kita melihat dan kita pegang dengan tangan kita”. Pada lain kesempatan ia mengatakan, “Barangsiapa mengatakan bahwa Ia berada di dalamnya, juga harus menjalani hidup seperti Ia hidup”. Selalu merupakan cara mengutarakan diri orang yang melihat kepada seorang Manusia. Selamanya Persona manusia Kristus yang sebenarnya berada di dalam benak Yohanes seraya ia menulis tentang Dia.
Bagaimana dekatnya ia dengan Dia kita semua tahu. Salah satu hal yang paling lembut dan indah di dalam seluruh cerita mengenai hidup Yesus adalah cerita Yohanes tentang cinta manusiawi murninya kepada Dia. Murid-murid yang lain mengasihi-Nya, tetapi kasih mereka berbeda nada dan mutunya daripada kasih Yohanes. Yohanes harus dekat kepada-Nya dan menaruh kepalanya di dada-Nya. Namun, jika saya berhenti di sini, saya belum mengutarakan setengah dari yang sebenarnya. Jika Yohanes orang mistik. pencinta, meletakkan kepalanya di atas dada manusia dari Nazareth itu, ia mendengar berdetaknya jantung Allah. Apabila ia meletakkan tangannya di tubuh Yesus ketka ia berbicara dengan-Nya, ia mengetahui bahwa di bawah hangatnya daging manusia itu berdenyut kemahamulyaan Ilahi. “Yang tangan kita lakukan mengenai Sabda kehidupan” . Ia sangat sadar akan dagingnya, namun jauh lebih sadar lagi akan Sabda mistik yang terselubung di dalam daging dan bersinar menembusnya. Ia sangat sadar akan manusianya, dan dengan demikian ia menemukan Ilahi. Se- hingga ketika Yohanes sampai di mana ia menulis tentang Orang ini. ia menyebut-Nya “Anak Allah”. Ia ingat akan hangatnya dada-Nya, kelembutan sentuhan-Nya, pandangan mata-Nya yang mengandung sinar kasih, namun Dia adalah “Anak Allah”.
Kata “diwujudkan” mensyaratkan adanya eksistensi sebelum terjadi pewujudan. Dalam hal Orang Nazareth terdapat pewujudan seseorang yang telah ada lama sebelum Orang Nazareth.
Musuh digambarkan di sini sebagai iblis. Kita baca bahwa ia adalah pembunuh, pembohong, pengkhianat; sumber dosa, yang tak mengenal hukum. Pekerjaan seorang pembunuh adalah menghancurkan hidup. Pekerjaan pembohong adalah mematikan terang. Pekerjaan pengkhianat adalah memperkosa cinta kasih. Pekerjaan pendosa besar adalah memperkosa hukum. Semua ini adalah pekerjaan iblis.
Ia adalah seorang pembunuh. Hal ini pada dasarnya terdiri dari peng-hancuran hidup pada tingkat yang paling tinggi, yaitu spiritual. Mengasingkan orang dari Allah adalah pekerjaan iblis.Ini juga berarti kematian pada tingkat mental. Penglihatan yang gagal mengikutsertakan Allah adalah kebutaan. Dalam bidang fisik, semua penyakit dan semua penderitaan pada akhirnya adalah hasil dosa, dan terdapat di antara bidang pekerjaannya sebagai pembunuh, perusak hidup manusia.
Ia lebih dari itu. Ia adalah si pembohong, dan oleh karena dia ada pemadaman terang sehingga manusia maju dengan sempoyongan. Semua kedunguan, semua keputusasaan, semua blusukan di tanah tandus hidup manusia, diakibatkan oleh pemadaman terang spiritual di dalam benak manusia. Semua kedunguan adalah akibat meredupnya pandangan manusia dari Allah.
“Ini adalah hidup abadi”, hidup tanpa umur, hidup tinggi, hidup dalam, hidup luas, hidup panjang, hidup yang meliputi segalanya, “agar mereka mengetahuil Engkau adalah satu-satunya Allah yang benar dan Dia yang Kau kirim, ialah Yesus Kristus”. Proporsi manusia mengenal Allah adalah proporsi ia secara jelas melihat inti dari segala hal. (???). Sebetar lagi. Apabila pekerjaan penyelamatan Kristus telah disempernukan pada manusia dan di dunia, kita akan melihat bahwa semua kedunguan telah hilang dan manusia menemukan jalannya menuju terang. Namun, si pembohong, dia yang membawa kegelapan, telah menyebarkan pekerjaannya meliputi seluruh muka kemanusiaan /dunia dan seluruh kedunguan dan keputusasahan yang menyusul , serta segala keluyuran di semua bidang kehidupan, adalah disebabkan oleh yang satu yang dari mula telah ditunjuk oleh Yesus.
Sekali lagi, pelanggaran kasih, sebagai pekerjaan iblis, terutama terlihat dari cara ia memasuki hati Judas, dan menjadikannya seorang pengkhi- anat. Segala ketamakan yang terdapat di dunia sekarang, dan segala rasa iri, dan segala kekejaman, adalah pekerjaan iblis.
Akhirnya, ia adalah pendosa yang utama. Dosa adalah tak adanya hukum, yang tidak berarti keadaan tanpa hukum, tetapi keadaan melawan hukum, mengingkari hukum. Sehingga segala kejahatan yang ditujukan kepada Allah di dunia-Nya, segala kejahatan yang dilakukan oleh manusia kepada manusia, segala kejahatan yang dilakukan oleh manusia kepada dirinya sendiri, adalah pekerjaan iblis.
Ringkasnya: maut, kegelapan, kebencian, di manapun diketemukan, adalah pekerjaan iblis.
Anak Allah diwujudkan agar Dia dapat menghancurkan pekerjaan iblis. Jika pada mulanya kita melihat Dia sebagai jiwa yang bertentangan de- ngan hal-hal ini, ingatlah bahwa itu adalah sebuah tanda dari program dan sebuah peramalan dari maksudnya. Inkarnasi bukan hanya kelahiran seorang bayi yang di dalamnya kita belajar rahasia masa kecil dan yang di dalamnya kemudian kita melihat kemuliaan kedewasaan. Semua itu benar adanya; namun sepanjang terjadinya peristiwa-2 manusia, dari satu hal itulah Allah Sendiri yang mampu menghancurkan pekerjaan iblis.
APA ARTI “MENGHANCURKAN”
“Menghancurkan”. Sebuah kata yang berarti membubarkan, melepaskan. Kata ini adalah kata yang digunakan di dalam Apokalips mengenai melepaskan kita dari dosa-dosa kita, atau jika anda ingin lebih grafis, itu adalah kata yang digunakan di dalam Kisah para Rasul ketika anda membaca bahwa kapalnya telah hancur berkeping-keping; terlepas, telah bubar yang sebelumnya merupakan sesuatu yang utuh, telah hancur dan berserakan dan ringsek.
Kata “telah dihancurkan” mungkin benar sekali, namun biarlah kita memahaminya. Dia telah diwujudkan untuk melakukan suatu tugas di dalam sejarah manusia yang akibatnya ialah bahwa kerja-kerja iblis harus hilang kemantapannya. Kekuatan kohesif yang hingga saat ini membuatnya seolah-olah mantap, Dia datang untuk melepas dan mem- bubarkannya. Dia telah diwujudkan untuk menghancurkan maut dengan pemberian hidup. Dia telah diwujudkan untuk menghilangkan gelap dengan pemberian terang. Dia telah diwujudkan untuk menghancurkan benci dengan pemberian kasih. Dia telah diwujudkan untuk menghancurkan pelanggaran hukum dengan pemberian hukum. Dia telah diwujudkan untuk melepaskan, menghancurkan hal-hal negatif yang merusak, dengan memberi yang positif yang membangun kembali dan meningkatkan semangat.
Dia telah diwujudkan untuk menghancurkan hasil-hasil kerja iblis seperti kematian, dengan pemberian hidup. Ini berarti, pertama hidup spiritual, yang berarti persabahatan dengan Allah. Berarti juga hidup mental, penglihatan rahasia terbuka. Kita belum mengerti secara sempurna, namun jiwa yang percaya, yang sama sekali tanpa pendidikan, mendengar lebih banyak dari angin pada senja hari, dan melihat lebih banyak di dalam mekarnya bunga dari pada yang dapat dilakukan oleh orang yang hanya terpelajar.
Ia yang melihat memiliki penglihatan intelektual sejati yang telah diberikan oleh Kristus di dalam pemberian hidupnya. “Ini adalah hidup abadi, agar mereka mengerti Engkau adalah satu-satunya Allah yang sejati”. Pemberian hidup adalah untuk menghancurkan maut, dan Dia yang memiliki pemberian hidup ini tertawa di muka maut, tertawa kemenangan. Saya yakin terdapat tawa di dalam suara Rasul ketika ia berkata “Oh maut di mana sengatmu?”. Seakan-akan ia mengatakan, apa yang telah kau perbuat dengan kemenanganmu. Ada suatu saat aku gemetar di kehadiranmu, sang penunggang kuda putih, namun sekarang aku tertawa di wajahmu, karena keputihanmu telah menjadi bersinar putihnya sesosok malaikat terang. Dengan demikian Dia menghancurkan hasil-hasil kerja iblis dengan memberikan pemberian hidup yang menghancurkan maut.
Mengenai kegelapan. Hal ini erat hubungannya dengan yang telah diutarakan. Pemberian terang selalu datang dari hidup. Di mana ada maut, di sana tak ada penglihatan. Bila ada hidup, di situ ada terang. Terang berarti pengetahuan dan harapan dan bimbingan, sehingga tidak terdapat berkeliling-keliling tanpa tujuan. Dengan membawa terang ke dalam hidup manusia dan ke dalam dunia, Dia telah menghancurkan hasil-hasil pekerjaan iblis.
Mengenai kebencian, Dia menghancurkan kebencian dengan pemberian kasihnya. Pemberian kasih-Nya – dan saya tidak menggunakan kata-kata ini secara sembarangan seperti sering kita lakukan – saya menggunakannya dalam artinya yang kaya, luas dan penuh kasih - penuh kesediaan, mengesampingkan diri sendiri , kemurahan hati dalam menuruti pengertian Rasul ketika menulis kepada kaum Galatian ia memberi kelebutan hati sebagai salah satu sifat kasih, melakukan hal-hal kecil berdasarkan kasih murni. Semua hal ini adalah hal-hal yang oleh karenanya hasil-hasil kerja iblis dihancurkan. Kebencian, kekikiran, iri hati, egoisme dihancurkan dengan memberi kasih yang merupakan kehangatan hidup, seperti terang menyinarinya. Dengan cara-cara ini Ia menghancurkan hasil-hasil pekerjaan iblis.
Mengenai pelenggaran hukum. Yang satu ini Ia hancurkan dengan pemberian hukum; kegemaran akan hak-hak Allah, pelayanan kepada sesama; menemukan diri dalam kebebasan sempurna oleh karena aku telah menjadi hamba Allah kasih yang tak terhingga besarnya.
Sembilanbelas abad yang lalu Anak Allah diwujudkan, dan selama waktu berabad-abad itu, di dalam hidup beratu-ratus ribu orang ia telah menghancurkan hasil-hasil pekerjaan iblis, mengalahkan maut dengan pemberian hidup, mengusir kegelapan dengan menyingsingnya terang, mengubah egoisnya kekikiran dan irihati menjadi kasih, kesenangan, damai, penderitaan-lama, kelembutan hati dan kebaikan. Ia telah menangkap orang-orang yang melanggar hukum dan mengubah mereka menjadi hamba Allah yang siap sedia dan senang. Dengan demikian Ia telah menghancurkan hasil-hasil kerja iblis.
ARTI HISTORIS DARI INKARNASI
Jangan lupakan arti historis Inkarnasi. Itu adalah masuknya ke dalam sejarah manusia Dia Yang merebut tongkat kekuasaan dari si perampas kuasa. Itu adalah masuknya kekuatan-kekuatan ke dalam sejarah manusia yang meluluhkan konsistensi hasil-hasil pekerjaan iblis, dan membuatnya patah dan gagal. “Berapa lama, Oh Tuhanku, berapa lama” adalah seruhan hati orang suci sekarang. Namun, marilah kita bersemangat seraya menoleh kembali dan mengetahui bahwa kekuatan pemenang telah bekerja selama sembilanbelas abad, dan selalu menuju kesempurnaan. Namun, tetap saja kerja-kerja iblis jelas terjadi; kerja-kerja daging terjadi. Yah, tetapi hasil Roh kehidupan yang telah terjadi melalui kedatangan Kristus juga jelas. Di seluruh dunia sekarang pada banyak batang pohon anggur penanaman Bapa, terdapat tandan-tandan buahnya. Semua itu, hingga sekarang adalah untuk sementara. Hanyalah merupakan senjakala. Tengah hari belum tiba. Namun sekarang adalah senja, dan siang hari pasti tiba.
Selanjutnya, inkarnasi itu adalah datangnya Dia Yang lebih kuat daripada orang kuat, yang bersenjata untuk menghancurkan hasil-hasil kerja iblis di dalam hidup saya sendiri. Apakah hasil-hasil kerja iblis maut, kegelapan, kebencian dan pemberontakan – merupakan kekuatan-kekuatan terkuat di dalam hidup anda?? Maka saya membawakan kepada anda Evangel. Saya beritahu anda tentan Dia Yang diwujudkan untuk menghancurkan perkara-perkara itu. Saya memberitahukan bukan hanya sebagai teori, tetapi sebagai yang memiliki kesaksian sejarah tentang kebenaran maklumat ini.
Kekuatan-kekuatan Kristus ini telah bekerja, dan masih bekerja; dan perkara-perkara yang tadinya mantap telah menjadi kendur, dan mulai runtuh. Dia telah diwujudkan untuk menghancurkan hasil-hasil pekerjaan iblis. Jikalau anda berada di dalam cengkeraman kekuatan-kekuatan jahat; jikalau anda menyadari bahwa di dalam hidup anda hasil-hasil kerja-Nya adalah pekara-perkara kekuatan, maka saya mohon kepada anda, hadaplah dengan sepenuh hati kepada Dia Yang diwujudkan pada waktu yang telah lama berlalu, yang dengan segala kuasa kemenangan mulia-Nya, akan menghancurkan di dalam diri anda semua hasil pekerjaan iblis, dan membebaskan anda.
4. MEMPERSIAPKAN UNTUK KEDATANGAN KEDUA
“Demikian pula, Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang, Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugrahkan keselamatan kepada mereka yang menantikan Dia. (Ibrani 9:28)”.
Kita semua sadar bahwa tak ada sesuatu yang sempurna; bahwa hal-hal yang Kristus datang untuk dilakukan-Nya belum dilakukan; bahwa pekerjaan iblis belum seluruhnya dihancurkan; bahwa dosa secara eksperimental belum dihilangkan; bahwa di dalam kesadaran spiritual bangsa Allah belum dikenal secara sempurna. “Sekarang kami belum melihat segala perkara tunduk kepada-Nya”. Agaknya kemenangan belum diperoleh. Tidak mungkin membaca cerita Inkarnasi dan mempercayainya, dan mengikuti sejarah berabad-abad yang terjadi setelah Inkarnasi itu tanpa merasakan di dalam hati kita yang terdalam bahwa dibutuhkan lebih dari itu, bahwa Inkarnasi itu hanyalah persiapan dan penyempurnaan artinya hanya dapat dilakukan dengan kedatangan sekali lagi, melalui sejarah manusia seperti yang pertama.
“Kristus ….. akan datang untuk kedua kalinya”. Tidak terdapat jalan keluar, kecuali dengan kasuistrik, dari arti sederhana kata-kata tersebut. Gagasan pertama yang disampaikan olehnya adalah kedatangan benar-benar dari Yesus yang masih akan terjadi. Untuk menanggapi secara abstrak sebuah pernyataan seperti ini dan mencoba menerapkannya dengan cara lain dari pada supaya dapat dimengerti oleh anak kecil, berarti, kita mengakui cenderung terpaksa untuk tidak jujur dengan ke- serhanaan pernyataan skriptural. Mungkin terdapat pengertian yang berbeda-beda mengenai bagaimana Ia akan datang, dan bilamana, apakah ia akan datang untuk menantar sebuah milenium atau untuk memah-; kotainya, namun kejadian kedatangan-Nya yang sesungguhnya adalah pasti.
Paulus dalam semua karya tulisnya meyakini kebenaran kedatangan kedua. Di dalam beberapa tulisannya ia tidak membicarakannya secara panjang lebar atau dengan kejelasan tinggi seperti di dalam yang lain, hanya oleh karena itu bukan pokok persoalan yang sedang ia bicarakan. Di surat-surat Tesalonia telah kita dengan sangat jelas mengutarakan pengajaran Paulus mengenai persoalan ini. Tepat di tengah surat pertama terdapat sebuah pernyataan dengan bahasa yang sangat jelas bahwa, “Tuhan sendiri akan turun dari surga, dengan sebuah seruan dengan suara malaikat tinggi dan dengan truf Allah: yang mati dalam Kristus akan bangkit dahulu, lalu kita yang hidup, yang tertinggal, akan bersama dengan mereka diangkat ke dalam awan, untuk menemui Allah di angkasa, dan demikian kita akan bersama dengan Allah untuk selama-lamanya “.
Yakobus ketika menulis kepada mereka yang mengalami kemalangan, berkata “Bersabarlah; mantapkan hatimu: karena kedatangan Tuhan telah dekat”.
Petrus dengan sama jelasnya menyerukan kepada para pengikut yang pertama, “Tenanglah dan taruhlah harapanmu kepada rahmat yang akan dibawa kepadamu pada kenyataan Yesus Kristus”.
Yohanes, yang bersandar pada pundak Tuhannya, dan yang menulis kata-kata paling hebat dari semua kata-kata mistik mengenai Dia, mengatakan : “Kita mengerti bahwa, apabila Ia akan dinyatakan, kita akan seperti Dia; karena kita akan melihat Dia seperti Dia sebenarnya. Dan barangsiapa memiliki harapan kepada-Nya akan menyucikan dirinya, sama seperti Dia juga suci”.
Yudas mengatakan kepada mereka yang ia tulisi “ Kamu yang terkasih, bangunlah drimu di atas iman yang paling kudus, berdoa di dalam Roh Kudus, tetaplah di dalam.
Setiap penulis Perjanjian Baru mengemukakan kebenaran ini sebagai bagian dari agama Kristen yang umum. Percaya kepada kedatangan pribadi Yesus yang kedua kali nyata membuat Kristianiti primitif berkembang, dan memberi kekuatan kepada orang-orang Kristen pertama untuk tertawa menghadapi kematian, dan melawan semua kekuatan yang menentangnya. Tak ada yang lebih dibutuhkan pada dewasa ini daripada sebuah pernyataan baru mengenai kejadian vital ini dari agama Kristen. Bayangkan apa artinya jika seluruh gereja masih menghadapkan muka ke arah timur dan menunggu datangnya pagi, menunggu seperti Tuhan menginginkannya menunggu - bukan melamun, dan mempelajari almanak, tetapi bersiap-siap untuk berbakti, dengan lampu-lampu menyala; menunggu seraya berbakti. Apabila seluruh gereja Kristus menunggu demikian, dunia akan melepaskan keduniawian dan ketidak-setiaannya, dan semua hal lain yang menghalangi jalannya menuju kemenangan.
ARTI DARI KEDATANGAN KEDUA KALI
Teks ini tidak hanya menyatakan fakta kedatangan kedua. Dengan cara yang agak mengherankan, dikatakan artinya, “Kristus …… akan datang kembali, terpisah dari dosa”. Untuk mengerti hal ini, kita harus melihat nya seakan-akan membandingkan kedatangan pertama dengan yang kedua. Itulah yang pasti dimaksudkan oleh penulis, karena konteks-nya menyebutkan bahwa Dia diwujudkan dalam perjalanan waktu untuk menanggung dosa. Sekarang dia katakan bahwa “Kristus …. akan datang kembali terpisah dari dosa”. Semua hal yang terjadi pada kedatangan pertama dibutuhkan untuk yang kedua; namun semua hal mengenai yang kedua akan berbeda dari hal-hal pada kedatangan yang pertama.
Dengan kedatangan-Nya yang pertama dosa terungkapkan. Salib-Nya sendiri adalah tempat di mana semua kebencian mendalam hati manusia menunjukkan dirinya dengan sangat kejamnya di hadapan surga, dan dunia dan neraka.
Juga terdapat pengungkapan gelap sebagai kebalikan dari terang. “Manusia lebih suka gelap daripada terang”, adalah keluhan utama hati Yesus.
Tambahan pula, keberadaan-Nya di dunia, adalah pengungkapan kematian spiritual sebagai kebalikan dari hidup. Di dalam usaha manusia yang terus menerus untuk mewujudkan karya-Nya, usaha para pengikut –Nya sendiri dan juga semua yang lain, dan kegagalan total mereka untuk menghargari pengajaran spiritual yang telah Ia berikan, kita melihat kematian spiritual itu apa sebetulnya.
Pada kedatangan-Nya yang pertama Dia tidak hanya membuka dosa, tetapi menanggungnya .Di dalam kata-kata “Kristus juga yang telah sekali dikorbankan untuk menanggung dosa orang banyak”, tidak hanya berke-naan dengan pergerakan akhir kayu salib. Kata “dikorbankan” digunakan dalam hubungan dengan tindakan Allah dalam memberikan Dia. Akan diterjemahkan dengan tepat untuk mengganti kata “mengorbankan” dengan kata “memberikan”, kata yang kita dapatkan di Injil Yohanes, “Karena Allah begitu mengasihi dunia sehingga Dia memberi Anak-Nya yang tunggal”. Mari kita letakkan kata itu di sini – “Kristus juga yang telah diberikan satu kali untuk menanggung dosa orang banyak, akan datang untuk kedua kalinya”. Selama seluruh hidupnya Dia meletakkan Dirinya di bawah dosa untuk meniadakannya. Ia menanggung kekurangan-kekurangannya selama seluruh hidupnya. Di dalam kemiskinan, di dalam kedukaan, di dalam kesepian Ia hidup: dan semua hal itu adalah kekurangan yang dihasilkan oleh dosa. Ketika Yesus Kristus masuk ke dalam daging, Ia masuk ke dalam kekurangan-kekurangan yang mengikuti dosa, dan Ia menanggung dosa di dalam kesadaran-Nya sendiri selama bertahun-tahun , bukan hanya kemiskinan, tetapi kedukaan dalam segala bentuk, dan kesepian. Seluruh kedukaan hati manusia berada di dalam hati-Nya hingga Ia mengeluarkan keluhan yang tak mungkin diucapkan: “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku…?”
Setelah pada akhirnya selesai mengatur dosa, dan menghancurkannya sampai ke akar-akarnya pada kedatangan-Nya yang pertama, kedatangan-Nya yang kedua akan berupa kemenangan. Dia akan datang kembali, bukan kepada kemiskinan tetapi kepada kekayaan. Dia akan datang kembali, bukan kepada kedukaan, tetapi dengan kegirangan. Dia akan datang kembali, bukan dalam kesepian, tetapi untuk mengumpulkan semua jiwa percaya yang telah melihat dan melayani dan menunggu. Segala kesusahan dan kesepian, kemiskinan dan dosa pada kedatangan-Nya yang pertama, akan absen pada kedatangan-Nya yang kedua. Kedatangan yang pertama adalah untuk penebusan; yang kedua akan untuk administrasi. Ia datang, masuk ke dalam watak manusia, dan seraya memegangnya, menghadapi dosa dan menghapusnya. Ia telah menghilangkan dosa, dan Ia akan datang kembali untuk mendirikan kerajaan itu, yang dasarnya telah Ia letakkan pada kedatangan-Nya yang pertama.
“PENGHAKIMAN --- PENYELAMATAN”.
Bagian ini menyatakan tujuan dari kedatangan itu: “Telah dipastikan bagi manusia untuk mati sekali waktu, dan setelah itu datanglah penghakiman; jadi, juga Kristus setelah sekali dikorbankan untuk menanggung dosa banyak orang, akan datang untuk kedua kali, terpisah dari dosa, kepada mereka yang menunggu-Nya, untuk diselamatkan”.
Terdapat suatu perbedaan aneh di antara akhiran kedua pernyataan tersebut. Kita akan mengira bahwa akan ditulis untuk menyempurnakan perbandingan itu, begini: telah dipastikan bagi manusia untuk mati sekali waktu, dan setelah itu akan datang penghakiman; maka Kristus juga, setelah sekali dikorbankan untuk memikul dosa banyak orang, akan datang kembali untuk kedua kali, terpisah dari dosa, membawa penghakiman. Itu akan merupakan suatu perbandingan yang seimbang, namun sang penulis tidak menulisnya demikian. Justru perbedaan ini mengungkapkan arti-arti dari kedatangan yang pertama dan yang kedua. Telah ditetapkan bagi manusia untuk mati -- Dia telah dikorbankan untuk menanggung dosa banyak orang. Setelah mati, penghakiman, --- Ia akan datang lagi untuk penyelamatan. Karena kedatangan pertama meniadakan kematian yang ditetapkan bagi manusia, maka yang kedua akan mengubah penghakiman menjadi penyelamatan.
“Telah dipastikan bahwa orang harus mati sekali waktu”. Sering terjadi bahwa dengan agak sembrono dinyatakan bahwa orang harus mati. Seraya mengakui kebenaran pernyataan ini kita bertanya, mengapa mereka harus mati? Ilmu pengetahuan tak dapat lebih menjelaskan tentang kematian daripada menjelaskan tentang hidup. Mereka belum pernah dapat mengatakan mengapa orang meninggal. Bagaimana mereka meninggal ia, mengapa mereka meninggal, tidak! Saya katakan kepada anda mengapa: Kematian adalah upah dosa. Ilmu pengetahuan akan mengakui bahwa kematian datang karena dilanggarnya hukum-hukum tertentu, namun Ilmu akan menggunakan kata-kata lain daripada kata dosa. “Telah dipastikan bagi manusia untuk mati sekali waktu”, oleh fiat Allah yang Mahatinggi oleh karena mereka adalah pendosa, dan tak seorang dapat luput dari fiat itu.
Namun Ia telah dikorbankan oleh Allah untuk menanggung dosa banyak orang. Itulah jawaban untuk kedatangan pertama bagi manusia untuk pertemuannya dengan kematian. Sesudah kematian terdapat satu lagi peraturan, yaitu tentang pengadilan. Siapa yang akan naik banding terhadap keadilan tertinggi dari peraturan itu?
Dia “akan datang untuk kedua kali, terpisah dari dosa,bagi penyelamatan” Kepada siapa yang telah mendengar warta kedatangan pertama dan telah percaya dan yakin akan kerja-Nya yang besar, dan telah memperoleh perlindungan di dalam manifestasi-Nya dan menanggung dosa-Nya, bagi mereka itu akan terjadi penyelamatan dan bukan penghakiman. Tetapi bagi orang yang tidak berlindung di bawah kedatangan pertama itu dan nilai penebusannya - pengadilan menunggu. Segala sesuatu yang dimulai oleh kedatangan-Nya pertama akan disempurnakan oleh kedatangan-Nya yang kedua.
Pada kedatangan-Nya yang kedua akan terjadi penyelamatan yang sempurna bagi manusia keadilan, pengsucian, penyelamatan. Kita telah percaya, dan kita telah diselamatkan. Kita percaya, dan kita diselamatkan. Kita percaya, dan akan diselamatkan. Pergerakan terakhir akan datang bila Dia datang.
Mereka yang telah jatuh tidur adalah aman dengan Tuhan, dan Ia akan membawa mereka serta bila Ia datang. Mereka belumlah disempurnakan, “karena Tuhan telah menyediakan sesuatu hal yang lebih baik mengenai kita, yang kecuali kita mereka tidak akan dibuat sempurna”. Mereka sedang beristirahat, dan dengan sadar mereka sedang beristirahat. Mereka “terpisah dari tubuhnya …. di rumah dengan Tuhan”, namun mereka belum disempurnakan; mereka sedang menunggu. Kita sedang menunggu di tengah pergulatan dunia – mereka di tengah terang dan kesenangan surga, sebelum kedatangan kedua. Surga sedang menunggunya. Dunia sedang menunggunya. Neraka sedang menunggunya. Alam semesta sedang menunggunya, Kedatangan itu akan tiba kepada mereka yang menunggu Dia. Siapakah mereka yang menunggu Dia? “Engkau telah beralih kepada Allah dari Baal, untuk melayani Allah yang hidup dan benar, dan untuk menunggu Anak-Nya datang dari surga”. Hal pertama adalah meninggalkan Baal. Apalah sudah kita melakukan itu? Hal yang kedua adalah melayani Allah yang hidup. Apakah itu kita lakukan? Maka, oleh karena kita telah meninggalkan Baal dan melayani Dia, kita menunggu. Itulah penungguan yang diperintahkan oleh Perjanjian Baru dan kepada mereka yang menunggu, kedatangan-Nya yang kedua akan berarti penyelamatan. Kristus akan datang“. Injil yang Mulia!
----000---
Sumber: The Fundamentals vol 3 Bab 25, Diterjemahkan seorang ibu
No comments:
Post a Comment