Pages

Monday, June 05, 2017

Contoh Tabur-Tuai dalam Alkitab

Ketika Alkitab mengajarkan tentang prinsip menabur dan menuai dalam kehidupan manusia, maka itu bukan teori belaka, melainkan terdapat banyak contohnya di dalam Alkitab. Prinsip tabur tuai ini adalah sebuah bukti bahwa manusia diberikan kehendak bebas, dan juga akal budi untuk memutuskan apa yang patut ditaburnya supaya suatu hari kelak ia menuai hasilnya.

Tanpa akal budi manusia tidak bisa menabur, seperti burung di udara, kata Tuhan Yesus bahwa mereka tidak
menabur, hanya menuai. Bukan hanya perlu akal budi, namun juga perlu kehendak bebas, sebab kalau sudah
ditetapkan apa yang harus ditabur, juga hasilnya, maka bukan tanggung jawab si penabur lagi melainkan si penetap.

Kata Rasul Paulus, orang yang menabur dalam roh akan menuai hidup yang kekal sedangkan yang menabur
dalam daging akan binasa. Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu. (Gal 6:7-8 ITB)

Henokh Menabur Dalam Roh
Henokh memilih bergaul dengan Allah, bukan dengan orang-orang jahat di sekitarnya, dan hasilnya ia diangkat oleh Allah. Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah selama tiga ratus tahun lagi, setelah ia memperanakkan Metusalah, dan ia memperanakkan anak-anak lelaki dan perempuan. Jadi Henokh mencapai umur tiga ratus enam puluh lima tahun. (Gen 5:22-23 ITB)

Mungkin Henokh tidak mengharapkan hasil yang sedahsyat itu bahwa dia akan diangkat hidup-hidup oleh Allah. Henokh hanya memilih hidup bergaul dengan Allah karena ia sangat menikmati keadaan itu, seperti seseorang mendapatkan teman yang baik dan bergaul akrab. Tetapi Tuhan mengagetkannya, memberikan hasil penaburannya dengan berlimpahan, Henokh bukan hanya berkenan kepada Allah, melainkan langsung diangkat Allah. Allah Tritunggal rupanya menikmati hubungan (relationship) dengan Henokh, dan menghendaki keadaan itu berlanjut sampai di Sorga. Apa yang ditabur atau diperbuat Henokh, akhirnya dituainya. Henokh bukan menabur dalam daging, melainkan menabur dalam roh, dan ia menuai hidup kekal. Betapa menyenangkan hasil yang diperoleh Henokh. Dan dia adalah contoh yang Allah pasang dalam Alkitab di bagian yang sangat awal bahwa apa yang ditabur orang suatu hari akan dituainya. 

Nuh Menabur Dengan Susah Payah 
Alkitab mencatat bahwa Nuh adalah orang benar (Kej.6:9). Celakanya, orang-orang sezamannya kebanyakan tidak mau menabur dalam roh melainkan menabur dalam daging. Hal ini menyebabkan tinggal Nuh sekeluarga saja yang tetap benar di mata Tuhan.

Jika semua orang di sekitar Anda menjadi orang yang tidak benar, bukan hanya satu dua, melainkan semuanya, dan tinggal Anda sekeluarga saja yang masih benar, kira-kira suasananya seperti apa? Saya yakin Nuh sekeluarga pasti amat sangat menderita. Tetapi mereka tetap menabur sambil bercucuran air mati. Terlebih ketika mereka harus membangun bahtera yang sangat besar untuk menampung berbagai binatang.

Sulit bagi kita untuk memahami betapa luar biasanya daya tahan iman Nuh. Bayangkan, jika kita bangun rumah yang aneh, dan puluhan orang datang menertawakan kita, bisa jadi hati kita langsung ciut. Kalau manusia sekampung membicarakan dan menertawakan kita, rumah kita mungkin tidak selesai dibangun. Tetapi Nuh ditertawai manusia seisi dunia saat itu, dan dia terus membangun sampai selesai. Semua itu dilakukan karena ia sangat percaya kepada Allah, dan sangat yakin bahwa semua yang dikatakan Allah tentang kedatangan air bah, pasti terjadi.

Pelajaran bagi umat manusia sepanjang zaman ialah bahwa ketika Nuh menabur dalam roh, melakukan sesuatu yang benar, memang sangat sulit bahkan sangat berat, tetapi kemudian kita melihat ia menuai dengan bersukacita. Tanpa Nuh kita semua tidak ada, bahkan tanpa Nuh, Adam dan Hawa tidak bisa masuk Sorga. Adam dan Hawa dijanjikan juruselamat yang akan lahir dari keturunan mereka. Tentu Tuhan bisa menciptakan manusia lagi sebagai pengganti ketika orang-orang zaman Nuh menjadi bejat, tetapi itu bukan lagi yang berasal dari keturunan Hawa.

Nuh adalah penyelamat keturunan Adam dan Hawa yang kemudian menghadirkan Juruselamat. Jika tidak ada Nuh yang benar di mata Tuhan, maka tidak ada lagi yang bisa dipakai untuk menghadirkan Juruselamat.

Abraham Menabur, Ada Benih Baik & Buruk
Abraham adalah pribadi yang unik dan luar biasa. Ia disebut Bapa orang beriman, dan banyak melakukan langkah-langkah iman yang mengagumkan. Abraham menabur banyak kebaikan, ia menebarkan banyak benih rohani, dan contoh imannya menguatkan banyak orang sepanjang masa. Ketika Tuhan mencari orang yang bisa dipakainya sebagai alat menggenapi janjiNya untuk menurunkan Sang Juruselamat, zaman itu tidak ada lagi orang yang mengingat Tuhan, termasuk Abraham. Abraham adalah penyembah berhala (Yos.24:15), namun tentu Tuhan tahu bahwa Abraham adalah penyembah berhala yang paling logis, dan yang paling merindukan kebenaran sejati. Tuhan tahu bahwa jika ia menampakkan diri kepada Abraham, maka ia akan meninggalkan berhalanya dan akan setia mengikuti Tuhan sepanjang hidupnya.

Tuhan dapatkan Abraham rela menabur di dalam roh sekalipun sulit dan tidak ada kepastian. Ia mengikuti Tuhan sekalipun belum dikasih tahu kemana ia akan dipimpin. Ketika dijanjikan tanah, dan keturunan, Abraham percaya penuh. Bahkan Abraham adalah orang yang berbicara dengan Tuhan seperti seorang yang berbicara dengan sahabatnya.

Tetapi terkadang di saat kita menaburkan benih yang baik, bisa terjadi ada benih yang kurang baik yang tertaburkan. Bisa juga dikarenakan kita kurang teliti atau ada orang lain yang memasukkan atau mengusulkan benih yang buruk. Seandainya Ismael tidak muncul maka dunia sekarang akan berbeda. Tetapi benih sudah tertabur, dan benih itu tumbuh, bahkan berbuah.

Pihak pengusul benih kurang baik (Sarah) segera menuai buahnya yang pahit. Ia segera merasa dilecehkan oleh Hagar yang merasa lebih hebat karena bisa punya anak. Andai Sarah bisa melihat hingga empat ribuan tahun ke depan, dan melihat bom meledak di London, pesawat menabrak gedung WTC, dia pasti sedih dan akan sangat menyesal bahwa ia telah memasukkan benih buruk ke dalam kirbat Abraham sehingga tertabur benih yang buruk. Hal ini mengingatkan kita semua, bahwa ketika kita menabur, perhatikan kirbat kita, apakah benih yang tersedia adalah benar-benar benih yang bermutu, karena apa yang kita tabur maka itulah yang akan kita tuai, bahkan bukan hanya kita saja melainkan juga orang-orang sesudah kita.

Yoshua Menabur Dalam Roh
Yoshua Bin Nun, seorang muda yang sangat bersemangat melayani Tuhan. Ketika diutus untuk mengintai, Yoshua bersama Kaleb, menentang arus pendapat umum. Mereka berdua tidak setuju pendapat sepuluh pengintai yang lain. Sepuluh yang lain tidak melihat secara rohani, melainkan secara jasmani sehingga hasil analisa mereka, musuh seperti raksasa dan Israel seperti belalang. Tetapi Yoshua melihat secara rohani, mampu melihat Allah yang maha-kuasa dan mampu melihat penyertaanNya.

Cerita tentang mereka terpotong, padahal sesudah peristiwa itu, mereka berdua tetap dalam lingkungan orang-orang yang memihak pada sepuluh pengintai. Kehidupan mereka pasti sulit karena mereka minoritas. Bisa jadi logika orang-orang menjadi terbalik karena hasutan bahwa Yoshua dan Kaleblah yang telah mendatangkan hukuman berputar-putar 40 tahun di padang gurun.

Tetapi Yoshua tetap menabur di dalam roh, dan ia menuai hasilnya. Orang-orang yang bersamanya keluar dari Mesir mati semua dan hanya dia dan Kaleb yang berhasil masuk ke tanah Kanaan. Bahkan Yoshua hidup hingga hari tuanya, dan dia tetap setia kepada Allah Jehovah. Sebelum dia mati, Yoshua mengumpulkan orang-orang Yahudi untuk memilih kepada siapakah mereka mau beribadah, mau menabur dalam daging atau mau menabur dalam roh (Yoshua 24:15-16).

Daud Pernah Menabur Dalam Roh dan Daging
Dalam kehidupan Daud ada banyak pelajaran tentang menabur dan menuai. Saat Daud muda, ia seorang gembala kambing domba di Betlehem, yang berkobar-kobar untuk Tuhan. Hatinya penuh lagu dan puji-pujian untuk Tuhan. Ia penuh gairah dan bersemangat untuk Tuhan, bahkan semangatnya untuk Tuhan telah membuatnya berani dan berhasil mengalahkan Goliat.

Di dalam riwayat hidup Daud kita akan dapatkan bahwa ia adalah seorang yang beriman dan banyak melakukan (menabur) benih-benih rohani. Ia adalah orang yang sangat mencintai Tuhan, dan sangat ingin dekat tabut Tuhan. Ia memindahkan tabut Tuhan ke Yerusalem, yang cukup lama tidak dipedulikan di zaman Saul. Karena hidup Daud yang penuh dengan penaburan benih rohani, ia menjadi orang yang sangat dikasihi Tuhan. Hampir semua raja Yehuda berikutnya, jika yang bagus maka dikatakan bahwa ia hidup seperti bapa
leluhurnya Daud.

Namun, sebagai manusia, Daud tidak bisa sempurna, kadang benih di kirbat kita bisa ada yang tidak bagus, ya tertabur juga. Daud pernah menabur benih yang buruk, ia membunuh Uria, dan mengambil Batsyeba, istri Uria. (2 Sa 11:3 ITB). Tindakan ini sangat jahat di mata Tuhan. Kejahatan ini menurut hukum Taurat pantas diganjar dengan hukuman mati.

Atas benih yang sangat buruk ini Daud dalam hidup selanjutnya menuai buah yang sangat pahit, yang sangat sulit untuk dikunyah dan ditelan. Yoab, panglimanya adalah orang yang paling tahu tentang plot pembunuhan Uria. Mungkin pada awalnya Yoab tidak tahu bahwa pembunuhan Uria sehubungan dengan Batsyeba, tetapi setelah Daud kemudian mengambil Batsyeba, maka Yoab pasti tersentak, rupanya raja mau istrinya, oleh sebab itu dia menyuruh saya membiarkan Uria terbunuh. Daud sudah pasti kehilangan rasa hormat dari Yoab, panglimanya. Cerita kasak-kusuk di istana tidak bisa dihentikan. Tentu semua orang tahu kecuali Daud saja yang tidak tahu bahwa orang-orang sudah tahu, inilah yang disebut menjadi rahasia umum.

Bahkan anak-anak Daud pun tentu tahu juga. Sejak saat itu hidup Daud menjadi pahit karena dia harus menuai buah dari benih buruk yang ditaburnya. Daud menjadi seorang pemimpin yang terintimidasi oleh rahasia yang dipegang oleh Yoab. Pembaca bisa bayangkan misalnya seorang Presiden yang pernah meminta Kapolri atau Panglima untuk membunuh seseorang, pasti nyawa Presiden di dalam genggaman Kapolri atau Panglima dan sejumlah orang yang membantu.

Di kemudian hari anaknya mengikuti jejaknya memperkosa adik tirinya. Dan abangnya membunuh si pemerkosa yang adalah saudara tirinya. Bahkan drama selanjutnya Absalom ingin membunuhnya, serta meniduri semua gundik-gundiknya. Buah yang dituai Daud sangat pahit rasanya, sulit untuk ditelan. Daud pasti menyesal bahwa dia tidak berhati-hati ketika menabur.

Pelajaran Tabur Tuai Bagi Kita
Kita adalah manusia yang diberi akal budi dan hati nurani, dan diberi kehendak bebas. Kita bahagia karena kita sebagai manusia, bukan sebagai robot. Karena sebagai manusia maka semua tindakan kita memiliki efek. Tuhan menggambarkan kepada kita efek dari setiap tindakan kita seperti menabur dan menuai, biji apa yang kita tabur, nanti kita akan menuai buahnya. Tindakan adalah manifestasi dari keinginan hati, oleh sebab itu untuk menjaga tindakan kita, kita jaga hati kita. Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan. (Ams 4:23 ITB).

Apakah Tuhan berkuasa membelokkan hati seseorang? Tentu! Tetapi Tuhan tidak mau menyangkali diriNya,
Ia tidak mau membatalkan sesuatu yang telah ditetapkanNya, yaitu kehendak bebas bagi hati manusia. Tuhan bisa menghalangi sesuatu yang buruk terjadi, seperti Ia menghalangi keledai Bileam untuk maju. Tetapi jika hati Bileam tetap mau menuju kepada Balak, Tuhan membiarkan keinginan hati Bileam tercapai, tetapi karena mengasihi Israel serta mau menepati janjiNya kepada Abraham, Tuhan masih bisa memelintir lidah Bileam. Berdoalah kepada Tuhan, dan jaga hati dengan selalu mengingat firmanNya.

Ketika keinginan hati kita menuntut perwujudannya, kita perlu berpikir, adakah itu sesuai dengan ketetapan firman Tuhan? Adakah hal itu menyenangkan hati Tuhan? Apakah Tuhan senang jika hal itu dilaksanakan? Jika Abraham, Daud, dan semua mereka yang hebat-hebat itu bisa bertanya sebelum melaksanakan keinginan hati mereka, maka mereka tidak sampai menaburkan benih yang buruk, dan mereka tidak akan menuai buah yang pahit. Terlebih lagi kita yang telah menerima anugerah keselamatan Yesus Kristus, dosa kita semuanya telah ditanggung di kayu salib, tidak boleh berpikir sedikit pun seperti orang durhaka bahwa kalau semua dosa sudah diampuni maka boleh bebas berbuat dosa. Ingat, firman Tuhan berkata, jangan sesat, Allah tidak membiarkan diriNya dipermainkan, apa yang ditabur seseorang, akan dituainya.

Saya malahan berdoa demikian, Tuhan, engkau mahatahu, jika Engkau tahu lima atau sepuluh tahun lagi saya
akan menyangkalimu atau mempermalukanMu amat sangat, lebih baik sekarang Tuhan ambil saya. Beranikah Anda berdoa demikian? ***

Sumber: Buletin Pedang Roh Edisi XCI Tahun XXII April-Mei-Juni 2017

No comments:

Post a Comment