Pada tanggal 9 November 2009, dalam rangka peringatan Hari Pahlawan, Presiden Republik Indonesia, menganugerahkan Gelar Pahlawan Nasional dan Bintang Mahaputera Adipradana kepada Alm. Laksamana Muda TNI (Purn) Jahja Daniel Dharma (John Lie) yang berasal dari Sulawesi Utara. Gelar tersebut akan diserahkan kepada Ibu Margaretha Dharma Angkuw yang merupakan istri sekaligus pewaris tunggal dari Alm. Laksamana Muda John Lie, yang didampingi juga oleh keluarga dan Drs. Eddie Lembong dari Yayasan Nabil sebagai pengusul. Keputusan tersebut didasarkan atas pertimbangan Negara melalui Badan Pembina Pahlawan Pusat (BPPP) Departemen Sosial RI yang menilai bahwa jasa-jasa serta pengabdian yang diberikan Laksamana Muda John Lie kepada Republik Indonesia dalam dinas kemiliteran maupun pengabdiannya kepada masyarakat adalah tinggi nilainya.
Laksamana Muda TNI (Purn) Jahja Daniel Dharma (John Lie) adalah perwira TNI AL yang melakukan penyelundupan senjata untuk kepentingan perjuangan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia dari penjajahan Belanda dalam kurun waktu 1946-1949. Beliau merupakan salah satu tokoh TNI AL yang paling dicari oleh Angkatan Laut Belanda karena selalu mampu menembus blokade laut yang ketat. Kemudian memasuki masa kedaulatan RI, Laksamana Muda TNI (Purn) Jahja Daniel Dharma (John Lie) tanpa henti turut mempertahankan keutuhan NKRI (1950-1967). Menurut kesaksian Jendral Besar A.H. Nasution (1988), prestasi John Lie ”tiada taranya di AL”, karena beliau adalah ”panglima armada [TNI AL] pada puncak-puncak krisis eksistensi Republik”, yakni dalam operasi-operasi terhadap RMS, PRRI dan Permesta. Disini John Lie memberikan jasanya dalam menjaga keutuhan NKRI. Di usia senjanya pun John Lie tetap berkarya di dalam bidang sosial kemasyarakatan (1968-1988), yakni memanusiakan orang-orang yang dimarjinalkan: kaum gelandangan dan pengemis. Adapun John Lie dilahirkan 9 Maret 1911 di Manado, wafat di Jakarta, 27 Agustus 1988 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.
Laksamana Muda TNI (Purn) Jahja Daniel Dharma (John Lie) diusulkan oleh Yayasan Nabil sebagai Pahlawan Nasional melalui tahap-tahap yang panjang yang sesuai dengan prosedur yang telah diatur dalam undang-undang yang berlaku. Sebelumnya, salah satu anggota Dewan Pakar Yayasan Nabil, Dr. Asvi Warman Adam, sejak tahun 2003 menggagas ide bahwa Laksamana Muda TNI (Purn) Jahja Daniel Dharma (John Lie) layak diusulkan sebagai Pahlawan Nasional. Atas dasar tersebut juga kemudian Yayasan Nabil menugaskan sejarawan muda asal Sulawesi Selatan, M. Nursam untuk menulis buku biografi perjuangan Laksamana Muda TNI (Purn) Jahja Daniel Dharma (John Lie) sebagai salah satu prasyarat pengusulan. Peluncuran buku yang berjudul Memenuhi Panggilan Ibu Pertiwi diikuti oleh seminar nasional yang mengusung tema “Nilai-nilai Kepahlawanan Laksamana Muda John Lie” di Jakarta dan Manado (sebagai tempat kelahiran John Lie). Peluncuran dan seminar di Universitas Paramadina Jakarta dilangsungkan pada tanggal 4 Februari 2009, sedangkan di Gran Puri Manado pada tanggal 12 Februari 2009, dengan dukungan Universitas Sam Ratulangi dan Pemda Sulut.
Menindaklanjuti hasil seminar yang dihadiri berbagai kalangan, baik akademisi, tokoh masyarakat, tokoh militer, sejarahwan, mahasiswa, dan masyarakat umum, Yayasan Nabil kemudian secara resmi mengusulkan Laksamana Muda TNI (Purn) Jahja Daniel Dharma (John Lie) untuk menjadi Pahlawan Nasional kepada Pemerintah RI melalui Badan Pembina Pahlawan Daerah Sulut (BPPD). Usulan ini kemudian diteruskan ke Badan Pembina Pahlawan Pusat (BPPP) melalui Departemen Sosial RI dengan melengkapi berbagai persyaratan yang diminta dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Yayasan Nabil dalam kesempatan ini mengucapkan terimakasih yang tulus kepada Pemerintah Indonesia yang telah mengangkat alm. Laksamana Muda TNI (Purn) Jahja Daniel Dharma (John Lie) sebagai salah seorang Pahlawan Nasional di tahun 2009. Disamping itu, Yayasan Nabil juga mengucapkan terimakasih atas dukungan berbagai pihak yang telah ikut serta dalam upaya pengusulan alm. Laksamana Muda John Lie menjadi Pahlawan Nasional: pertama-tama kepada istri sekaligus pewaris tunggal almarhum John Lie, Ibu Margareta Dharma Angkuw, para pihak yang ikut menandatangani surat pengusulan: 1. Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan, Ph.D, 2. Rektor Universitas Sam Ratulangi Prof. Dr. Donald Rumokoy, SH.MH, 3. Prof. Dr. Saparinah Sadli, 4. Prof. Dr. Ahmad Syafii Ma’arif, 5. Dr. Asvi Warman Adam, 6. Drs. Eddie Lembong, Apt Ketua Pendiri Yayasan Nabil, dan 7. Ronald Korompis tokoh masyarakat Sulut. Tidak ketinggalan pula dukungan yang secara khusus telah diberikan oleh Gubernur Sulut Dr. Sinyo Harry Sarundajang, Kapolda Sulut Bp. Brigjen Bekto Suprapto dan semua pihak yang telah membantu secara langsung dan tidak langsung pengusulan alm. John Lie.
Pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Laksamana Muda John Lie, memiliki dimensi dan nilai tersendiri bagi bangsa Indonesia sebagai sebuah negara dengan berbagai suku, etnis dan agama. Figur Laksamana Muda TNI (Purn) Jahja Daniel Dharma (John Lie) memiliki beragam identitas, pertama-tama selaku warga TNI AL, kemudian sebagai orang Manado, disusul umat Kristiani dan unsur ketionghoaan berada di nomor yang kesekian. Dengan demikian, secara jelas dan berarti, Negara telah membuat Taman Sari Pahlawan Nasional bangsa ini menjadi lebih berwana, sebagaimana yang pernah disampaikan Dr. Asvi Warman Adam sebagai seorang sejarahwan: “jika John Lie diberikan gelar sebagai Pahlawan Nasional dengan dasar jasa-jasanya kepada Bangsa dan Negara, maka foto di “dinding bangsa” ini semakin lengkap mewakili keberagaman yang ada”.
Akhirnya Yayasan Nabil mengucapkan “Selamat” kepada keluarga Almarhum Laksamana Muda John Lie (Jahja Daniel Dharma) atas penganugerahan sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Republik Indonesia di tahun 2009.
Yayasan Nation Building (Nabil)
Jl. Limo No, 40, Permata Hijau, Senayan
Jakarta 12220, Indonesia.
Tel : (62-21) 7204383, 7200981 Ext 206,207
Fax : (62-21) 7260788
Email: yayasan_nabil@yahoo.co.id
Web: www.nabilfoundation.org
No comments:
Post a Comment