Pembahasan hari ini tentang mendengarkan musik yang sehat. Dan topik ini akan dibagi menjadi 2 bagian. Pada edisi ini kita akan membahas musik yang sehat dan yang tidak sehat. Apakah efeknya terhadap kita? Bagaimana kita mengidentifikasi musik yang tidak sehat itu? Dan juga bagaimana mengidentifikasi musik yang sehat? Kita akan melihat manakah musik yang sehat dan yang tidak sehat.
Mari kita memulainya dari pertanyaan: Memangnya ada musik yang sehat dan yang tidak sehat? Bukankah semua musik itu sebenarnya sama saja? Bukankah musik itu netral? Mungkin banyak orang berpikir bahwa musik itu netral. Bahwa nada C di musik yang satu itu sama sehatnya dengan nada C di musik yang lain. Bahwa musik itu sehat atau tidak sehat sangat tergantung apakah orang yang mendengarkannya suka atau tidak suka lagu itu. Kalau dia tidak suka dengan lagu itu,musik itu tidak baik, tetapi sebaliknya jika dia suka dengan musik itu dia akan merasa bahwa musik itu sehat. Tetapi benarkah demikian? Sebenarnya musik adalah suatu bahasa non-verbal, bahasa emosi, suatu bahasa yang menyampaikan dan mempengaruhi emosi dan bukan hanya mempengaruhi emosi, bahkan juga dapat mempengaruhi kita secara fisik.
Sebelum ini saya sudah melakukan riset melalui internet dan kebanyakan penelitian di luar negeri menyatakan bahwa musik itu dapat mempengaruhi kita baik itu secara emosional maupun fisik. Dan pembuat film di Hollywood pun sebenarnya sangat mengerti prinsip ini bahwa musik adalah suatu alat yang demikian kuat untuk mempengaruhi para penonton sehingga musik dalam satu film itu menempati suatu prioritas yang cukup tinggi dan merupakan satu bagian yang penting dalam film itu. Karena selain suatu film menggam-barkan adegan-adegan yang terdiri dari gambar dan juga kata-kata, musik background-nya sangat mempengaruhi para penonton. Musik dalam satu film bisa membuat para ibu yang menonton telenovela menangis tersedu-sedu atau juga bisa menciptakan keadaan tegang atau bisa memberikan suatu perasaan happy atau memberikan perasaan sedih.
Musik adalah alat yang begitu kuat untuk mempengaruhi para pendengar. Oleh sebab itu kita tahu bahwa musik itu adalah sesuatu yang demikian mempengaruhi kita maka ada baiknya kita mempelajari bagaimana efek-efek atau pengaruh dari musik itu terhadap diri kita.
Saya juga mengerti jika beberapa pembaca yang bertanya-tanya, mengapa Stasiun Radio Berita Klasik (RBK) suka sekali memperdengarkan lagu-lagu klasik dan bukannya lagu-lagu seperti Rock & Roll atau Heavy Metal, Rap, dsb.
Ini juga yang mungkin akan kita bahas, karena ini menyangkut selera, kebiasaan, kesukaan. Ini mungkin suatu masalah yang cukup sensitif. Namun demikian, apa yang akan saya katakan ini tidak ada maksud untuk menjelekkan siapa-siapa, atau kelompok musik manapun, tetapi lebih bertujuan untuk memberikan suatu wacana yang dapat dipikirkan bagi para pembaca sekalian dan supaya para pembaca dapat membuat keputusan berdasarkan informasi yang saya berikan. Tentunya saya tidak dapat memaksa siapapun juga untuk memiliki kesukaan2 yang sama dengan saya, memaksa untuk meninggalkan kebiasaannya, tetapi silakan para pendengar sendiri yang menilainya dan mencernanya dan kemudian mengambil keputusan sendiri berdasarkan informasi ini. Ini adalah informasi yang merefleksikan pengalaman dan juga penelitian yang dilakukan oleh berbagai orang yang kompeten dalam bidang musik.
Perbandingan antara Heavy Metal dan musik klasik karya Mozart (di radio diperdengarkan). Klip musik Heavy metal menggambarkan suasana yang hingar bingar yang menyampaikan suatu ketegangan, sedangkan klip musik klasik oleh Mozart menggambarkan suasana yang riang. Tanpa perlu dikatakan, efek yang dihasilkan oleh kedua musik ini bukanlah oleh kata-kata musik itu, karena memang tidak ada kata-katanya, tetapi lebih pada sifat dari musik itu sendiri. Jadi musik bisa menyampaikan suatu perasaan tegang atau riang. Seperti yang saya katakan tadi, musik adalah alat yang kuat mempengaruhi kita, dia dapat mempengaruhi tubuh kita. Musik tertentu akan memberikan efek tertentu dan musik lain akan memberikan efek yang lain juga.
Bagaimana detak jantung anda ketika mendengar musik Rock & Roll? Apakah detak jantung anda menjadi melambat, tenang ataukah sebaliknya jantung anda menjadi berdetup-detup kencang? Saya kira kesannya akan sama, kalau kita mendengarkan musik-musik seperti itu, misalnya Heavy metal atau Hard Rock, tubuh kita merespon dengan mempercepat detak jantung, dan juga menghasilkan adrenalin. Jadi, musik tidak netral, Musik mempengaruhi tubuh. Dan ada eksperimen yang dilakukan oleh Dorothy Retalach. Dorothy Retalach mempublikasikan sebuah buku berjudul The Sound of Music at Plants (Bunyi Musik pada Tumbuhan), dan di dalam bukunya dia menjelaskan tentang eksperimen-eksperiman yang dia lakukan di Colorado, Woman's College dan dalam eksperimen itu dia mendapatkan suatu hasil yang sama sekali tidak dia duga sebelumnya. Dalam eksperimennya yang pertama, dia menggunakan tiga ruangan yang berisi tanaman. Di ruangan yang pertama, dia memainkan suatu nada yang konstan selama 8 jam. Di ruangan yang kedua, dia memainkan nada yang sama selama 3 jam secara terputus-putus. Dan di ruangan ketiga, dia tidak memainkan nada apapun juga. Di dalam ruangan yang pertama tanaman-tanaman yang mendengarkan nada-nada yang konstan selama 8 jam sehari mati dalam waktu 14 hari. Dan tanaman ruangan kedua ternyata tumbuh sangat subur dan sehat bahkan lebih dari tanaman-tanaman yang tidak diperdengarkan nada sama sekali. Hasil ini sangat mirip dengan eksperimen yang dulu pernah dilakukan oleh perusahaan Mozart di tahun 1940-an untuk menentukan efek dari musik pada para pekerja pabrik.
Ketika musik itu diperdengarkan secara non-stop dan terus-menerus, para pekerja sepertinya lebih capek dan kurang produktif. Namun sebaliknya kalau musik itu diperdengarkan hanya pada saat-saat tertentu saja, dengan ada interval-intervalnya, para pekerja lebih produktif dan sigap daripada apabila tidak ada musik sama sekali.
Pada eksperimen berikutnya, Dorothy Retalach menggunakan dua ruangan. Di masing-masing ruangan dia taruh sebuah radio. Radio pertama memperdengarkan musik rock yang konstan selama 3 jam sehari dan di ruangan yang lain radio kedua memperdengarkan musik-musik yang kalem, lembut dan tenang. Dalam beberapa hari saja sudah terlihat perbedaan yang sangat mencolok. Dalam 5 hari, tanaman-tanaman yang mendengarkan musik-musik yang tenang dan kalem tumbuh dengan subur dan batang-batangnya mulai membengkok ke arah radio tersebut.
Namun sebaliknya di dalam ruangan lain yang mendengarkan stasiun rock pertumbuhannya sangat terhambat dan setengah dari daun-daunnya terlalu kecil. Setelah 14 hari, tanaman-tanaman yang mendengarkan musik yang tenang dan kalem ternyata sudah makin berkembang, sehat, hijau. Namun sebaliknya dengan yang diperdengarkan lagu rock, ternyata semua tanaman di situ makin lama makin tidak sehat, daunnya tidak hijau lagi dan batang-batangnya malah membengkok, menjauhi radio itu. Melalui eksperimen tersebut kita bisa melihat bahwa memang musik rock memiliki efek, dan ternyata efeknya negatif. Bahkan ada efek terhadap tumbuh-tumbuhan yang menurut kita tidak bisa mendengar dan merasa, apalagi manusia yang memiliki pikiran dan otak yang begitu kompleks yang bisa mendengarkan dan begitu mudah terpenga-ruh oleh musik. Bukankah efek-efeknya akan lebih terlihat dan lebih jelas bagi manusia daripada pada tanaman?
Menarik sekali eksperimen-eksperimen yang dilakukan oleh Ibu Dorothy Retalam ini. Dan dari eksperimen-eksperimen ini sebenarnya mengkonfirmasi pandangan bahwa memang musik-musik rock, terutama musik rock yang memiliki beat yang keras, hard rock, memiliki efek yang negatif terhadap tanaman dan juga manusia. Tetapi apakah yang salah dari musik hard rock itu? Apakah hanya karena kata-katanya? Sebenarnya permasalahannya bukan hanya pada kata-katanya saja, namun lebih kepada beat-nya.
Sebuah musik mempunyai 3 komponen dasar yaitu melodi, harmoni dan ritme / beat. Ketiga komponen ini merupakan dasar dari musik. Dan komponen yang ketiga yaitu ritme merupakan komponen musik yang berkorespondensi dengan bagian fisik manusia. Jadi, beat itu mempengaruhi tubuh manusia dan bisa mempengaruhi detak jantung kita. Apabila irama dari lagu itu memiliki beat yang cepat dan keras, tentu akan membuat detak jantung kita semakin cepat. Tetapi beat yang kalem dan lembut, itu justru akan memberikan efek yang sebaliknya yaitu menenangkan kita.
Lalu apanya yang bermasalah dengan hard rock itu? Masalahnya adalah pada beat-nya. Di dalam sebuah musik yang sehat seharusnya terjadi keseimbangan antara ketiga komponen tersebut yaitu harmoni, melodi, ritme. Tetapi yang kita dengarkan dari musik rock yang keras itu ada suatu ketimpangan yaitu bahwa musik hard rock memiliki beat yang sangat dominan dibandingkan melodi dan harmoninya. Kita masih ingat contoh klip musik tadi dimana yang terdengar adalah beat-nya yang mendentum dan komponen itu sedemikian dominannya sehingga komponen itu menutupi komponen yang lain yaitu harmoni dan melodinya. Dan beberapa eksperimen menunjukkan bahwa jenis musik yang semacam ini justru bukannya membuat tanaman menjadi sehat dan hijau, melainkan menjadi mati. Dan bukan hanya itu saja, musik rock seperti ini juga dapat menyebabkan ketagihan. Anda tidak percaya? Anda bisa membuat eksperimen sendiri di rumah.
Mungkin apabila anda gemar mendengarkan musik yang seperti ini, anda sudah sering mendengarkannya berjam-jam dalam satu hari. Cobalah anda buat eksperimen: Putuskan semua jenis musik ini selama 30 hari. Perhatikan apa yang akan terjadi! Orang yang sudah terbiasa dengan musik semacam ini jikalau dia putus secara tiba-tiba maka dia akan mengalami gejala-gejala sama dengan orang-orang yang mengalami gejala putus obat. Mengapa bisa demikian? Karena beat yang keras itu sebenarnya membangkitkan respon dalam tubuh kita, tubuh kita merasa tegang sehingga tubuh kita menghasilkan adrenalin, suatu zat yang berfungsi untuk merangsang saraf simpatis dalam tubuh kita dan sistem saraf simpatis inilah yang berfungsi mengatur respon-respon di dalam tubuh kita yang berkaitan dengan adanya bahaya. Jadi contohnya kalau kita sedang menghadapi satu tekanan atau bahaya maka tubuh kita akan merespon dengan menghasilkan lebih banyak adrenalin yaitu untuk membuat otot-otot kita lebih tegang, siap untuk digunakan misalnya untuk lari dan juga pupil mata kita akan membesar, dan juga sistem pencernaan kita akan ditekan, kita akan merasa lebih siap dan sigap, karena sistem saraf simpatis mengontrol apa yang kita sebut sebagai sistem fight or flee (bertarung atau kabur).
Adrenalin inilah yang membuat jantung kita berdetak dengan cepat, adrenalin inilah yang membuat perasaan senang seperti nge-fly. Adrenalinlah yang dihasilkan oleh tubuh manusia ketika seseorang naik roller coaster, ketika seseorang seolah-olah sedang jatuh, sehingga orang itu merasa seru sekali. Dan adrenalin ini bisa menimbulkan suatu perasaan senang. Itulah sebabnya mengapa laki-laki dikenal suka mengebut atau bertinju, karena dalam melakukan hal seperti itu adrenalin dalam tubuh kita mengalir sedemikian derasnya sehingga memberikan suatu perasaan enak pada diri kita. Dalam kasus mendengarkan musik rock & roll ini, ia juga memproduksi adrenalin. Dan jika seseorang sudah terbiasa mendengarkan musik yang keras berjam-jam sehari maka tubuhnya akan terbiasa memproduksi adrenalin dalam jumlah yang cukup tinggi dan tubuhnya akan terbiasa pada level adrenalin yang tinggi. Sehingga apa yang terjadi jika tiba-tiba musik itu diberhentikan? Tentunya level adrenalinnya akan turun dan bagi tubuhnya yang sudah terbiasa dengan level adrenalin yang tinggi, kehilangan adrenalin secara tiba-tiba akan membuatnya merasa lemas atau pusing, sulit berkonsentasi, suatu gejala yang mirip dengan orang yang hampir kehabisan efek obatnya. Anda boleh coba sendiri di rumah.
Musik rock menyebabkan efek yang sama seperti orang yang ketagihan dengan obat-obat candu. Dan seolah-olah tidak cukup saja segala keburukan dari musik hard rock itu. ternyata ada satu lagi karakteristik lain dari musik hard rock ini yang merusak tubuh kita yaitu volume atau besarnya suara dari musik rock itu. Biasanya dalam konser-konser rock kita mendengar dentuman yang begitu keras, sedemikian kerasnya hingga mencapai 130-160 desibel. Ini sebenarnya adalah suara yang luar biasa kerasnya. Kalau kita bandingkan, bahkan pesawat supersonik pun pada saat dia take off hanya mencapai tingkat suara 130 db sedangkan kebanyakan konser rock mencapai 140 db. Dan 130 db itu disebut sebagai ambang batas rasa sakit bagi telinga kita. Jadi jika kita mendengarkan suara yang berkekuatan sekitar 130 db maka kita akan merasa sakit, bayangkan orang-orang yang berdiri di depan speaker dari suatu konser rock! Betapa kerasnya suara itu. Kalau kita percaya bahwa tubuh manusia diciptakan oleh Allah yang Maha Kuasa dan ternyata Allah yang Maha Kuasa telah memberikan kita suatu gendang telinga yang mampu menahan suara hingga kira-kira 130 db baru dia akan merasakan sakit, tentunya sangat logis kalau kita berpikir bahwa sang Pencipta memang mendesain manusia tidak mendengarkan musik yang lebih keras daripada itu, sehingga Dia menciptakan telinga manusia yang mampu menahan volume sekeras itu tanpa merasakan sakit. Apabila seorang mendengarkan musik dan kemudian dia merasa sakit, itu merupakan suatu peringatan bagi tubuhnya bahwa itu sudah terlalu keras. Ada penelitian yang mengatakan bahwa mendengarkan suara yang lebih dari 150 db selama 15 menit akan menyebabkan kerusakan pendengaran yang permanen. Jadi, ditinjau dari sudut itu pun musik rock yang demikian keras itu merupakan musik yang tidak sehat bagi telinga kita. Namun sebenarnya permasa-lahan tidak berhenti di situ. Bukan hanya musik rock saja yang merupakan musik yang tidak sehat. Ada banyak jenis musik lain yang merupakan musik-musik yang tidak sehat.
Banyak gereja meninggalkan musik rohani yang sehat dan indah, mereka terseret oleh iblis ke dalam musik pop, rock, melalui tipuan kata-katanya yang tetap rohani. Tanpa mereka sadari mereka telah mengundang iblis ke dalam gereja, mempersilakan ia masuk melalui irama musik duniawi. Iblis terlalu cerdik bagi sebagian orang Kristen, sehingga ia begitu gampang menipu mereka. Dr. Suhento Liauw berkata, "jika irama musik di gereja anda tidak dapat dibedakan lagi dari irama musik dunia, maka kalau bukan dunia semakin rohani, sangat mungkin gereja anda semakin duniawi. (bersambung).
Artikel ini disalin dari siaran:
Radio Berita Klasik AM 828 Jabodetabek yang dibawakan oleh Ev. Andrew Liauw, S.Ked., M.Div. Beliau adalah putra bungsu Dr. Suhento Liauw, seorang Sarjana Kedokteran yang sedang menyelesaikan kedokteran umum sekaligus sedang menyelesaikan program M.Th. di GITS. Karena nilai bahasa Yunaninya mendekati sempurna, ia dipercaya mengajar bahasa Yunani sekalipun sedang belajar.
PEDANG ROH Edisi LIII (ke-53) Tahun XIII Oktober-November-Desember 2007
saya cukup diberkati dgn tulisan anda, namun saya mau bertanya apa dasar altabiahnya gereja harus membedakan antara jenis musik gereja dan musik dunia?
ReplyDeletesebagai bahan pertimbangan, pada saat daud menari di hadapan tabut Allah, dapatkah anda membayangkan daud menari dgn sebuah lagu hymne?
mengenai ketukan 4/4, darimana anda tahu bahwa bahwa itu adalah ketukan musik yang sehat menurut alkitab? mohon penjelasan Gbu
Dasar Alkitabiahnya adalah bahwa Lucifer, Sang Konduktor dan Dirigen Para Malaikat Surgawi menjadi malaikat Pemberontak dan Jatuh dalam Dosa, Dia berusaha menyesatkan semua orang, dan Lucifer sudah masuk ke dalam Musik Gereja agar Penyembahan kepada Tuhan teralihkan menjadi Musik dan Pujian yg memuaskan Diri Sendiri (Musik Duniawi). Seorang Ahli Musik yg lulusan Doktor bilang meski dia suka Musik Jazz, namun kenyataannya Musik Jazz melanggar Hukum Natur Musik.
ReplyDeleteDaud pada waktu menari, tidak melakukan itu di dalam BAIT SUCI, namun di jalan di luar, kalo di BAIT SUCI, semua Cara Ibadah dilakukan dalam suasana TERTIB dan TERATUR.
Saya tidak mengatakan bahwa HANYA MUSIK HYMNE saja yg boleh, namun intinya MUSIK YANG BERKUALITAS dan TIDAK MELANGGAR HUKUM NATUR MUSIK yang TERBAIK itu bagi TUHAN saja.
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteThe Myth of Absolute Science
ReplyDelete“If it’s published, it must be true”
Please not follow Dorothy Retallack experiments, and do not mix science from pseudoscience. The purpose of her experiments is to blend science with music, philosophy, and religion. There was no scientific rationale or hypothesis presented; rather, the author exclaims “What in the world can I do with music and plants!”
One more thing, her book (The Sound of Music and Plants) is published by a company that specializes in New Age literature, not science (DeVorss & Co.).
Proverbs 1:5
let the wise listen and add to their learning,
and let the discerning get guidance—
(NIV)