Pages

Saturday, October 13, 2018

Menjadi Kontemporer

“Menjadi Kontemporer” (Gone Contemporary) adalah judul dari sebuah artikel yang ditulis oleh Dave Mallinak, yang memaparkan kesalahan dan bahaya dari filosofi musik kontemporer yang sudah dianut oleh dunia kekristenan pada umumnya, dan sedang melanda gereja-gereja Baptis juga. Kami merekomendasi seluruh tulisan tersebut, yang juga memberikan tautan-tautan kepada contoh-contoh kebaktian-kebaktian Baptis Independen yang sudah menggunakan musik kontemporer, dan juga sebuah video dialog antara Josh Teis dan Robert Bakss, penulis dari buku Worship Wars. Berikut ini cuplikan dari laporan tersebut yang berkaitan dengan inti dari masalah ini, dan dengan tepat menyerukan separasi dari mereka yang sudah berkomitmen pada filosofi kontemporer: “Seruan untuk musik kontemporer adalah raungan kematian dari suatu gereja yang sekarat. Gaya ‘penyembahan’ ini tidaklah menjadi populer karena orang Kristen menjadi semakin setia. Dalam usaha untuk menyenangkan audiens, kita telah lupa bahwa Allah adalah audiens yang sebenarnya. Kita sekarang merasa bosan dengan Tuhan. Semakin tergantung kita pada pendekatan ‘penyembahan’ yang eksternal seperti ini, semakin kita kehilangan inti dari penyembahan. Pada akhirnya, orang Kristen akan mendapatkan bahwa mereka harus memiliki musik jenis kontemporer, atau mereka tidak bisa menyembah. 
Penyembahan kontemporer mengubah audiens menjadi penonton dan musiknya menjadi suatu pertunjukan. Hal ini menghasilkan suatu pandangan yang rendah akan Allah, suatu kesenangan terhadap pengalaman penyembahan itu, bukan pada Allah yang kita sembah, suatu passion yang superfisial yang kehilangan passion terhadap penyembahan yang sejati, suatu ketergantungan yang semakin hebat pada pengalaman yang dihasilkan oleh musik tersebut, dan suatu ide palsu bahwa penyembahan itu sesuatu yang mudah, bahwa devosi dapat ditingkatkan dengan beberapa baris reff nyanyian. Penyembahan yang sebenarnya adalah menantang – memerlukan fokus dan ketekunan dan kedalaman, yaitu hal-hal yang justru ditentang oleh CCM. … Gaya musik mengindikasikan apa yang suatu gereja konsepkan tentang Tuhan. Secara alkitabiah, kami tidak dapat berpura-pura bersekutu baik dengan gereja-gereja yang lebih mengutamakan relevansi dibandingkan reverensi (Ed: lebih mengutamakan relevan di mata dunia dari menghormati Allah). Jadi, walaupun kami tidak berusaha mendikte cara suatu gereja melakukan kebaktian, kami jelas memiliki tanggung jawab dari Allah untuk menentukan dengan siapa kami bersekutu atau tidak. … Klaim bahwa gaya musik tidak lebih dari suatu pilihan preferensi saja, menunjukkan betapa relativistiknya orang-orang ini. Mereka dengan sengaja mengabaikan pembelajaran teori musik. Mereka percaya bahwa kita hanya perlu mempelajari Alkitab untuk melihat gaya musik apa yang diperlukan. Mereka mengingat kita, dengan nada merendahkan, bahwa Alkitab tidak berkata apa-apa tentang sinkopasi, atau ‘ketukan antisipasi.’ Dengan demikian, mereka dengan sengaja mengabaikan pesan yang jelas yang disampaikan oleh gaya musik tentang makna dari kebaktian dan penyembahan itu. Para produsen film menyadari hal ini. Kebanyakan orang tahu bahwa ada musik tertentu yang cocok untuk pernikahan, untuk penguburan, untuk restoran kelas atas, untuk barbecue di halaman belakang, untuk parade militer, dan untuk pertandingan basket. Orang-orang ini percaya bahwa kita bisa menyeret gaya apa saja untuk suatu kebaktian rohani, menempelkan kata-kata yang bagus padanya, dan dengan cara demikian ‘menebusnya.’ … Gaya musik itulah makna dari musik tersebut. Musik, pakaian, dan penampilan trendy dari kaum Baptis Independen yang kontemporer, lebih memberitahu kepada kita pandangan mereka tentang Allah daripada pandangan mereka tentang gaya musik. Hal ini benar untuk kebanyakan acara. Cara kita berpakaian dan musik yang kita mainkan, menyampaikan pandangan kita tentang acara tersebut, daripada pandangan kita tentang gaya yang kita pakai.” Laporan yang sepenuhnya dari Dave Mallinak dapat dilihat di villagesmithysite.wordpress.com/2018/08/31/gone-contemporary/
(Berita Mingguan GITS 10 September 2018 diterjemahkan oleh Dr. Steven Liauw, sumber: www.wayoflife.org)

No comments:

Post a Comment