Pages

Friday, April 28, 2017

MENABUR MENUAI

7 Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu
juga yang akan dituainya.
8 Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi
barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu.
 9 Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah.  
10 Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang,
tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman. (Gal 6:7-10 ITB)

Apakah Hukum Karma Itu?
Banyak orang bertanya kepada saya, “apakah kekristenan mengenal hukum karma?” Dan saya menjawab mereka bahwa prinsip kekristenan ialah hukum tabur tuai, bukan hukum Karma. Dan biasanya mereka langsung bertanya, apa bedanya?


“Karma (bahasa Sanskerta: ?? Tentang suara ini Karma.ogg (bantuan·info)), karma, (Karman ;"bertindak, tindakan, kinerja"); (Pali:kamma) adalah konsep "aksi" atau "perbuatan" yang dalam agama Hindu dipahami sebagai sesuatu yang menyebabkan seluruh siklus kausalitas (yaitu, siklus yang disebut "samsara"). Konsep ini berasal dari India kuno dan dijaga kelestariannya di filsafat Hindu, Jain, Sikh dan Buddhisme. Dalam konsep "karma", semua yang dialami manusia adalah hasil dari tindakan kehidupan masa lalu dan sekarang. Efek karma dari semua perbuatan dipandang sebagai aktif membentuk masa lalu, sekarang, dan pengalaman masa depan. Hasil atau 'buah' dari tindakan disebut karmaphala.

Karena pengertian karma adalah pengumpulan efek-efek (akibat) tindakan/perilaku/sikap dari kehidupan yang lampau dan yang menentukan nasib saat ini, maka karma berkaitan erat dengan kelahiran kembali (reinkarnasi). Segala tindakan/perilaku/sikap baik maupun buruk seseorang saat ini juga akan membentuk karma seseorang di kehidupan berikutnya.”  https://id.wikipedia.org/wiki/Karma

Kelihatannya, dari Karma inilah ditarik konsep reinkarnasi tentang seseorang yang perbuatannya tidak baik yang akan membuat dia saat reinkarnasi menjadi binatang dan seterusnya. Mereka percaya bahwa apa yang ada sekarang adalah akibat karma yang lalu, dan karma untuk yang sekarang akan berefek untuk yang akan datang. Dalam hukum karma efeknya bukan hanya di lingkup manusia tetapi mencakup binatang. Bagi mereka karena karma maka anjing bisa menjadi manusia, dan sebaliknya manusia bisa menjadi anjing. Dan ujung dari efek karma ialah menjadi yang tertinggi yaitu Moksha (pencipta).

Jika diamati dengan seksama, konsep inilah yang ditawarkan kepada si Hawa bahwa dia tidak akan mati tetapi akan menjadi Allah. Ketika sesudah Hawa makan buah dan belum menjadi Allah, maka karma Hindu ini adalah penjelasannya bahwa janji akan jadi Allah nanti terjadi melalui inkarnasi.

Sikap Kekristenan Terhadap Re-Inkarnasi
Tentu tabur-tuai kekristenan tidak sama dengan Karma Hindu-Budha. Tidak mungkin ada anjing yang baik, misalnya anjing penuntun orang buta, yang mati akan berinkarnasi menjadi manusia. Di dalam Alkitab binatang  diciptakan untuk kebutuhan manusia.

Lalu Allah memberkati Nuh dan anak-anaknya serta berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyaklah serta penuhilah bumi. Akan takut dan akan gentar kepadamu segala binatang di bumi dan segala burung di udara, segala yang bergerak di muka bumi dan segala ikan di laut; ke dalam tanganmulah semuanya itu diserahkan. Segala yang bergerak, yang hidup, akan menjadi makananmu. Aku telah memberikan semuanya itu kepadamu seperti juga tumbuh-tumbuhan hijau. (Kej. 9:1-3 ITB)

Pada masa Adam dan Hawa, mereka tidak diijinkan memakan binatang yang diciptakan sepasang-sepasang,
itu dapat dimengerti. Karena jika domba hanya ada beberapa pasang, dan langsung dimakan, maka hari ini
kita tidak ada domba lagi. Tetapi pada zaman Nuh dan seterusnya manusia diijinkan memakan daging binatang. Tidak ada di dalam alkitab keterangan bahwa binatang yang bertingkah manis akan mendapatkan upah, apalagi berinkarnasi menjadi manusia.

Sejak penciptaan antara manusia dan binatang telah dibedakan, demikian juga dengan malaikat. Alkitab membedakan mahkluk hidup ciptaan Tuhan atas empat kelompok, yaitu tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia dan malaikat. Tidak ada kebenarannya tumbuhan bisa menjadi binatang, dan binatang bisa menjadi manusia dan manusia bisa menjadi malaikat, demikian juga sebaliknya. Dalam ciptaan Tuhan segala sesuatu telah ditetapkan sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Bahkan binatang tidak bisa tukar spesis misalnya anjing dikawinkan dengan kuda. Tidak ada anjing yang bisa berinkarnasi menjadi kuda demikian sebaliknya, apalagi dari kelompok binatang menjadi manusia. Pengajaran inkarnasi Hinduisme berfondasi pada konsep atheis bahwa tidak ada pencipta dan semuanya berasal dari alam dan keberlangsungannya siklus alam melalui putaran reinkarnasi.

Konsep kekristenan bermula dari Allah yang menciptakan alam semesta, dan semua ciptaan Allah sudah terkelompokkan dengan rapi. Dari semua ciptaan ada dua mahkluk yang diberi jiwa dan roh (1 Tes.5:23,Ibr.4:12). Tidak dikatakan Alkitab bahwa binatang diberikan roh, melainkan hanya memiliki nafas hidup saja. Sekalipun di dalam Pengkhotbah  Ecc? (? ?????? ?? ????? ????dikatakan ada 21:3 3:21 WTT), roh binatang. Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan nafas. Kita lihat itu bukan pernyataan melainkan pertanyaan, dan tidak ada ayat lain yang mengkonfirmasi bahwa binatang memiliki roh.

Inkarnasi yang adalah bagian dari hukum karma, sesungguhnya adalah konsep yang bermuara dari dasarnya
yaitu atheis. Dalam sistem hukum karma nature berputar sendirinya, dan saling mengefek satu dengan yang
lain. Konsep ini belakangan dipromosikan amat sangat dengan slogan back to nature (kembali ke alam).

Kekristenan Terhadap Alam
Sejak Adam dan Hawa Allah telah memerintahkan kepada Adam untuk mengelola bumi ini dengan segalaisinya. Ketika Nuh keluar dari Bahteranya, Tuhan berkata bahwa semua binatang akan takut kepadanya (Kej. 9:2). Manusia diberi akal budi untuk mengelola bumi termasuk semua yang di dalamnya dan di atasnya. Sudah pasti bijak atau tidaknya pengelolaan itu akan berefek kepada manusia. Kekristenan tidak pernah mengajarkan siklus alam seperti karma dan reinkarnasi seperti Hindu-Budha. Seluruh alam raya yang Tuhan ciptakan diperintahkan Tuhan untuk dikelola manusia agar mendatangkan kebaikan bagi manusia. Kalau salah kelola, sudah pasti akan membawa efek negatif bagi manusia. Tetapi tidak benar bahwa kalau manusia bersikap kurang baik (hormat) terhadap alam lalu alam membalas perbuatan tersebut. Namun, yang pasti jika hutan ditebang habis, dan terjadi hujan lebat, maka bisa terjadi banjir besar, dan ini bukan hutan itu yang membalas.

Intinya adalah pengendalian, sebagaimana yang Tuhan perintahkan kepada Adam maupun Nuh. Dan sesungguhnya pemerintah yang dibentuk oleh manusia adalah yang bertanggung jawab terhadap pengendalian
pemakaian alam dan binatang. Pohon apa saja dan berapa banyak yang boleh ditebang, harus terkendali untuk manfaat manusia. Sebagai contoh, waktu penulis masih kecil, di Kalimantan ada banyak biji tengkawang, yang diperas minyaknya dan sangat bermanfaat, bahkan itu adalah komoditi ekspor. Seharusnya pohon tengkawang tidak boleh ditebang, tetapi karena kebobrokan pemerintah yang korup, pohon itu dibiarkan ditebang untuk dijadikan papan, maka sekarang pohon tengkawang hampir punah.

Pemerintahlah yang harus menetapkan pohon apa saja yang boleh dijadikan papan, dan yang tidak boleh ditebang. Bahkan jumlah pohon yang boleh ditebang pun harus terkendali. Begitu juga dengan binatang, harus terkendali. Ketika penulis di Amerika Serikat, pernah mau diajak berburu. Saat itu penulis diberitahu bahwa di sana jumlah binatang dikendalikan. Polisi hutan di sana menghitung jumlah rusa di sebuah hutan. Kalau jumlahnya sudah terlalu banyak, maka perlu dikurangi. Masyarakat boleh berburu rusa, tetapi pergi ke kantor pemerintah untuk membeli peneng (ijin) untuk menembak misalnya dua ekor. Jika mobil yang membawa rusa yang tertembak dicegat polisi, maka bisa tunjukkan ijin penembakan yang telah dimiliki. Penembakan binatang liar tanpa memiliki ijin akan mendapatkan sanksi hukum. Indonesia adalah negara yang geografisnya sangat baik sehingga cuacanya memungkinkan banyak binatang hidup di wilayah Indonesia. 

Pemerintah harus mendidik rakyat Indonesia untuk berubah dari pemakan binatang liar menjadi pemakan binatang pengembangbiakan. Banyak orang Indonesia masih bergaya sangat primitif, binatang apa saja yang dijumpai langsung dimasak.

Orang Kristen percaya pada Alkitab, bahwa Tuhanlah yang menciptakan alam semesta dan menciptakan tumbuh-tumbuhan serta binatang. Tumbuh-tumbuhan harus dijaga kelestariannya bagi manfaat manusia. Demikian juga dengan binatang-binatang, bukan melalui reinkarnasi melainkan diciptakan oleh Tuhan spesies demi spesies. Jikalau punah, maka tidak ada lagi binatang tersebut. Mengapakah tidak muncul dinosaurus hasil reinkarnasi? Sesuatu yang tidak bisa dijawab oleh mereka yang percaya inkarnasi ialah mengapakah bisa ada binatang yang punah, dan tidak terjadi reinkarnasi yang memunculkan binatang itu lagi?

Binatang-binatang di hutan harus dikendalikan antara pemangsa dan yang dimangsa, supaya dalam jumlah yang seimbang. Binatang-binatang yang berbahaya dilokasikan di wilayah tertentu sehingga tidak mengganggu manusia. Tuhan sudah memberi akal budi, dan juga perintah agar alam yang diciptakanNya dikelola oleh manusia. Tuhan mau manusia memperhatikan alam, mempelajarinya, dan jangan sampai lupa bahwa apa yang ditabur maka itulah yang akan dituai.

Manusia dan Tabur-Tuai
Tuhan menciptakan manusia sebagai mahkluk yang sangat berbeda dari binatang-binatang dan juga dari malaikat. Binatang tidak bisa berpikir sampai pada tingkatan sadar diri. Dan binatang juga tidak mengenal nilai moral. Oleh sebab itu hukum tabur tuai hanya untuk manusia yang bisa berpikir dan bermoral. Binatang hanya mencari makan dan berkembangbiak, dan demi mencari makan berkembang biak itu dia bisa berkelahi dan melakukan hal-hal yang buruk. Dan kepada binatang juga tidak diperintahkan untuk hidup bermoral. 

Tentu sangat heran jika ada pengajaran bahwa binatang yang bermoral baik akan berinkarnasi naik tingkat menjadi manusia sedangkan manusia yang jahat akan berinkarnasi turun tingkat menjadi binatang. Pengajaran re-inkarnasi berputar-putar demikian itu sumbernya dari mana, dan apakah ada jaminannya bahwa itu benar? Pengajaran demikian bersumber dari Allah, atau dari iblis? Karena dasarnya tidak percaya adanya Allah, kelihatannya bukan bersumber dari Allah.

Dalam kekristenan kita tahu bahwa semua binatang diciptakan sesuai dengan karakteristik spesisnya. Anjing memang diciptakan untuk menjadi teman manusia. Walau singa lebih galak dan mungkin akan lebih efektif untuk menakuti pencuri, namun dia sangat berbahaya bukan hanya pada pencuri yang akan datang namun juga sangat berbahaya bagi pemilik rumah. Tidak ada anjing yang berinkarnasi jadi singa demikian juga sebaliknya. Keduanya memang diciptakan dengan karakteristiknya masing-masing.

Tabur Tuai Dalam Kehidupan Manusia
Karena hanya manusia dan malaikat yang berakal budi dan bermoral, oleh sebab itu hanya malaikat dan manusia yang dituntut bertanggung jawab atas sikap dan perbuatannya. Malaikat yang berbuat jahat, sebagiannya bahkan telah menerima penghukuman di Neraka (Yudas 6). Adam dan Hawa telah menerima akibat taburan mereka bersama semua anak cucu mereka.

Kata Rasul Paulus, “Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu.” Pernyataan ini disampaikan kepada semua manusia dan berlaku untuk semua manusia. Jika seseorang tidak mau memperhatikan perkara rohani, melainkan hanya jasmani, ia sama dengan menabur dalam daging. Tentu dia akan menuai kebinasaan dari daging itu.

Tetapi jika seseorang memperhatikan perkara rohani, ia menabur atau mengejar perkara rohani, ia bisa menuai hidup yang kekal. Semua hal yang bersifat daging atau materi, suatu hari nanti pasti akan lenyap dan musnah. Tentu semua itu akan lenyap bersama manusia yang mengejarnya. Tetapi roh adalah kekal dan siapapun yang memperhatikan atau mengejar perkara rohani akan mendapatkan dirinya beruntung.

Orang-orang seperti sida-sida dari Ethiopia, yang menempuh perjalanan ribuan kilo meter dengan kecepatan
kereta binatang sampai Yerusalem, adalah orang yang menabur dalam roh. Sudah pasti dia tidak mengejar kedagingan atau materi, dan kini dia sudah menuai hidup yang kekal. Sebaliknya pemuda kaya yang pernah datang kepada Tuhan (Mat.19), yang tidak mengejar perkara rohani melainkan lebih kepada materi, juga telah menuai taburannya. Ketika setiap manusia yang diberi akal budi dan nilai moral di hatinya menyelesaikan hidupnya, dia akan berdiri di hadapan Sang Pencipta, untuk mempertanggungjawabkan taburan hidupnya.

Jika ia mengejar perkara daging, dan karena dagingnya mati, maka dia akan binasa. Tetapi jika ia mengejar perkara rohani, dan karena roh itu hidup, maka ia akan menuai kehidupan. Hukum tabur tuai ini bukan hanya berlaku pada saat manusia telah menyelesaikan kehidupannya, melainkan berlaku juga saat masih hidup di dunia. Ketika mahkluk bermoral melakukan sesuatu terhadap sesamanya, tentu bisa membawa hasil, atau feedback

Tuhan memakai tumbuhan, mahkluk hidup yang paling rendah sebagai gambaran, jika seseorang menabur
(menjatuhkan) benih jagung ke tanah, nanti dia akan menuai buah jagung. Jika seseorang menangkap telinga anjing, ia akan digigit anjing (Ams 26:17). Orang yang paling berhikmat melalui inspirasi berkata, Orang yang menabur kecurangan akan menuai bencana, dan tongkat amarahnya akan habis binasa. Orang yang baik hati akan diberkati, karena ia membagi rezekinya dengan si miskin. (Ams. 22:8-9 ITB)

Saya berkata kepada para mahasiswa di GITS, bahwa mereka jangan jemu-jemu menolong orang, karena suatu hari nanti mereka akan menuai hasilnya. Selain mereka akan menuai sukacita karena orang yang mereka tolong atau beritakan Injil akan masuk Sorga, bahkan bisa juga mereka menuai hasilnya di dunia. Saya pernah mendengar kesaksian seorang pelayan Tuhan, ketika ia sedang kalut dan kurang tahu cara membeli tiket ke USA, atau mengurus perjalanannya, akhirnya ia bertemu seorang wanita muda yang adalah bekas anak sekolah minggunya yang bekerja di sebuah travel agent, dan dengan rela dan sigap menolongnya menyelesaikan semua keperluannya. Salomo berkata lagi, Lemparkanlah rotimu ke air, maka engkau akan mendapatnya kembali lama setelah itu. (Ecc 11:1 ITB). Kalau seseorang melemparkan roti ke air, biasanya rotinya akan hancur. Tetapi yang dimaksudkan oleh Salomo tentu adalah nanti akan dapat ikan yang nilainya lebih dari roti. Jika kita menabur perkara roh, maka kita akan menuai kemuliaan di Sorga, dan juga bisa ada tuaian di bumi juga sebelum kita masuk Sorga.

Kesimpulan
Kekristenan tidak setuju dengan hukum karma karena hukum karma dasarnya adalah tidak ada Tuhan (atheis). Hukum Karma bertalian dengan re-inkarnasi, yaitu sistem daur ulang alam. Bahkan hukum Karma jika kita cermat memandangnya ialah dusta kedua si “ular” kepada Hawa bahwa mereka setelah memakan buah terlarang mereka tidak akan mati melainkan hanya akan bereinkarnasi, dan ujungnya nanti mereka akan
mencapai moksha, dan masuk nirwana.

Kekristenan berdasarkan Alkitab, yaitu firman Allah yang bersifat tertulis yang diinspirasikan oleh Allah. Karena manusia adalah mahkluk yang diberi akal budi dan nilai moral, dan saling berinteraksi dengan mahkluk lain serta sesama manusia, maka pasti akan mendapatkan feedback dari mahkluk lain ataupun sesamanya. Jika dasar dari hukum karma itu adalah tanpa Allah, dan alam semesta mendaur-ulang dirinya sendiri, maka tabur tuai yang diajarkan oleh Alkitab, dasarnya adalah Allah Pencipta alam semesta yang menciptakan manusia yang berakal budi dan diberi kehendak bebas.

Kalvinisme dengan konsep predestinasinya tidak bisa cocok dengan hukum tabur-tuai karena bagi mereka segala sesuatu telah dipredestinasikan dalam kekekalan. Tabur tuai mensyaratkan pribadi yang berkehendak bebas yang melakukan penaburannya sehingga ia nanti menuai hasil taburannya.

Jika segala sesuatu telah ditetapkan sebelum dunia dijadikan dengan sebuah dekrit, termasuk juga apa yang akan ditabur dan apa yang akan dituai, maka itu adalah sebuah skenario permainan sandiwara alam semesta.***

Edisi XCI Tahun XXII April-Mei-Juni 2017

No comments:

Post a Comment