Pages

Tuesday, May 27, 2014

MENJADI PENGIKUT YANG MELEK

Judul di atas terdengar lebih membebani  pihak  pencari  kebenaran,  bukan  pada  pemimpin  atau  gereja yang menyediakan kebenaran. Sebenarnya jika  tidak  ada  gereja  yang  betul-betul menyediakan kebenaran,  maka  pencari  kebenaran  akan  mengalami  kesulitan untuk  menemukan  kebenaran.  Kalau gereja  tidak  mendorong  orang-orang yang  datang  untuk  mengerti  kebenaran dan  menjadi  pengikut yang  melek, melainkan dengan sengaja membakar emosi  mereka  bahkan  memanipulasi emosi  hadirin maka  pengunjung  tidak mungkin menjadi pengikut  yang  melek, melainkan akan  menjadi pengikut  yang membabi  buta.

Sifat  Sebuah  Gereja
Sifat sebuah gereja sesungguhnya tergantung  pada  motivasi  gereja  itu didirikan. Sedangkan motivasi sebuah gereja didirikan tentu  tergantung  pada filosofi  sang  pendiri  tentang  gereja. Kalau bagi sang pendiri, gereja adalah institusi  untuk  menyelamatkan  jiwa-jiwa yang  terhilang, dan  tempat  untuk mengajarkan  kebenaran  illahi, maka penekanan gereja tersebut akan pada Injil  yang  benar  yang sungguh-sungguh akan menyelamatkan setiap  orang yang mengimaninya, dan gereja tersebut  juga  akan senantiasa  mengedepankan  pengajaran  kebenaran.

Tetapi  jika  motivasi dan  filosofi  pendiri  gereja  adalah  untuk  mendapatkan sesuatu  yang  bersifat  materi,  jasmani dan  duniawi,  maka  Injil  yang  benar baginya  tidak  sangat  penting,  demikian dengan  kebenaran  berbagai  doktrin lain.  Pemimpin gereja demikian biasanya  akan  memacu  hadirin  untuk  mengejar  sesuatu  yang  bersifat  jasmani, materi  dan  duniawi.  Ia akan  menggembar-gemborkan kesembuhan jasmani,  bukan  rohani,  dalam  rangka menarik  orang.  Ia  akan  menawarkan berkat  materi,  bahkan  dengan  door-prize  agar  semakin  banyak  yang tertarik.  Sekali  pemimpin  menghantar hadirin mengejar perkara jasmani  dan materi,  sudah  pasti  hasilnya  adalah orang  Kristen  duniawi.

Sang  pemimpin  tidak  peduli  pada kebenaran  Injil  yang  diberitakannya, dan  biasanya  tidak  ada pengajaran doktrinal. Bahkan sang pemimpin sendiri  tidak  sekolah  theologi,  melainkan hanya  berbekal pada  kepintarannya berbicara.  Biasanya  untuk  menutupi kekurangannya  ia  membeli gelar  doktor  dan  lain  sebagainya. Khotbahnya biasanya mengenai kehidupan sehari-hari  yang  kalah  jauh  dari  nasehat Mario Teguh.  Agar lebih menarik orang untuk hadir  mereka  menyampaikan  banyak kesaksian  dan  cerita lucu. Kesaksian mereka dibuat-buat bahkan terselip banyak kebohongan.  Demi meyakinkan pendengarnya  ada  yang  berkata kalau  saya  bohong  biarlah  saya  diturunkan  ke Neraka.  Padahal  dia tahu bahwa  dirinya  sedang  bohong.  Menga-pakah  tidak  Tuhan  turunkan  ke Neraka?  Tentu  belum sekarang  melainkan nanti  pada  saat  Tuhan  datang,  dan Tuhan  akan  berkata, “enyahlah  hai kamu sekalian  pembuat  kejahatan” (Mat.7:21-22). Dan tentu  semua  pengikutnya  juga  dienyahkan  bersama-sama  dengannya.

Tetapi  sifat  gereja  yang  didirikan oleh  pemimpin  yang  sungguh-sungguh ingin  menyelamatkan  jiwa,  penekanannya akan pada kebenaran. Dan ketika penekanannya adalah pada kebenaran  maka  yang  diutamakan  ialah  pengajaran  atau  doktrin.  Kesaksian  tidak  bisa menyelamatkan  orang  melainkan doktrin  tentang  Keselamatan  yang alkitabiahlah  yang  akan  menyelamat-kan  orang. KKR mujizat, door-prize,  doa  mele-paskan  kutuk,  dan  lain  sebagainya tidak  akan  membawa  orang  kepada kebenaran.  Kebenaran  diperoleh  dari penelaahan  Alkitab,  bahkan  bukan sekedar  penelaahan  melainkan  harus sebuah  usaha  penel aahan  yang sangat  serius.  Ada  usaha  menggali Alkitab  sedalam-dalamnya  hingga  ke dalam  bahasa  aslinya.

Setelah  berhasil  membuat  kesimpulan yang benar dari hasil penyelidikan yang serius, itu  diyakini dan diajarkan. Keyakinan bahwa kesimpulannya benar  bahkan  paling  benar  pasti dimiliki  oleh  penyelidik  Alkitab  yang serius.  Karena  ia  telah  menyelidiki Alkitab  sedemikian  rupa  dan  mendapatkan  kesimpulan  yang  diyakininya benar,  maka  segala  kesimpulan  lain yang  berbeda  apalagi  bertentangan, akan  dinyatakan  salah  bahkan  sesat.

Sikap  demikian  adalah  efek  dari sebuah  keyakinan  bahwa  yang  sedang dipercayainya  adalah  benar.  Keyakin-an  bahwa  yang  dipercayainya  benar tentu  didasarkan  pada  usaha  penyelidikan  yang  sedemikian  mendalam yang  telah  dilakukannya. Pemimpin  gereja  demikian  tidak akan  rela  menarik orang  dengan  cara lain  selain  dengan  kebenaran.  Gereja demikian pasti akan memberitakan Injil yang  benar,  dan  berusaha  mengajar-kan  berbagai  doktrin  lain  yang  benar. Karena  kebenaran  dijunjung  tinggi, maka  yang  dilakukan  dalam  mengko-munikasikannya  pasti  akan  memilih acara  seminar  daripada  KKR  mujizat.

Menarik  orang  kepada  kebenaran dengan  menarik  orang  untuk  dikeruk duitnya  itu  berbeda. Yesus  Kristus adalah  kebenaran,  dan  kebenaran tidak  selalu  menyenangkan.  Banyak kali   kebenaran  bisa  menyaki tkan bahkan  sangat  menyakitkan.

Sifat  Orang  Ke  Gereja
Banyak  orang  pergi  ke  gereja secara membabi buta. Mereka bahkan  tidak jelas mau menicari apa di gereja. Ada  yang  ke  gereja  untuk  mencari kesembuhan  jasmani.  Jelas  sekali bahwa Yesus Kristus menyem-buhkan orang sakit adalah untuk membuktikan bahwa  Ia  adalah  Allah  yang  memberi kehidupan. Dan sesuai dengan  Alkitab karunia  melakukan  mujizat  hanya diberikan kepada Rasul (II  Kor.12:12). Karena  banyak  orang  sakit  yang frustasi  dan kekurangan dana terbaca oleh  pemimpin  gereja,  mereka  meman-faatkan  kesempatan  dalam  kesempitan  orang,  sambil  memani-pulasi ayat-ayat  Alkitab  untuk  menarik  orang.  Tentu tepat  sekali  kalau  Tuhan  kemudian mengenyahkan  mereka  dan  berkata bahwa  mereka  pembuat  kejahatan (Mat.7:21-22).  Seorang  pengkhotbah yang  selalu  mengkhotbahkan  kesuksesan dan kesembuhan, istrinya  harus secara  sembunyi-sembunyi  berobat ke Singapore. Jemaatnya  berpikir  bahwa keluarga  pengkhotbah  tidak  pernah sakit  padahal  tidak  berobat  di  Indone-sia  melainkan  di  Singapore.

Ada  juga  yang  ke  gereja  untuk mencari berkat materi. Karena banyak pengusaha  yang  mencium  prospek bisnis  rohani,  ramai-ramai  meninggalkan  berbagai  profesi  dan  memanfaatkan nama Tuhan untuk mengeruk materi. Mereka mengklaim bisa  mengutuk  kebangkrutan  dan  bisa  mendatang-kan berkat yang berlimpahan. Banyak orang  yang  kecapaian  mencari  uang, dan yang kekuatiran akan kebangkrut-an, datang untuk mencoba kemujaraban omongan pengkhotbah yang penuh percaya  diri  itu.  Sangat  mudah  untuk memprediksi  dan  mengamati  bahwa mereka  bukannya  mendapatkan  sesuatu  melainkan  akan  kehilangan  banyak. Alkitab dengan sangat jelas  me-nyuruh pemalas belajar dengan semut (Ams.6:6),  dan  orang  yang  tidak  bekerja  tidak  boleh  makan  (II  T es.3:10).

Sifat  Pengikut  Yang  Melek
Pembaca  yang  berhikmat,  kalau motivasi  awal  seseorang  pergi  ke gereja  bukan  mencari  kebenaran, maka sudah  pasti  ia  tidak  akan  pergi  ke gereja  yang  mengajarkan  kebenaran. Ia  tidak  akan  mencari gereja  yang mengajarkan  kebenaran,  melainkan gereja  yang  menggembar-gemborkan kesembuhan jasmani  dan  yang  berjanji akan  memberikan  berkat  materi. Orang  Kristen  yang  datang  ke gereja  bukan  karena  kebenaran,  walau berpuluh-puluh  tahun  ia  tetap  tidak mengerti kebenaran. Karena dari awal ia  tidak  mencari kebenaran  sehingga  ia tidak  bertemu  gereja  yang  mengajarkan  kebenaran.  Matanya  bersinar-sinar  ketika  mendengarkan kesaksian yang  disampaikan  oleh  pemimpin mereka untuk lebih  merangsang orang datang. Sebaliknya matanya mengan-tuk  ketika  mendengarkan  penguraian kebenaran.  Ia  akan  lebih  memilih menghadiri  acara  kesaksian  daripada seminar  doktrinal.

Demikian  juga  dengan  orang-orang yang belajar di sekolah theologi. Bagi  yang  sungguh-sungguh  mau belajar  tentang  kebenaran,  agar  nanti setelah  tamat bisa  mengajarkan kebenaran,  akan  memilih  sekolah theologi yang betul-betul mengajarkan kebenaran.  Tetapi  bagi  yang  hanya mau  mendapatkan  pekerjaan melalui ijazah  yang  diakreditasi,  ia  akan mencari  sekolah  yang  akreditasi, sekalipun tidak ada mutu sama sekali, bahkan  belajar  hanya  sekadarnya. Tidak  sedikit di antara pemimpin yang membeli  ijazah,  bahkan membeli  titel dokt or.   Padahal   seseorang  yang menyandang  titel  doktor  namun  tidak mengerti  bahasa Ibrani  dan  Yunani sebenarnya  malah  akan  memperma-lukan  dirinya  sendiri.  Hamba  Tuhan yang tidak mencari kebenaran melain-kan  hanya  mencari  ijazah,  atau  titel, tidak  akan  mendapatkan  kebenaran, karena  ia  memang  tidak  mencarinya. Tetapi  walaupun  tidak  banyak, pasti  ada  orang  yang  mencari kebenaran.  Pasti ada  mahasiswa theologi  yang benar-benar lahir  baru yang sungguh-sungguh  ingin melayani  Tuhan.  Dan ada  orang  Kristen tulus  yang  pergi  ke gereja  untuk  mencari   kebenaran rohani. Orang-orang  demikian  akan dituntun  Tuhan  untuk  mendapatkan kebenaran. Sekitar  pertengahan  tahun 2013, seorang  ibu  yang  telah  berumur  82 tahun,  datang  ke  kantor  saya sambil memegang  buku  saya yang  berjudul Nubuatan,  Bahasan  Lidah,  Karunia Mujizat  &  Usir  Setan, Masih Adakah? Beliau datang  dari  Kendari  dalam rangka  mengunjungi  anaknya  yang  di Jakarta. Sambil   memegang  buku tersebut  beliau berkata, “dari  dulu saya tahu  bahwa  mereka  yang  bernubuat, bertemu  Tuhan,  dan melakukan  mujizat  itu  tidak  benar.  Namun  saya  tidak tahu penjelasan ketidakbenaran mereka.  Dan  setelah  saya  membaca  buku ini,  kini  saya  sudah  mengerti  alasan bahwa  mereka  salah.”

Ada  seorang  bapak  yang  seluruh keluarganya  pergi  ke  gereja  Katholik dan  tinggal  di  Kemayoran.  Bapak  ini sudah  pensiunan  dan  sangat  hobi mendengarkan cerita  wayang. Ketika bapak  ini  memutar  tuner  radionya untuk mencari siaran cerita wayang, ia tersangkut di AM  828  Radio  Berita Klasik  (RBK).  Firman  Tuhan  yang gamblang dan tegas  menyentaknya. Ia meminta istri dan anak-anak untuk ikut mendengar pembahasan  Alkitab Through the  Bible    dari Matius hingga Wahyu.  Anak lakinya  ikut  tertarik tetapi istri  dan  putrinya  sama  sekali  tidak. Ketika memberi diri dibaptis di Graphe, kesaksian  beliau  adalah,  “saya  sudah menghadiri  gereja  Katholik  puluhan tahun.  Setiap  kali  ketika  saya  akan dibaptiskan,  saya  mengajukan  syarat kepada  Pastor,  kalau  dia  bisa  menja-wab pertanyaan saya, maka saya mau dibaptis,  tetapi  kalau  tidak  maka saya tidak  jadi  dibaptis. Dan setiap kali akan dibaptis,  Pastor  tidak  bisa  menjawab, sehingga  puluhan tahun  saya  tidak  jadi dibaptis.”

Pembaca  yang  terkasih,  pada zaman sekarang tidak ada orang yang langsung  menjadi  pengikut  Tuhan Yesus  tanpa  melalui  orang  lain.  Kita akan  dapatkan  kenyataan  bahwa  kita betul-betul  ikut  Tuhan Yesus  adalah jikalau  orang  yang  kita  ikuti  ternyata betul-betul  ikut  Tuhan  Yesus.  Dan hendaknya kita tidak menjadi pengikut yang  membabi  buta.  Ibarat  menumpang  mobil,  kita  tahu  bahwa  supirlah yang memegang setir mobil, tetapi kita harus  tahu  jalan, atau  setidaknya  kita harus selalu memperhatikan peta jalan (Alkitab)  yang  di  tangan  kita.  Boleh saja kita duduk di dalam mobil tetapi  jangan lalu  tertidur lelap, melainkan  selalu melek bahkan selalu mengamati jalan-jalan  yang  dilalui. Kalau sudah menyimpang dari kebenaran,  tidak  ada pilihan  maka kita  harus  memberi tahu supir  bahwa jalannya  sudah  salah,  dan kalau si supir ngotot, tidak  ada pilihan lain  kita harus turun dan mencari mobil (gereja)  lain. Saya banyak kali menjumpai feno-mena yang  aneh.  Ada  orang  yang  telah menyadari kesalahan  gerejanya, tetapi karena hutang budi, karena perteman-an, karena berbagai hal, ia betah tetap tinggal  di  dalam  “mobil” yang dia  tahu sudah  menyimpang  dari  peta  jalan yang benar. Pengikut demikian adalah pengikut yang membabi buta. Dia tidak tahu  resiko  dari  akhir  perjalanannya. Mungkin ia  belum  pernah  baca Amsal 14  ayat  12 yang  berbunyi,  “ada  jalan yang  disangka  orang  lurus,  tetapi ujungnya  menuju  maut.”

Kesimpulan  kita
Pembaca  yang  penuh  hikmat, untuk  menjadi  pengikut  yang  melek, pertama  diperlukan  adanya  gereja yang  benar-benar  mengajarkan kebe-naran.  Jika  tidak  ada  gereja  yang mengajarkan  kebenaran, pencari kebenaran akan mengalami kesulitan. Oleh  sebab  itu  gereja  yang  benar  harus berjuang  keras untuk  memproduksi gereja-gereja yang benar agar memu-dahkan  para  pencari  kebenaran. Selain adanya gereja yang  benar, tentu  pengikut  yang  melek  adalah pengikut yang sungguh-sungguh mencari  kebenaran dan  yang  berani membayar  harga  kebenaran.  Dalam perumpamaan  Tuhan  tentang  ladang yang  ada harta  terpendam  di  dalam-nya,  Tuhan  berkata  bahwa  yang  menemukannya  menjual  seluruh hartanya dan  membeli  ladang  itu.  Artinya  jika pembaca  mendapatkan  gereja  yang benar  alkitabiah, layak  bagi  pembaca untuk  menjual  seluruh  harta  dan pindah  ke lokasi  gereja  tersebut. Sedangkan dalam  perumpamaan  ten-tang  mutiara  yang  indah  Tuhan  kata-kan  penemunya  menjual  seluruh hartanya dan membeli mutiara itu, dan tentu  dibawa  pulang.  Artinya  jika seseorang  menemukan  kebenaran maka  ia  harus  berani  bayar  harga untuk membawa kebenaran itu pulang yaitu  mendirikan gereja  yang  benar  di tempatnya.  Hanya  ada  dua  pilihan, pindah  ke  lokasi  gereja  yang  benar atau  pindahkan  gereja  yang benar  ke tempat  Anda.  Jadilah  pengikut  Tuhan atau  pengikut  Gembala  atau  dosen secara  melek, jangan  membabi  buta.

oleh Dr. Suhento Liauw, PEDANG ROH Edisi 79 April-Juni 2014

No comments:

Post a Comment