Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya.
TUJUAN PERCAYA YESUS
Adalah baik bagi seseorang untuk berpikir kritis atas semua pemikiran dan tindakannya. Selain untuk memastikan bahwa dirinya ada di dalam kebenaran, juga untuk menjaga agar jangan sampai terjadi perubahan konsep dan komposisi iman oleh perjalanan waktu.
Untuk apakah seseorang percaya kepada Yesus Kristus? Bisakah dibenarkan jika seseorang percaya kepada Kristus demi sesuatu yang bersifat materi, jasmani dan duniawi?
Bolehkah seseorang datang kepada Tuhan dengan tujuan agar diberkati secara materi? Bolehkah seseorang datang kepada Tuhan demi kesembuhan jasmani? Atau meminta Tuhan mendukungnya untuk memperoleh kekuasaan duniawi?
Rasul Paulus berkata, “Jika ada orang lain menyangka dapat menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, aku lebih lagi: . . . Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus”
Maksud Rasul Paulus adalah ia bukan datang kepada Kristus untuk hal-hal lahiriah, bahkan ia telah menganggap hal-hal lahiriah itu sampah. Jelas Rasul Paulus tidak datang kepada Tuhan demi uang (berkat materi), juga bukan untuk kesembuhan suatu penyakit (berkat jasmani), apalagi kekuasaan duniawi.
Rasul Paulus sungguh-sungguh menyadari bahwa dirinya seorang berdosa, bahkan ia melihat dirinya orang yang PALING berdosa (I Tim.1:15). Ini adalah tanda pertama yang harus terjadi pada orang yang datang kepada Tuhan dengan motivasi alkitabiah. Datang dengan tidak mengaku diri orang berdosa akan ternyata bermotivasi lain, yaitu yang berbau jasmani, dan materi.
Di dalam Alkitab tercatat orang-orang yang datang kepada Tuhan untuk kesembuhan jasmani. Dan Tuhan menyembuhkan mereka sebagai bukti bahwa Ia adalah Mesias yang dijanjikan. Salah satu bukti bahwa Ia adalah Mesias yang dijanjikan adalah mengadakan tanda ajaib (Yes.35:5-6). Dan Yesus membuktikan bagi mereka bahwa Ia adalah Mesias. Selanjutnya mereka harus mengaku diri mereka berdosa dan percaya bahwa Ia adalah Mesias yang dijanjikan sejak Adam, Abraham, dan Daud. Jika mereka tidak memahami kebenaran ini, melainkan hanya menerima kesembuhan jasmani saja, mereka tidak akan masuk Sorga. Mereka hanya mendapat berkat jasmani tanpa memperoleh berkat rohani. Ternyata kemudian banyak di antara mereka yang telah melihat bahkan telah menerima mujizat, berseru “salibkan Dia!”
Selanjutnya setelah Sang Mesias kembali ke Sorga, pelayanan kekristenan pertama dilaksanakan oleh para Rasul. Sebagai bukti bahwa mereka adalah Rasul Kristus Yesus, mereka diberi karunia untuk melakukan mujizat (II Kor.12:12). Siapapun yang datang kepada Rasul-rasul tanpa mengaku diri orang berdosa serta percaya bahwa Yesus Kristus telah dihukumkan untuk menggantikannya di kayu salib, tidak akan masuk Sorga. Mereka bisa saja mendapatkan kesembuhan jasmani, suatu peristiwa pembuktian bahwa orang yang melakukannya adalah Rasul Kristus Yesus. Namun jika hanya sampai pada tahap itu saja, tanpa mengaku diri orang berdosa serta mengaminkan bahwa Kristus telah terhukumkan menggantikannya, ia tidak akan masuk Sorga.
Selanjutnya, setelah Kristus kembali ke Sorga, demikian juga para Rasul, maka tidak ada lagi orang yang diberi karunia untuk melakukan mujizat yang dari pihak Tuhan sebagai pembuktian jabatan tertentu. Kini, tinggal Penginjil yang pergi memberitakan Injil tertulis, dan Gembala menggembalakan orang-orang yang percaya, serta Guru mengajar firman tertulis agar anggota jemaat menjadi dewasa di dalam iman.
Namun kita sering dengar bahkan lihat, para oportunis yang menawarkan kesembuhan jasmani, dan juga berkat materi secara untung-untungan. Kalau ternyata ada yang sembuh, terutama jenis penyakit yang bersangkut-paut dengan psikologi, akan diklaim telah terjadi mujizat; sementara itu, jika tidak sembuh, terutama penyakit-penyakit yang bersifat biologis dan virus, akan dituduh kurang iman. Kita mensinyalir gerakan ini bukan berasal dari Tuhan Yesus yang telah menanggung semua dosa kita. Bisa jadi gerakan ini berasal dari Yesus palsu sebagaimana telah dinubuatkan akan muncul untuk memukau dunia. Telah dinubuatkan pada akhir zaman akan muncul mesias palsu (Yesus palsu) yang akan memakai nama Yesus (Mat.24:5), dan akan memukau dunia dengan mujizat-mujizat (Mat.7:22-23, 24:23-28). Tentu para pengikut mesias palsu atau Yesus palsu tidak menawarkan keselamatan jiwa sebagaimana yang dituliskan Alkitab, kalau ada pun bersifat sekilas saja, melainkan menawarkan berkat jasmani (kesembuhan jasmani), berkat materi, dan berbagai hal yang bersifat duniawi.
Pembaca yang budiman, coba anda perhatikan kekristenan, atau gereja-gereja masa kini. Gereja manakah yang menawarkan berkat jasmani, materi, dan duniawi? Itu adalah tanda bahwa gereja tersebut bukan gereja milik Tuhan (gandum) melainkan gereja milik iblis (lalang) yang memakai nama Yesus.
Perkara jasmani, materi, dan duniawi adalah perkara yang tidak boleh menjadi tujuan kita datang kepada Yesus Kristus. Dalam khotbah Tuhan di bukit (Mat.6:33), perkara jasmani, materi, dan duniawi adalah perkara yang ditambahkan kepada orang yang mencari Kerajaan Allah dan kebenaranNya.
Kita harus datang kepada Tuhan untuk mencari berkat rohani. Berkat jasmani dan materi adalah paket tambahan bagi orang yang memperoleh paket rohani, yang tidak boleh dijadikan tujuan, dan tentu tidak boleh ditawarkan oleh gereja Tuhan.
Jika seseorang datang kepada Yesus dengan tujuan untuk keselamatan jiwanya, maka tentu yang diutamakannya adalah perkara rohani bukan jasmani. Jika seseorang datang untuk mendapatkan berkat jasmani, materi, dan duniawi, maka iblis akan berusaha untuk memenuhi harapannya bahkan memukaunya. Jadi, mari kita bertanya kepada diri kita, apakah tujuan kedatangan kita kepada Yesus Kristus?
TUJUAN KE GEREJA
Setelah seseorang diselamatkan, ia sepatutnya mencari kumpulan orang-orang yang telah diselamatkan serta menggabungkan diri ke dalam kelompok mereka. Kumpulan orang percaya yang digembalakan oleh seorang yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan serta berpengetahuan Alkitab yang cukup, ini disebut Jemaat atau tubuh Tuhan.
Pertama, tubuh Tuhan ini terdiri dari orang-orang yang sudah mengaku diri orang berdosa dan menyesali dosanya yang telah mengaminkan bahwa Kristus telah mati baginya serta kini ia sedang hidup bagi Tuhan. Kedua, mereka menyadari bahwa mereka kini bukan lagi warga negara dunia melainkan warga Kerajaan Sorga yang setiap saat bisa dijemput oleh pasukan Sang Raja (rapture). Ketiga, mereka juga tahu bahwa mereka harus belajar Alkitab (pesan Sang Raja) dan bertindak sesuai dengan keterangan dalam pesan tersebut dan jangan membuat malu Raja mereka. Keempat, mereka tahu bahwa selain harus hidup dengan memuliakan Sang Raja, mereka harus berjuang agar lebih banyak orang menjadi warga Kerajaan Sorga. Atas tujuan inilah maka mereka datang berjemaat sekalipun hujan lebat menghambat, bahkan hukuman mati oleh pemerintah yang ditunggangi iblis mengancam.
Tiap-tiap anggota jemaat tahu bahwa tidak ada janji keuntungan materi, jasmani, dan duniawi bagi orang yang datang ke gereja atau berjemaat. Mereka menyadari bahwa sebelum mereka diselamatkan, orang lain telah berkorban materi, jasmani, waktu, bahkan nyawa hingga mereka diselamatkan. Dan setelah mereka diselamatkan, maka sepatutnya menjadi giliran mereka untuk berkorban materi, jasmani, waktu, bahkan nyawa agar orang lain bisa diselamatkan.
Yang didengungkan oleh gereja alkitabiah adalah perkara-perkara rohani. Tentu kita tetap percaya bahwa Allah sanggup memberkati anak-anakNya yang mengasihinya secara materi, jasmani, dan duniawi. Tetapi gereja alkitabiah tidak mendengungkan hal-hal tersebut karena hal-hal itu bukan yang utama, melainkan yang sifatnya akan ditambahkan (Mat.6:33) atau optional.
Gereja alkitabiah mendengungkan kebenaran, dan hanya kebenaran saja. Gereja harus menjawab pertanyaan Pilatus (Yoh.18:38) yang bertanya kepada Tuhan Yesus, “apakah kebenaran itu” (Yoh.18:38a). Orang-orang yang datang ke gereja seharusnya adalah orang yang mencari kebenaran, bukan yang mencari hal materi, jasmani, dan duniawi.
Kebenaran sepatutnya disampaikan melalui pengajaran (doktrinal), bukan melalui mujizat, dan berbagai acara tipu muslihat, apalagi dengan kekerasan. Kebenaran melakukan perlawanan terhadap ketidakbenaran dengan cara argumentatif bukan kekerasan. Kebenaran difahami melalui akal budi bukan dengan gejolak emosi.
Tetapi kini kita dengar bahkan lihat, ada banyak gereja yang tidak menawarkan kebenaran melainkan menawarkan hal materi, jasmani dan duniawi. Ada sebagian lagi membalikkan konsep yang mana seharunya cari dulu Kerajaan Allah dan kebenaranNya dan hal-hal materi, jasmani akan ditambahkan, menjadi mengutamakan hal jasmani dan materi.
Sudah bisa kita tebak bahwa gereja yang mengutamakan jasmani, materi, dan duniawi akan dipenuhi orang-orang yang mencari hal-hal itu. Apakah gereja demikian akan ramai? Tentu akan ramai sekali! Bukankah di dekat Lapangan Banteng ada dua gedung yang juga ramai dipenuhi orang? Apakah yang mereka cari? Bahkan gedung-gedung di Las Vegas, USA, tidak pernah sepi.
Gereja alkitabiah menawarkan kebenaran Alkitab. Dan sepatutnya orang Kristen lahir baru pergi ke gereja untuk mencari kebenaran. Bukankah Tuhan menyatakan melalui Rasul Paulus bahwa Gereja adalah tiang penopang dan dasar kebenaran? (I Tim.3:15). Isu hangat yang selalu dibahas di gereja atau di kalangan orang-orang percaya seharusnya adalah tentang kebenaran Alkitab. Sudahkah kita percaya kepada kebenaran Alkitab? Apakah gereja kita adalah gereja yang benar sesuai dengan Alkitab? Kalau ada perbedaan penafsiran sebuah gereja dengan lain, bukankah sepatutnya setiap anggotanya bertanya, sesungguhnya penafsiran gereja yang manakah yang paling logis dan paling didukung ayat-ayat Alkitab?
APAKAH YANG ANDA CARI?
Ketika seseorang menjadi Kristen, atau datang kepada Yesus, apakah yang ia cari? Apakah ia mencari keselamatan jiwa atau mencari keselamatan jasmani, berkat materi atau kejayaan duniawi? Dengan tegas penulis katakan bahwa jika seseorang datang kepada Yesus Kristus dengan tidak HANYA mencari perkara rohani, atau keselamatan rohani (jiwa) maka ia pasti telah atau akan terpeleset ke pencarian perkara jasmani, materi dan duniawi. Renungkanlah dengan sedalam-dalamnya.
Gereja Tuhan tidak patut mewartakan hal jasmani, materi dan duniawi. Tuhan mendirikan jemaat yang adalah tubuhNya agar berfungsi sebagai tiang penopang dan dasar kebenaran, bukan tempat mencari berkat jasmani maupun materi.
Dan apakah yang dicari seseorang yang pergi ke gereja? Mencari teman? Mencari berkat materi? Mencari ketenangan jiwa(kedamaian duniawi)? Mencari popularitas? Apa yang dicari orang di gereja? Tiap-tiap anggota jemaat dari gereja manapun harus mencamkan, sesungguhnya apakah yang mereka cari di gereja? Apakah mereka mencari Kerajaan Allah dan kebenaranNya, atau mencari makanan dan pakaian (hal jasmani, materi, dan duniawi)? Menurut firman Tuhan, yang manakah yang harus dicari dan yang manakah yang akan ditambahkan?
Tuhan tidak mau orang Kristen ke gereja untuk mencari hal-hal jasmani, materi, dan duniawi. Ia mau kita mencari Kerajaan Allah dan KebenaranNya. Hal jasmani, materi dan duniawi adalah hal yang akan ditambahkan, bukan untuk dicari. Tuhan mau kita mencari materi dengan bekerja dan ia akan memberkati pekerjaan kita, bukan mencarinya di gereja secara mistikal. Banyak gereja sesungguhnya telah berubah menjadi tempat praktek “dukun putih” karena digembalakan oleh mantan dukun dan dikunjungi para nasabah dukun yang sesungguhnya belum dilahirkan kembali.
Mereka menawarkan berkat materi dan jasmani dan menjadikan acara kebaktian sebagai acara praktek perdukunan. Ingat, sekali seseorang pergi ke gereja dengan bukan mencari kebenaran SAJA, maka ia pasti telah atau akan terpeleset ke pencarian hal-hal lain.
CELAKALAH &TERKUTUKLAH
Menjelang hari pengangkatan, sudah dinubuatkan akan tumbuh banyak “lalang” yaitu gereja yang tidak mengajarkan kebenaran. Telah dan akan muncul banyak pengkhotbah atas nama Tuhan Yesus untuk mencari keuntungan materi. Gereja-gereja demikian tidak mengutamakan kebenaran, bahkan tidak mengutamakan pengajaran (doktrin). Pernah ada gembala sebuah gereja berkata kepada penulis bahwa gerejanya tidak ada doktrin, dan mereka tidak suka doktrin. Apakah karena yang bersangkutan tidak tahu bahwa doktrin itu artinya pengajaran? Entahlah. Namun, bayangkan jika sebuah gereja tidak suka doktrin dan gerejanya tidak ada doktrin. Jadi apakah tujuan gereja itu didirikan, dan apakah yang dilakukan oleh gereja itu setiap hari Minggu? Sudah pasti gereja demikian telah menekankan hal jasmani, materi, dan duniawi.
Celakalah orang yang datang ke gereja demikian, karena mereka hanya akan mendapatkan berkat jasmani, materi, dan duniawi. Dan terkutuklah gereja demikian karena mereka telah memakai nama Tuhan Yesus untuk mencari keuntungan jasmani, materi, dan duniawi. Tentu tindakan mereka akan menipu dan menyesatkan banyak orang.
Pembaca yang budiman, silakan perhatikan gereja-gereja yang anda kenal, terutama gereja di mana anda berbakti setiap minggu. Perhatikan, apakah pemimpin anda mengajak anggota jemaat untuk mengejar perkara jasmani (kesembuhan jasmani), berkat materi, dan berbagai hal duniawi? Menilai segala sesuatu secara materi dan duniawi? Yang kaya, yang ramai adalah yang benar? Atau yang sesuai dengan Alkitablah yang benar?
Gereja alkitabiah harus mengutamakan pengajaran (doktrin), dan selalu memeriksa doktrinnya dengan ayat-ayat Alkitab. Pemimpin gereja yang benar selalu mendorong anggotanya untuk mencari kebenaran, mengutamakan kebenaran bahkan berani mati demi kebenaran.
Tiap-tiap gereja tentu harus bangga pada pengajarannya, karena tiap-tiap anggota seharusnya yakin bahwa pengajaran gerejanya benar sesuai dengan Alkitab. Anggota jemaat, apalagi gembalanya, yang tidak bangga pada pengajaran gerejanya biasanya ada dua kemungkinan, yaitu tahu bahwa pengajaran gerejanya salah atau sama sekali tidak tahu apa-apa. Dan jika ada pihak lain mengajarkan pengajaran yang berbeda, sebagai pencari dan pencinta kebenaran, tentu tidak boleh serta merta menentang secara membabi-buta pengajaran yang berbeda. Pengajaran baru yang berbeda tentu harus diselidiki dengan seksama. Jika benar nyatakanlah itu benar, dan jika salah juga nyatakanlah bahwa itu salah. Tentu harus dengan argumentasi akal sehat yang disertai dukungan ayat-ayat Alkitab.
MENGAPA HATIMU PANAS DAN MUKAMU MURAM?
Ketika persembahan Kain tidak diterima Tuhan karena ia mempersembahkan hasil tanaman bukan domba, maka hatinya panas dan mukanya muram. Perintah persembahan korban domba adalah perintah khusus untuk mengingat pada janji Allah untuk mengutus Juruselamat yang akan dihukumkan di kayu salib. Kain sengaja tidak patuh sehingga ia tidak mau memakai domba melainkan memakai hasil tanaman. Tentu Tuhan tidak bisa menerima pembangkangan Kain. Mungkin Kain berargumentasi bahwa tidak perlu terlalu tepat, apa salahnya jika ia memakai hasil tanaman karena ia seorang petani. Namun pembaca sekalian, domba menggambarkan Juruselamat yang dijanjikan dan penyembelihan melambangkan penghukuman atas dosa, sedangkan apel, bayam, atau timun tidak melambangkan apapun.
Karena salah secara doktrinal maka ia ditegur Allah. Dan ia tidak bertobat malah hatinya menjadi panas dan mukanya muram. Dan Tuhan kemudian masih menegurnya dengan penuh kasih sayang, bahwa ia harus sadar bahwa ia salah dan hatinya tidak perlu panas serta mukanya tidak boleh muram. Sebab dosa berikut sedang mengintip. Iblis akan menghasutnya melakukan dosa yang sangat besar yaitu membunuh adiknya.
Banyak penyampai firman yang dinyatakan kesalahannya secara doktrinal bukannya bertobat malahan bersikap seperti Kain. Ingat, dosa lain sedang mengintip, dosa membenci, memfitnah, mengancam bahkan tidak tertutup kemungkinan menjadi seperti Kain yaitu membunuh.
Sesudah Kain membunuh Habel, ia tahu bahwa dirinya telah melakukan sebuah kesalahan yang besar. Hati nuraninya tak henti-hentinya menuduhnya salah. Ketidaktenangan jiwanya tentu disembunyikan sedapat-dapatnya. Tetapi ketika Allah bertanya kepadanya tentang keberadaan adiknya, meledaklah barang busuk yang disembunyikan di dalam hatinya. Ia berbicara dengan Allah dengan sikap yang sangat tidak sopan.
Kondisi kekristenan di Indonesia, bahkan dunia, sedang dalam keadaan yang sangat parah. Banyak pemimpin kekristenan hanya mengejar popularitas dan materi. Gereja-gereja tradisional tenggelam dalam rutinitas upacara simbolik gereja yang tidak bisa dijelaskan maknanya. Dalam keadaan demikian Injil yang benar sangat sedikit terdengar gaungannya. Tak dapat dipungkiri bahwa gereja-gereja bagaikan berkarung-karung garam yang telah hambar. Bahkan sebagian lagi telah bergabung ke dalam rel menuju satu agama dunia dengan konsep gereja yang Am (katolik). Sebagian telah terjebak ke dalam liberalisme dan pluralisme. Seruan untuk menyatukan semua kekristenan yang ujungnya akan menuju ke penyatuan semua agama ke dalam tangan antiKristus semakin gencar dikumandangkan. Gerakan kharismatik yang sifatnya menghina Alkitab melanda hampir semua gereja.
Di tengah kondisi gereja yang sedang menuju kehancuran, GRAPHE muncul dan menyerukan renovasi dari dalam, yaitu perbaikan doktrin yang harus disesuaikan pada denah utama yaitu Alkitab. Gereja tidak mungkin bisa bersaksi kepada dunia jika ia tidak memiliki doktrin yang benar dan tegas. Tiga doktrin utama yaitu Doktrin Keselamatan, Doktrin Alkitab, dan Doktrin Gereja, diseminarkan sudah lebih dari lima puluh kali. Buku-buku dan buletin Pedang Roh ditulis untuk menginformasikan kebenaran serta mengajak semua pihak untuk mengintrospeksi diri. Baik gereja maupun pribadi Kristen diajak ke “rumah sakit” rohani untuk “general check-up” agar menjadi gereja dan orang Kristen yang sehat.
Sebagian menyambut dengan penuh sukacita bahkan sangat bersyukur karena bisa tahu kondisi kesalahan pengajaran gerejanya secara dini sehingga tidak terlanjur fatal. Banyak orang Kristen yang tadinya tidak begitu jelas tentang Doktrin Keselamatan menjadi jelas dan bersukacita. Sebagian lagi yang tadinya tidak tegas terhadap posisi Alkitab yang adalah satu-satunya firman Tuhan dengan segala konsekuensinya menjadi jelas. Dan banyak lagi yang bergembira karena menjadi tahu tentang cara bergereja yang alkitabiah.
Namun ada sebagian yang bersikap seperti Kain, yaitu hatinya panas dan mukanya muram. Pertanyaannya, mengapa? Kalau kita yakin doktrin kita benar, seharusnya tenang saja. Dan kalau perlu, ya...diargumentasikan dengan kepala dingin dan dengan sikap ingin mencari doktrin yang paling benar. Semua pihak pasti setuju bahwa tidak ada penafsiran yang sempurna, tetapi tentu ada yang lebih benar. Dan akal sehat kita pasti menerima bahwa jika dua hal berbeda tidak mungkin kedua-duanya sama benar.
Jika tujuan kita percaya Yesus adalah untuk keselamatan jiwa kita, maka Injil yang benar adalah junjungan hati kita. Bahkan kita mempertahankan, serta memperjuangkan Injil yang benar dengan nyawa kita. Dan jika tujuan kita bergereja adalah untuk mengumandangkan kebenaran, mengajarkan anggota jemaat tentang kebenaran, maka kita akan siap mengalah demi mengadopsi pengajaran baru yang setelah diargumentasikan ternyata lebih benar dari pengajaran yang selama ini kita pegang. Sebenarnya sangat simpel dan tidak perlu ada pertentangan sedikitpun.
Tetapi kelihatannya hati yang panas dan muka yang muram membuat perkara tidak sesimpel itu, karena ada beberapa faktor. Pertama, Iblis merusak Doktrin Keselamatan berbagai denominasi gereja sehingga ada injil yang ditambahkan, dan yang dikurangi. Jika kita masuk Sorga hanya melalui bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus, kita heran mengapa ada gereja yang membaptis bayi. Apakah manfaat membaptis bayi? Kelihatannya tindakan ini adalah efek dari kekacauan Doktrin Keselamatan. Kita juga heran ada gereja yang membaptis orang yang sedang sekarat di rumah sakit. Ini juga efek dari kekacauan Doktrin Keselamatan. Kekacauan Doktrin Keselamatan menghasilkan banyak orang Kristen yang tidak dilahirkan kembali. Mereka tidak mungkin akan cinta kebenaran. Bahkan mereka bisa menjadi alat iblis untuk menghambat kebenaran. Bagi mereka gereja hanyalah sebuah organisasi tempat ibadah sebagaimana tempat ibadah umat agama lain.
Kedua, faktor “ego” dari para pemimpin gereja. Bayangkan jika mereka telah puluhan tahun mengajarkan suatu pengajaran, dan tiba-tiba mendengar pernyataan dari GRAPHE bahwa itu salah, dapat kita duga reaksi mereka. Padahal bijaknya ketika seorang pemimpin mendengar pengajaran yang berbeda dari yang biasa diajarkannya, atau mendengar pernyataan bahwa pengajarannya salah, ialah mempelajarinya. Kalau benar, nyatakan bahwa itu benar dan putuskan untuk mengikutinya untuk memperlihatkan kepada pengikutnya bahwa ia cinta kebenaran. Ia harus mengaku bahwa selama ini pengajarannya belum benar karena memang belum tahu yang lebih benar.
Tetapi jika setelah diselidiki ternyata pengajaran baru tersebut salah, nyatakan juga bahwa itu salah. Nyatakan bahwa pengajaran GRAPHE salah. Tentu harus lengkap dengan argumentasi yang logis dan alkitabiah agar pengikutnya salut serta memandangnya sebagai seorang yang intelek, dan yang tetap di depan pintu; ia sangat menggoda gigih mempertahankan kebenaran.
Ketiga, memang tidak dapat dipungkiri bahwa banyak pemimpin gereja yang pada dasarnya bekerja untuk kehidupan duniawi mereka. Mereka menganggap tujuan pekerjaan mereka sama dengan pekerjaan lain yaitu untuk keberlangsungan hidup. Tidak heran kalau muncul pengajaran yang seakan-akan mengancam posisi mereka, tentu akan mereka lawan, tak peduli apakah itu benar atau salah.
Akhirnya, patut sekali jika kita bertanya, orang Kristen pergi ke gereja untuk apa? Dan tujuan para pemimpin yang memimpin gereja, itu untuk apa? Tentu juga patut, jika kepada orang yang marah tanpa sebab, bahkan membenci GRAPHE, kita tanyakan pertanyaan Allah kepada Kain, “Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya.” ***(LHF).
Sumber: PEDANG ROH Edisi 50 Januari-Februari-Maret 2007
No comments:
Post a Comment