Musik Duniawi Dalam Gereja Rohani
Banyak orang tidak sadar bahwa Iblis sedang berusaha keras menyusupkan hal-hal duniawi ke dalam gereja, agar gereja menjadi duniawi. Lebih banyak lagi yang tidak sadar bahwa Iblis berupaya memasukkan musik duniawi ke dalam gereja. Dan ternyata ia sangat sukses, karena orang Kristen tidak peduli tentang hal ini. Ketika Iblis berhasil memasukkan musik yang duniawi ke dalam gereja, ia akan perlahan-lahan mengubah gereja itu menjadi gereja duniawi.
Salah satu alasan iblis begitu sukses menyusup masuk ke dalam gereja ialah perangkapnya yang sangat hebat, dan banyak orang Kristen yang masuk dalam perangkap itu. Iblis sengaja menghembuskan paham bahwa “musik adalah netral/amoral.”
Artinya musik itu tidak baik dan juga tidak buruk, atau dengan kata lain “tidak punya nilai moral.” Yang membuatnya baik atau buruk ialah pemakainya. Kata mereka bahwa itu hanya pada kata-katanya, isi hati penyanyinya, dsb. Ini adalah kebohongan yang ditelan bulat-bulat oleh kebanyakan orang Kristen.
Banyak orang suka pada konsep ini, karena dengan demikian ia dapat mendengarkan musik apapun yang ia sukai, tanpa perlu takut apakah musik yang ia sukai baik atau buruk secara moral. Dengan meluasnya konsep ini, musik-musik yang bersifat duniawi masuk dengan leluasa ke dalam gereja, dibawah samaran kata-kata yang rohani. Gereja menerima begitu saja lagu-lagu yang kata-katanya penuh dengan “Yesus”, “Haleluya”, “Bapa”, dll., namun bentuk alunan musiknya bersifat kedagingan.
Musik Jahat Vs. Baik
Musik tidaklah netral! Penganut paham “musik adalah netral” mengatakan bahwa nada dan not, seperti do re mi, tidak baik ataupun jahat secara moral. Memang demikian, tetapi seperti huruf “b” dan “o” adalah netral, tetapi ketika dirangkai dengan huruf lain menjadi kata “b-o-d-o-h”, tiba-tiba rangkaian huruf itu mempunyai makna dan konotasi. Musik juga demikian. Do re mi adalah not-not, balok-balok bangunan, yang ketika dirangkai menjadi melodi, kemudian diberi irama menjadi musik yang mempunyai makna dan konotasi.
Ada jenis musik untuk tidur, jelas tidak cocok dipakai di diskotik. Ada musik untuk dansa, ada musik untuk relaksasi. Musik membawa pesan, tergantung dari style musik itu. Bayangkan ketika kita sedang nonton film. Ketika menampilkan seorang gadis cantik, musik yang kita dengar adalah riang dan jernih. Tetapi ketika dibelakangnya muncul penjahat yang siap menikamnya dengan pisau, musik yang kita dengar berubah menjadi tegang dan tajam.
Bagaimana jika dibalik, adegan gadis disertai musik yang tegang dan adegan penjahat diiringi musik yang riang? Kita akan bingung! Yang mana penjahatnya, yang mengacungkan pisau atau si cantik? Musik dapat membawa pesan yang baik, juga yang jahat.
Musik adalah bahasa emosi. Musik membawa pesan, dan pesan itu mempengaruhi emosi kita. Untuk menggambarkan suasana bahagia, dimainkan musik yang riang, dengan nada-nada yang relatif tinggi, tempo yang relatif cepat. Sebaliknya, pada upacara pemakaman tidak mungkin dimainkan musik semacam itu, melainkan musik yang melankolis, dengan tempo relatif lambat. Musik menggambarkan perasaan, seperti senang, sedih, bersemangat, lesu, penuh harapan, cinta, benci, dsb. Jika ada perasaan yang tidak baik bagi orang yang sudah lahir baru (benci, dendam, pemberontakan, dll), maka ada musik tertentu yang tidak baik bagi kita.
Pembuktian Secara Medis
Jika ada yang masih tidak percaya, bahwa musik tidaklah netral, fakta medis membuktikan bahwa musik dapat mempengaruhi tubuh kita. Musik dapat mempengaruhi gelombang otak kita. Otak kita mempunyai 4 gelombang, alpha, beta, theta, dan delta. Gelombang beta adalah yang normal jika kita sedang sadar dan terjaga. Musik yang lembut atau suara air mengalir, lebih banyak membantu gelombang otak kita berpindah ke gelombang alpha, yang membantu kita rileks dan menurunkan tekanan darah kita, dan memberikan perasaan tenang dan damai.
Irama drum dengan lebih dari 3-4 beat per detik, akan membuat otak kita stress. Ketika otak kita stress, dilepaskanlah opioids (sejenis hormon tubuh yang fungsinya mirip sekali dengan morfin) untuk mengembalikan keseimbangan tubuh. Jika opioid alami ini dilepaskan secara teratur dan cukup sering, akan menimbulkan ketergantungan, sehingga pendengar itu akan terus mencari perasaan “fly” itu.
Jika musik tertentu bisa membuat otak kita rileks, dan jenis lain bisa membuat kita stress, jelas musik tidak netral!
Ciri khas Musik duiniawi
Musik duniawi memiliki irama khusus yang membuatnya sangat digemari, yaitu irama back beat. Irama normal menekankan ketukan pertama dan ketiga dalam lagu 4/4 (1 -2 -3 -4), sedangkan back beat menekankan ketukan kedua dan keempat (1 - 2 - 3 - 4). Irama yang normal adalah irama yang sesuai dengan irama tubuh kita, denyut jantung kita, tetapi back beat membalikkan irama itu.
Back beat ini digunakan oleh semua jenis musik duniawi, rock, jazz, blues, pop, country, metal, hip-hop, rap, gospel, dangdut, dll, karena bersifat sensual. Lihat saja gerakan-gerakan tubuh para penyanyi dunia, mulai dari Mariah Carey sampai Madona, Elton John sampai Mick Jagger. Musik mereka adalah tentang sensualitas. Bagaimana mereka bisa meliuk-liuk seperti itu? Karena musiknya mengundang gerakan-gerakan itu! Mungkinkah lagu hymne tradisional seperti ‘Mahabesar, O Tuhanku’ mengundang gerakan-gerakan seperti itu?
Yang memprihatinkan, kebanyakan lagu gereja telah mengadopsi ritme duniawi ini. Musik macam ini hanya dapat membawa kepada imoralitas. Mengubah kata-katanya menjadi rohani tidak mengubah pesan dari musik/irama lagu itu.
Gereja perlu lebih waspada dalam menyeleksi musik, karena musik tidak netral! Dr. Suhento Liauw sering berkata, “Ketika musik dalam gereja anda semakin mirip dengan musik duniawi, maka hanya ada dua kemungkinan: Gereja anda makin duniawi atau Dunia semakin Rohani?” ***
Sumber: PEDANG ROH Edisi 48 Tahun XI Juli-Agustus-September 2006
(Tambahan: Berita Mingguan 06 Februari 2010) Musik Contemporary Christian Worship menjalar ke seluruh denominasi, dan ketika ia masuk ke sebuah gereja, ia bukan hanya sekedar mengubah musik. Ia membawa sebuah filosofi kekristenan yang duniawi dan penurunan standar moral dan doktrin yang perlahan dan bertahap. Almarhum Gordon Sears, yang melayani di bidang musik rohani selama bertahun-tahun bersama dengan Rudy Atwood, merasa sedih sebelum kematiannya oleh karena perubahan dramatis yang terjadi di banyak gereja-gereja Baptis fundamental. Ia memperingatkan, "Ketika standar musik diturunkan, maka standar pakaian juga diturunkan. Ketika standar pakaian diturunkan, maka standar perilaku juga diturunkan. Ketika standar perilaku diturunkan, maka rasa menghargai terhadap kebenaran Allah juga diturunkan."
Kita dapat melihat penggenapan akan peringatan ini di setiap contoh. Perhatikanlah Gereja Baptis Perjanjian Baru di Miami, Florida. Tadinya ia adalah sebuah gereja Baptis fundamental. Gembala sidang Dino Pedrone adalah seorang pembicara rutin di Tennessee Temple Baptist College di Chattanooga waktu saya masih mahasiswa di sana tahun 1970an. Ia adalah seorang separatis, menggunakan hanya Alkitab King James dan musik rohani, mempunyai standar pakaian, dan berkhotbah melawan rock & roll. Tetapi semua itu sudah lenyap. Gereja itu kini bernama The Gathering Place. Hari ini gereja tersebut mempromosikan menonton film-film dengan rating-R, merekomendasikan buku-buku yang ditulis oleh para pemimpin emerging church yang menolak ketiadasalahan Alkitab, seperti Chris Seay, dan menyuapi para remajanya dengan diet hiburan rock & roll. Program anak muda gereja tersebut, yang bernama YouthForce Dade, digambarkan di website gereja tersebut sebagai berikut: "Rock the Universe, All-Niters, Ski Trips, Summer Camps, Chubby Bunny, Water Balloons, Break dancing, WWE Wrestling, The Book Of Ross, Worship, Bible Study, Community, Little Debbie Snack Cakes, Madden, X-Box 360, LEE ADMIRAL MAJORS!, Eating Dog Food, Samurai Swords, Paintball, Skillet, Shipwrecked, Videos, Ultimate Frisbee, Man Hunt, And Much More!"
Perhatikan bahwa mereka bahkan masih memiliki sedikit pengajaran Alkitab di tengah-tengah semua hiburan kedagingan mereka. Jeff Royal, yang tinggal di Florida, mengatakan, "Gereja Baptis Perjanjian Baru dulunya adalah sebuah gereja fundamental, tetapi jelas sekali itu telah berubah. Dalam pandangan saya perubahan itu terjadi sepuluh tahun lalu dengan cara membiarkan CCM masuk ke dalam kebaktian. Saya telah memperhatikan hal ini bertahun-tahun. Ini sangat menyedihkan karena ini sudah dua gereja yang saya kenal secara pribadi yang telah mengikuti jalur yang berbahaya ini" (e-mail 19 Januari 2010).
Kami sangat prihatin akan banyaknya perubahan musik hymne di gereja yang dianggap membosankan, mereka mengubahnya menjadi musik hingar bingar hanya untuk menyukakan telinga mereka. Dan bukan menyenangkan Tuhan Allah. Sesungguhnya pujian dan penyembahan melalui Musik Hanya ditujukan bagi Dia sang Raja, menyenangkan Dia. dan bukan untuk menyenangkan dan membuat kita feel good.
ReplyDeleteJika yang disebut musik hingar bingar adalah full band, Daud dulu juga harus disalahkan, karena memakai kecapi, rebana, gambus, dan berbagai alat musik lainnya.Daud pun menari nari untuk kekasihnya,Allah Bapa sang raja.Musik yang menggunakan berbagai alat musik adalah alkitabiah, Tuhan tidak hanya suka hymne yang khusuk, tetapi orang2 yang bebas mengungkapkan ekspresinya tanpa takut dihakimi orang lain,dg mengangkat tangan, dan menari-nari Tuhan juga mengharghai mereka. 1 Taw 25:26: Semua anak Heman itu memainkan musik simbal, kecapi dan gambus di bawah pimpinan ayah mereka untuk mengiringi upacara ibadat di Rumah TUHAN. Asaf, Yedutun dan Heman mendapat tugas sesuai dengan petunjuk dari raja.Maz 71:22 Aku hendak memuji Engkau dengan gambus, sebab Engkau setia, ya Allahku. Aku mau menyanyikan pujian bagi-Mu dengan kecapi, ya Allah kudus Israel.
ReplyDeleteMazmur 71:22
ReplyDeleteAku hendak memuji Engkau dengan gambus, sebab Engkau setia, ya Allahku. Aku mau menyanyikan pujian bagi-Mu dengan kecapi, ya Allah kudus Israel.
Tuhan tidak hanya menyukai hymne, buktinya orang2 seperti Daud yang tidak perduli dihakimi orang lain karena menari nari dan mengekspresikan perasaannya untuk kekasihnya tercinta, Allah yang alpha dan omega, dihormati Tuhan.
Saya sangat setujui dengan artikel ini. Saya sebagai seorang pemusik klasik sangat disakitkan dan menderita, tidak bisa menahan musik rok atau pop yang jahat itu, sehingga sekarang tidak lagi bisa datang ke gereja apapun. Ada orang yang mengatakan bahwa musik himne bosan, tetapi kita datang ke gereja untuk mendengar sejenis musik yang kita suka, melainkan untuk memuji Tuhan dengan musik yang Dia suka, dan yang juga tidak menyakitkan orang lain. Kalau ada orang yang merasa "bosan", itu mungkin karena musik dimainkan dengan bosan saja (kekurangan ekspresi), tetapi itu tidak adalah masalah yang besar, sedangkan menyakitkan orang lain dengan musik yang dahsyat dan keras sehingga orang tidak bisa datang ke gereja, itu sebetulnya merupakan masalah yang besar. Kalau begitu, lebih baik tidak ada musik apapun dalam gereja...
ReplyDeleteAkan tetapi masalah itu terjadi oleh sebab KESOMBONGAN. Orang-orang yang tidak pernah belajar musik secara serius menyakitkan orang lain dengar gitar listrik, gendang, atau keyboard dengan pengiringan otomatis, sedangkan orang pemusik yang belajar musik secara serious selama banyak tahun di sekolah musik atau konservatori ditolak dan dijelekkan!
@retro girl:
"Musik yang menggunakan berbagai alat musik adalah alkitabiah".
Dengan alasan sebegitu, yang suka musik pop atau rock menghakimi diri sendiri, karena mereka hanya mencakar gitar, memukul gendang atau keyboard, dan menjerit dalam mikropon (Kata "bermain" dan "menyanyi" terlalu bagus untuk mereka). Ada ribuan jenis alat musik. Di mana biola, selo, klarinet, suling, obo, dan alat-alat musik lainnya?
- Daud tidak bermain alat-alat musik yang listrik, dan tidak menggunakan pengeras suara ribuan Watt yang menyakitkan telinga. Gendang ada juga dalam orkes simponi klasik. Masalah bukan tentang gendang itu, tetapi tentang jenis musik dan secara mana gendang itu dimainkan...
http://www.marcfalcone.com/index_files/DevilinthechurchIndonesian.htm
Protestan menjadi Kharismatik , inilah akibat dari gereja yang tidak taat pada Gereja Khatolik / Universal yang masih menjunjung tinggi Magisterium.
ReplyDeleteKembalilah kepada yang benar , dasar penopang dan kebenaran .
Yang terbaik adalah kembali ke pangkuan Bapa Gereja Katholik.
@ Anonymous:
ReplyDeleteSayanglah Iblis telah hasil memasukkan racunnya dalam gereja Katolik juga. Dalam sebuah gereja Katolik di kota Toronto, pada misa Natal 2013, koor main lagu diiringi musik jazz. Pemimpin koor berdiri tinggi di atas kursi dan menari dengan menggerakkan pantatnya! Teramat dahsyat!
Menurut saya tidak pantas dan sangat tidak berguna kita harus mempermasalahkan hal2 ini, lebih baik kita lebih fokus pada hal2 yang lebih esensi, misalnya perubahan paradigma dan karakter menjadi lebih baik, saya termasuk orang yang sudah merasakan berbagai macam aliran seperti Pentakosta, Karismatik, Bala Keslamatan, HKBP, maupun Protestan, dan saya sangat suka semua musiknya, semua itu tergantung seberapa lebar dan seberapa besar kita membuka hati kita untuk menjadikan musik dan kata2nya menjadi doa kepada Tuhan, karena bagi saya Tubuh Kristus tidak perlu saring menyerang hanya karena persoalan kecil seperti aliran musik,
ReplyDeletetapi lebih baik setiap pribadi mununjukan perubahan karakter semakin hari semakin serupa dengan Kristus. hal ini lebih esensi dari semuanya itu
Good 😘😘😘
Delete@Aldy Wianto
ReplyDelete"saya sangat suka semua musiknya"
Musik yang sesuai dalam gereja adalah musik yang menyenangkan Allah, bukan musik yang menghiburkan orang umat gereja. Musisi yang mengarang musik gereja harus mendapat inspirasi mereka dari Roh Kudus.
Orang yang mengarang musik rock atau pop telah mengakui mendapat inspirasi dari iblis, maka musik rock atau pop itu tidak pantas digunakan dalam gereja, terutama karena musik jenis itu menyakitkan sesama kita, anggota tubuh Kristus.
"lebih baik kita lebih fokus pada hal2 yang lebih esensi, misalnya perubahan paradigma dan karakter menjadi lebih baik"
Kalau ingin "menjadi lebih baik", diharapkan orang mulai berhenti menyakitkan orang lain dengan musik buatan iblis!
"semua itu tergantung seberapa lebar dan seberapa besar kita membuka hati kita"
Itu masalah yang besar. Kita diminta untuk datang melalui pintu yang sesak, tidak melalui pintu yang lebar:
"Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya;
karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya." (Matius 7:13-14)
Tetapi orang malah memaksa untuk mengubah pintu yang sesak itu menjadi lebar. Itu salah!
"Tubuh Kristus tidak perlu saring menyerang hanya karena persoalan kecil seperti aliran musik"
Itu bukan persoalan yang kecil, melainkan persoalan yang sangat besar. Dalam Kitab suci ada tertulis:
"Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik." (1 Tesalonika 5:21")
Maka justru kita perlu saring dan menolak apa yang buruk, seperti musik jenis rock / pop yang menyakitkan orang lain !
Kita sebagai pemimpin, atau pelayan gereja haruslah memahami konteks dalam gereja kita masing-masing dalam memilih dan memainkan jenis dan genre musik. Sebagai contoh, jemaat di gereja-gereja di kalangan Negro lebih senang memuji Tuhan dengan ritme dan lagu-lagu himne atau kontemporer dalam bentuk jazz, R&B, Gospel, dsb.
ReplyDeleteIngat: Tugas seorang pemimpin pujian dan pelayan altar adalah dalam gereja adalah mendorong jemaat dalam menaikkan pujian dan penyembahan kepada Tuhan. Tentang musik rock, jazz, tradisional dll, bisa dibawakan ke dalam gereja, tergantung konteks dan selera jemaat.
Seandainya jemaat lebih senang dengan musik jazz, yah tidak ada salahnya juga. Jemaat juga akan lebih terdorong untuk mengangkat hatinya kepada Tuhan. Dan jika seandainya jemaat tidak suka terhadap musik rock, adalah lebih baik jika tidak dibawakan musik rock dalam pujian dan penyembahan.
- "Seandainya jemaat lebih senang dengan music..." ?
ReplyDeleteItu salah. Pujian untuk Tuhan, bukan untuk menyenangkan jemaat.
Sayangnya di masa sekarang, sebagai ganti tempat untuk memuji Allah, gereja telah menjadi tempat hiburan untuk menyenangkan jemaat - karena uang - . Oleh sebab kebanyakan orang tidak tahu apa-apa tentang musik, melainkan terbiasa mendengar musik bersifat hawa nafsu yang TV siarkan, maka orang-orang pengatur gereja menggunakan musik itu agar kebanyakan orang itu puas. Dan hal menyenangkan jemaat itu tidak terbatas pada musik saja, khotbah juga dicemarkan menjadi cerita lucu, jadi gereja dalam seluruhnya dicemarkan, menjadi "tempat kediaman roh-roh jahat dan tempat bersembunyi semua roh najis dan tempat bersembunyi segala burung yang najis dan yang dibenci" (Wahyu 18:2). Orang-orang Kristen yang benar diminta untuk pergi dari padanya supaya jangan mengambil bagian dalam dosa-dosanya dan ditimpa malapetaka-malapetakanya. (Wahyu 18:4)
- "tidak ada salahnya..." ?
Hal penyembahan seperti hal doa: inspirasi harus datang dari Allah sendiri:
"...sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan." (Roma 8:26b
Kalau doa-doa kita berasal di langit, tentulah doa-doa itu tidak akan ditolak di langit. Demikian juga hal penyembahan. Kalau musik diinspirasi oleh Roh Kudus, tentulah musik itu akan Allah terima.
Sekarang pengarang-pengarang musik rock itu mengakui menerima inspirasi mereka dari iblis, dari Setan, atau dari nereka, dan kesaksian mereka telah mereka umumkan. Jadi bagaimana mungkin musik yang berasal dari iblis dapat menyenangkan Allah? Mustahil! Ada tertulis:
"Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial?" (2 Kor. 6:14b-15a)
Untuk gereja di mana tidak ada keadilan dan tidak ada kebenaran Allah berkata:
"Jauhkanlah dari pada-Ku keramaian nyanyian-nyanyianmu, lagu gambusmu tidak mau Aku dengar." (Amos 5:23)