Jam tidur yang panjang terkait dengan sejumlah gangguan, termasuk penyakit jantung.
Akhir pekan adalah hari yang menyenangkan bagi pekerja ataupun mahasiswa. Inilah hari kebebasan. Sejumlah orang menghabiskan waktu di tempat hiburan, pusat belanja, dan ada juga yang tenggelam di tempat tidurnya. "Gue mau balas dendam," ujar Oki dengan suara parau. Proyek yang digawanginya harus rampung Jumat, walhasil hampir sepanjang minggu ini ia begadang. Menginjak Sabtu, ia langsung terjerembap dalam kasurnya nan empuk.
Biasanya, menurut pria berusia 31 tahun ini, rasa kantuk itu akan menyerangnya berhari-hari kemudian meski ia sudah tidur dalam waktu panjang selama dua hari. Beruntung ia bisa mengontrol diri dan akhirnya bisa mengembalikan pola tidurnya menjadi normal. Bila tidak, tidur secara berlebihan menjadi kecanduan dan ia pun bisa dihinggapi hipersomnia. Problem tidur yang satu ini, menurut pemaparan Newcastle Sleep Disorders Centre, bisa dipicu oleh beragam hal. Bahkan setiap orang bisa didorong oleh hal berbeda. Dan yang tergolong pada hipersomnia bila waktunya mencapai 12 jam atau lebih, dan masih perlu tidur siang. Gejala derita ini berupa rasa cemas, level energi rendah, dan gangguan memori.
Jam tidur yang berlebihan ini ternyata juga terkait dengan sejumlah gangguan kesehatan, seperti diabetes, penyakit jantung, dan kenaikan risiko kematian, selain depresi dan status sosial-ekonomi rendah. Dalam studi yang melibatkan 9.000 orang Amerika, peneliti menemukan kaitan antara pola tidur dan risiko diabetes. Orang yang tidur lebih dari 9 jam per malam berisiko lebih besar 50 persen menderita diabetes dibanding orang yang tidur 7 jam per malam. Peningkatan risiko juga tampak pada orang yang tidur kurang dari 5 jam. Sayang, peneliti tidak menyimpulkan kaitan fisiologis antara tidur panjang dan diabetes. Namun, mereka menyatakan tidur berlebihan bisa menjadi tanda adanya problem kesehatan lain, seperti kencing manis.
Dari studi lain ditemukan bahwa tidur terlalu banyak juga membuat berat badan meningkat. Sebuah studi teranyar menunjukkan, orang yang tidur 9-10 jam setiap malamnya, sebanyak 21 persen berpeluang lebih tinggi untuk mengalami obesitas dalam 6 tahun mendatang dibanding orang yang tidur 7-8 jam. Kaitan antara tidur dan obesitas sama dengan kaitan tidur dengan asupan makanan dan latihan kebugaran.
Derita lain yang muncul ketika seseorang berlebihan jam tidurnya adalah sakit kepala, termasuk pada pelaku tidur panjang di akhir pekan atau saat liburan. Peneliti yakin waktu tidur yang berlebihan itu bisa mengganggu neurotransmitter di otak, termasuk serotonin. Tidur yang berkepanjangan juga menyebabkan rasa nyeri pada tubuh bagian belakang. Untuk meredakannya, perlu latihan kebugaran.
Meski insomnia lebih erat hubungannya dengan depresi ketimbang hipersomnia, sekitar 15 persen penderita depresi ternyata memiliki jam tidur terlalu panjang. Kondisi ini akan memperburuk kondisi depresi mereka karena kebiasaan tidur yang reguler menjadi bagian penting dalam proses pemulihan gangguan kesehatan mental ini.
Tidur berlebihan juga berkaitan dengan organ penting, yakni jantung. Studi terhadap perawat yang melibatkan 72 ribu perempuan menunjukkan wanita yang tidur 9-11 jam per malam sebanyak 38 persen menderita penyakit jantung koroner dibanding yang tidur 8 jam. Namun, peneliti belum mengidentifikasi kaitan tidur terlalu panjang dengan penyakit jantung.
Sejumlah studi juga menemukan orang yang tidur 9 jam atau lebih memiliki risiko kematian lebih tinggi dibanding orang yang tidur 7-8 jam per malam. Namun, tak ada alasan khusus yang menyebutkan korelasi keduanya. Hanya, peneliti menemukan depresi dan rendahnya status sosial-ekonomi terkait dengan tidur yang panjang hingga mereka berspekulasi bahwa faktor ini yang meningkatkan kematian.
SEDERET SARAN
1. Hindari rokok, minuman beralkohol, dan minuman berkafein sebelum tidur.
2. Lakukan relaksasi secara rutin untuk mencegah kecemasan pada malam hari.
3. Berlatih kebugaran secara teratur dan menjaga berat badan pada level normal.
4. Pilih diet seimbang untuk mencegah defisiensi nutrisi.
5. Bila mungkin, kikis lingkungan yang mengganggu, seperti jangan menonton televisi di tempat tidur.
6. Jaga kenyamanan, dengan tidak kepanasan ataupun kedinginan selama tidur.
7. Lakoni jadwal tidur teratur setiap hari.
8. Hanya pergi tidur jika sudah merasa mengantuk.
Ingat-ingat!
1. Hipersomnia adalah tidur secara berlebihan dengan penyebab beragam.
2. Karakteristiknya pada setiap orang berbeda-beda serta bergantung pada usia, gaya hidup, dan penyebab lain. Bahaya besar dari derita ini adalah peningkatan risiko kecelakaan.
3. Sejumlah orang dengan hipersomnia bisa disembuhkan dengan beberapa perubahan dalam gaya hidup atau kebiasaan sehari-harinya.
(FW.VENS.MNS), milist Terang Dunia
Akhir pekan adalah hari yang menyenangkan bagi pekerja ataupun mahasiswa. Inilah hari kebebasan. Sejumlah orang menghabiskan waktu di tempat hiburan, pusat belanja, dan ada juga yang tenggelam di tempat tidurnya. "Gue mau balas dendam," ujar Oki dengan suara parau. Proyek yang digawanginya harus rampung Jumat, walhasil hampir sepanjang minggu ini ia begadang. Menginjak Sabtu, ia langsung terjerembap dalam kasurnya nan empuk.
Biasanya, menurut pria berusia 31 tahun ini, rasa kantuk itu akan menyerangnya berhari-hari kemudian meski ia sudah tidur dalam waktu panjang selama dua hari. Beruntung ia bisa mengontrol diri dan akhirnya bisa mengembalikan pola tidurnya menjadi normal. Bila tidak, tidur secara berlebihan menjadi kecanduan dan ia pun bisa dihinggapi hipersomnia. Problem tidur yang satu ini, menurut pemaparan Newcastle Sleep Disorders Centre, bisa dipicu oleh beragam hal. Bahkan setiap orang bisa didorong oleh hal berbeda. Dan yang tergolong pada hipersomnia bila waktunya mencapai 12 jam atau lebih, dan masih perlu tidur siang. Gejala derita ini berupa rasa cemas, level energi rendah, dan gangguan memori.
Jam tidur yang berlebihan ini ternyata juga terkait dengan sejumlah gangguan kesehatan, seperti diabetes, penyakit jantung, dan kenaikan risiko kematian, selain depresi dan status sosial-ekonomi rendah. Dalam studi yang melibatkan 9.000 orang Amerika, peneliti menemukan kaitan antara pola tidur dan risiko diabetes. Orang yang tidur lebih dari 9 jam per malam berisiko lebih besar 50 persen menderita diabetes dibanding orang yang tidur 7 jam per malam. Peningkatan risiko juga tampak pada orang yang tidur kurang dari 5 jam. Sayang, peneliti tidak menyimpulkan kaitan fisiologis antara tidur panjang dan diabetes. Namun, mereka menyatakan tidur berlebihan bisa menjadi tanda adanya problem kesehatan lain, seperti kencing manis.
Dari studi lain ditemukan bahwa tidur terlalu banyak juga membuat berat badan meningkat. Sebuah studi teranyar menunjukkan, orang yang tidur 9-10 jam setiap malamnya, sebanyak 21 persen berpeluang lebih tinggi untuk mengalami obesitas dalam 6 tahun mendatang dibanding orang yang tidur 7-8 jam. Kaitan antara tidur dan obesitas sama dengan kaitan tidur dengan asupan makanan dan latihan kebugaran.
Derita lain yang muncul ketika seseorang berlebihan jam tidurnya adalah sakit kepala, termasuk pada pelaku tidur panjang di akhir pekan atau saat liburan. Peneliti yakin waktu tidur yang berlebihan itu bisa mengganggu neurotransmitter di otak, termasuk serotonin. Tidur yang berkepanjangan juga menyebabkan rasa nyeri pada tubuh bagian belakang. Untuk meredakannya, perlu latihan kebugaran.
Meski insomnia lebih erat hubungannya dengan depresi ketimbang hipersomnia, sekitar 15 persen penderita depresi ternyata memiliki jam tidur terlalu panjang. Kondisi ini akan memperburuk kondisi depresi mereka karena kebiasaan tidur yang reguler menjadi bagian penting dalam proses pemulihan gangguan kesehatan mental ini.
Tidur berlebihan juga berkaitan dengan organ penting, yakni jantung. Studi terhadap perawat yang melibatkan 72 ribu perempuan menunjukkan wanita yang tidur 9-11 jam per malam sebanyak 38 persen menderita penyakit jantung koroner dibanding yang tidur 8 jam. Namun, peneliti belum mengidentifikasi kaitan tidur terlalu panjang dengan penyakit jantung.
Sejumlah studi juga menemukan orang yang tidur 9 jam atau lebih memiliki risiko kematian lebih tinggi dibanding orang yang tidur 7-8 jam per malam. Namun, tak ada alasan khusus yang menyebutkan korelasi keduanya. Hanya, peneliti menemukan depresi dan rendahnya status sosial-ekonomi terkait dengan tidur yang panjang hingga mereka berspekulasi bahwa faktor ini yang meningkatkan kematian.
SEDERET SARAN
1. Hindari rokok, minuman beralkohol, dan minuman berkafein sebelum tidur.
2. Lakukan relaksasi secara rutin untuk mencegah kecemasan pada malam hari.
3. Berlatih kebugaran secara teratur dan menjaga berat badan pada level normal.
4. Pilih diet seimbang untuk mencegah defisiensi nutrisi.
5. Bila mungkin, kikis lingkungan yang mengganggu, seperti jangan menonton televisi di tempat tidur.
6. Jaga kenyamanan, dengan tidak kepanasan ataupun kedinginan selama tidur.
7. Lakoni jadwal tidur teratur setiap hari.
8. Hanya pergi tidur jika sudah merasa mengantuk.
Ingat-ingat!
1. Hipersomnia adalah tidur secara berlebihan dengan penyebab beragam.
2. Karakteristiknya pada setiap orang berbeda-beda serta bergantung pada usia, gaya hidup, dan penyebab lain. Bahaya besar dari derita ini adalah peningkatan risiko kecelakaan.
3. Sejumlah orang dengan hipersomnia bisa disembuhkan dengan beberapa perubahan dalam gaya hidup atau kebiasaan sehari-harinya.
(FW.VENS.MNS), milist Terang Dunia
Artikel anda:
ReplyDeletehttp://gaya-hidup.infogue.com/
http://gaya-hidup.infogue.com/bila_tidur_terlalu_lama
promosikan artikel anda di infoGue.com. Telah tersedia widget shareGue dan pilihan widget lainnya serta nikmati fitur info cinema untuk para netter Indonesia. Salam!